Rumah Panggung di “Kampung Bugis” Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Rumah Panggung di “Kampung Bugis” Karimunjawa

Share This
Rumah panggung orangtuaku

Apa yang tebersit saat mendengar kata “Karimunjawa”. Mungkin bayangan pertama tentu keindahan pantainya, atau paling tidak kamu sudah memikirkan semuanya itu adalah tentang wisata pantai. Kali ini aku tidak ingin menceritakan tentang wisatanya. Sedikit ulasan yang aku sampaikan tentang kultur budaya di Karimunjawa. Khususnya bangunan rumah di Kampung Bugis.

Banyak orang mengira di Karimunjawa itu penduduknya hanya suku Jawa. Kalau itu yang kamu pikirkan, tentu tidak sepenuhnya benar. Setidaknya di Karimunjawa terdapat tiga suku besar. Suku mayoritas adalah Jawa, selanjutnya Bugis, dan Madura. Untuk suku Bugis dan Madura sebagian besar menduduki wilayah desa Kemujan. Ada juga suku Bajo yang di bertempat tinggal di Karimunjawa.

Untuk postingan kali ini aku mencoba mengupas sedikit tentang suku Bugis, khususnya mengenai rumah panggungnya. Suku ini sudah menetap lama di Karimunjawa. Termasuk aku sendiri. Aku merupakan generasi ketiga (setelah kakek, dan bapakku) dari Sulawesi Barat dan ibu keturunan dari Sulawesi juga (tapi dulu tinggal di Pulau Masalembu, pulau perbatasan dari Sulawesi dan Madura). 
Rumah salah satu penduduk di Batulawang
Rumah salah satu penduduk di Batulawang
Jadi bisa dikatakan kalau aku ini adalah pencampuran suku Mandar dan Bugis. Percakapan sehari-hari aku menggunakan bahasa Bugis campur Mandar kala bersama orangtua. Jika berdialog dengan tetangga tentunya menggunakan bahasa Jawa.

Suku Bugis bisa sampai Karimunjawa karena dulunya terkenal sebagai pelaut. Itu juga terjadi di Karimunjawa. Hampir sebagian besar penduduk yang bersuku Bugis dulunya (nenek moyangnya) adalah pelaut yang singgah dan menetap di pulau ini. Walau jauh dari Sulawesi, tetapi kebudayaan dan adat-istiadat tetap saja memakai adat Bugis.

Kebudayaan yang mencolok adalah pembuatan rumah. Masyarakat Bugis di Karimunjawa awalnya selalu membuat rumah panggung. Rumah ini dibangun secara turun-temurun. Selain rumah, bahasa yang digunakan pun menggunakan bahasa Bugis. Bahkan ada yang bilang kalau kawasan tersebut menjadi nama Kampung Bugis. Kalau orang setempat sih bilangnya “Anak Ogik”.
Rumah panggung di Telaga
Rumah panggung di Telaga
Rumah panggungnya minimalis dan imut
Rumah panggungnya minimalis dan imut
Keren ini rumah panggungnya
Keren ini rumah panggungnya
Kampung Bugis ini dapat kita temukan di dusun Batulawang, tapi sebenarnya suku Bugis ini merata di Desa Kemujan. Sebagian ada di Dusun Jelamun dan Telaga. Di sana sebagian besar penduduknya adalah orang Bugis. Jadi jangan kaget kalau kamu kesana banyak berjejeran rumat panggung dan bahasa sehari-harinya adalah bahasa Bugis.

Namun, beberapa tahun terakhir ini bangunan rumah Bugis sudah sedikit berkurang karena mereka mulai lebih tertarik membuat rumah seperti umumnya masyakarkat sekarang. Tentu alasan yang paling utama adalah bahan baku kayu yang mahal harganya.
Halamannya luas-luas
Halamannya luas-luas
Halamannya luas-luas
Halamannya luas-luas
Kalau kita melihat tampilan rumah panggung (suku Bugis) sebenarnya sangat menarik, kamu akan melihat sebuah tangga yang ada di depan rumah atau di samping rumah dan dilengkapi dengan sejenis ember yang berisi air agar saat kita mencuci kaki sebelum menaiki tangga. 

Selain itu juga rumah panggung ini identik dengan teras yang luas, serta bagian bawah rumah biasanya masyarakat setempat pergunakan untuk parkir motor atau menaruh barang-barang yang tidak dimasukkan ke rumah. Fungsi seperti garasi ataupun gudang.

Ada baiknya kalau kamu sedang berkunjung ke Karimunjawa bisa mengunjungi wilayah kampung Bugis. Untuk bocoran saja, masyarakat suku Bugis biasanya pandai dalam membuat kulineran khas Bugis. Jadi siapa tahu pas beruntung kamu dapat menikmati kue-kue khas Bugis yang dibuat mereka. 

Pemutakhiran Informasi

Tahun 2019 ini populasi rumah panggung di Karimunjawa berkurang drastis. Masyarakat lebih realistis membangun rumah bangunan karena kisaran harga rumah panggung lebih mahal. Bahan baku kayu yang digunakan jauh lebih malah dibanding membeli semen dan yang lainnya.

Foto paling atas sebagai header adalah dokumentasi rumah orangtuaku. Rumah tersebut sudah kami robohkan karena sudah tua termakan waktu. Untuk bahasa, di Kampung Bugis masih tetap menggunakan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia untuk anak-anak kecil.

Dokumentasi foto rumah panggung tersebut saya abadikan dari atas motor yang berjalan menggunakan kamera saku. Sehingga hasilnya kurang bagus secara fotografi.

Baca juga postingan yang berkaitan 

Karimunjawa: Dikenal Namun Terabaikan (Bag. 3)

30 komentar:

  1. mereka bisa dua bahasa ya, bahasa bugis dan jawa.. yg salut mereka tetap memegang adat istiadat orang bugis walaupun itu bukan disulawesi sekalipun, btw mereka suka pulang ke sulawesi ga atau itu udah jadi tempat kampung mereka?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bang, bisa bahasa daerah 2 (Jawa dan Bugis). Merka sudah menetap disini, dan ke Sulawesi biasanya hanya untuk menjenguk kerabat2 saja :)

      Hapus
    2. itu bagi yg masih ada silsilah atau biasa disebut orang bugis 'lontara' bagi yg gk ada lagi berarti sudah gk ada kerabat lagi disana,walau sebenarnya ada

      Hapus
  2. waaah trnytadirimu kturunan bugis..tak kira jawa asli e..
    kampungnya asyik ya..skrg udh jarang bgt ad bangunan rumah panggung.

    BalasHapus
  3. saya suka dengan percampuran kebudayaan yang ada di karimunjawa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dikarimunjawa kebudayaan jawa, bugis, mandar, dan madura menyatu bang. Saling memahami setiap penduduknya :)

      Hapus
    2. iya mas,mangkanya saya selalu kepengen ke karimunjawa lagi..hehe

      Hapus
    3. Silakan berkunjung bang :) Skrg agak susah karena ramainya wisatawan (susah tiket kapalnya) :)

      Hapus
    4. klo saya dan temen-temen sudah beberapa kali ke karimunjawa,khususnya di kemujan mas,terakhir kemarin minggu. Kebetulan pas kami memasang peralatan internet di mrican. Tapi ya masih pengen kesana lagi..

      Hapus
    5. Wah berarti melewati rumah saya dong bang, mampir aja kerumah bang. Rumahku gambar paling atas (yg ada ular edornya) :)

      Hapus
    6. qkqkq..waduh..saya mumet denger cerita tentang edor mas... ya kalau kita kesana lagi pasti akan mampir hehe..tapi jangan ada edor nya..qkqkqkq

      Hapus
    7. Aman bang, edornya didalam drum :)
      Ini rencananya ntar malam mau nulis tentang edor diblog :)

      Hapus
    8. owww yaya,saya pernah dicritani orang mrican,ada yang ngumpulin edor..wah..ditunggu cerita tentang edor nya mas..

      Hapus
    9. Wah saya sangat tertarik dgn Kampung Bugis ini kak :D
      banyak yg ingin saya gali lebih dalam tentang Kampung Bugis dan kebudayaannya. Tolong ya kak bantu saya buat mengatasi rasa penasaran saya hehe

      Hapus
    10. Silakan mbak Tati, kalau memang saya tahu pasti saya sampaikan :-)

      Hapus
    11. Ass, setelah baca tulisan kaka di atas mengenai pulau karimun, saya dan teman-teman jadi tertarik untuk liburan ke karimun jawa....

      Hapus
    12. Wa'alaikumsalam, main saja :-) Toh keluarga disana banyak heeee

      Hapus
  4. Salam dr malaysia,aku punya darah jawa + bugis.mungkin aku punya pertalian saudara disana.info yg menarik.

    BalasHapus
  5. Salam kenal, saya mau tanya, apakah ada pengaruh bahasa jawa pd bhs bugis yg dipakai warga bugis di karimun, atau sebaliknya, apakah ada pengaruh bhs bugis pd bhs jawa..terima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengaruh dalam aspek apa? Munculnya kata baru? Atau apa? :-D

      Hapus
  6. Salam kenal Nasirullah Sitam. Saya Primi dari Jakarta. Saya tertarik untuk mendalami arsitektur kampung dan rumah Bugis yang berada di luar Bugis. Tampaknya kampung Bugis di desa Kemujan ini tepat sebagai objek penelitian saya. Saya belum pernah ke Karimun Jawa. Apakah bisa membantu saya untuk melakukan penelitian tentang arsitektur Bugis? Bagaimana cara saya berkunjung ke sana? Sebaiknya hari dan bulan apa yang perjalanannya aman? Berangkat dari Jepara? Mohon pencerahannya. Sangat saya harapkan informasi dari anda. Terima kasih sebelumnya.

    salam,
    Primi Artiningrum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mbak.

      Saya sudah balas via email ya :-)

      Hapus
  7. Assalamu alaikum Sappo.. salam kenal,saya Alif dari Jogja,, sy Asli bugis, kalau tidak mampir di blog ini mungkin saya tidak akan pernah tau kalau di karimun jawa ada kampung bugis,ada kebanggan tersediri saat membaca tulisan ini. Kok jadi penasaran ya, saya bayangkan kalau saya ke tempat ini mungkin seperti pulang kampung,, lihat foto rumahnya saja saya jadi rindu dengan rumah nenek di pinrang ;( Dan insya Allah kalau saya ke karimun saya akan berkunjung ke kampung ini. salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam Sappo
      Main-main ke Karimunjawa kak, nanti bisa ketemu dengan banyak anak ogik :-)

      Hapus
  8. Assalamualauikum wr wb.Mas Nasirullah saya sangat tertarik dengan tulisan anda tentang rumah Bugis di Kemujan. Sekarang ini ada berapa jumlah rumah Bugis di Kemujan? (mungkin anda tahu?). Adakan rumah Bugis yang paling tua dan yang terbaru. Terima kasih banyak atas informasinya. Salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam, untuk rumah panggung sekarang sedikit. Tinggal di sekitaran Telaga dan Batulawang. Mungkin tidak lebih dari 20an. Di foto-foto ini sudah beberapa yang hilang berganti rumah bata.

      Untuk yang paling lama, saya kurang tau. Tapi saya masih bisa identifikasi rumah-rumah yang sudah ada sejak 30 tahun lalu.

      Hapus

Pages