Lamunan Ditemani Segelas Teh Hangat - Nasirullah Sitam

Lamunan Ditemani Segelas Teh Hangat

Share This

Menikmati malam, memandang jutaan bintang dari lantai dua rumah ditemani segelas teh hangat. Aihhh, jangan tanyakan seperti apa nikmatnya suasana malam ini. Embusan angin terdengar kala menerpa daun-daun pisang, kemudian menerobos masuk menghantam kulit ari tubuh ini. Dan kali ini aku merasa hawa dingin menusuk tulang, aku kedinginan.

Begitu indah malam ini. Aku memainkan pena untuk menggerus kertas kosong hingga dapat terbaca dengan kata-kata indah, namun sulit kumengerti. Kadang aku harus berhenti menulis karena harus membalas pesan singkatmu. 

Mata menjurus memandang langit, kembali aku berhenti menulis untuk memandang bintang yang bertaburan. Kali ini pikiran berkhayal melihatmu di salah satu bintang yang terang. Iya kamu ada tepat di atasku.

Namun, disaat bersamaan aku melihat bintang di sudut lain yang lebih indah, aku kembali menyeruak seraya berkata “Tentu itu kamu”. Ahhh, yang mana kamu sebenarnya? Kamu terlalu indah untuk aku samakan dengan bintang-bintang.

Kuseduh teh hangat agar tubuhku sedikit mendapatkan aura kehangatan. Kembali hati ini bersenandung layaknya seorang pujangga malam. Hati ini berguman “Manisnya wajahmu bagaikan teh hangat yang aku seduh”.

 Lugu kah aku? Menyamakan kamu hanya dengan segelas teh hangat, padahal masih ada yang lebih manis daripada teh. Masih ada madu yang lebih manis dan tidak membosankan. Ah, namanya juga sedang bersenandung. 

Huffftt!! Bodohnya aku kali ini, walau aku tahu madu itu lebih nikmat tetapi aku tetap memilih segelas teh hangat. Aku abaikan kenikmatan setetes madu karena saat ini aku tidak bisa dihangatkan oleh madu. 

Aku hanya dihangatkan oleh segelas teh hangat. Seperti itulah cinta, walau ada sesuatu yang lebih baik dan lebih bagus, tapi kita memilih seseorang yang mau bersama kita di manapun dan kapanpun. Menerima apa yang ada di hadapan kita sekarang lebih baik daripada mengkhayal sesuatu yang lebih baik untuk diri kita, namun sebenarnya mereka tidak pernah ada di samping kita.

Baca juga postingan yang lainnya 

16 komentar:

  1. Hufffftt. Tulisan yang enak dibaca, sehingga membuat pembaca tidak ingin melewatkan satu kata di tulisan ini. Sungguh, menikmati sebuah bacaan seperti ini nikmat banget, terasa kental sekali.

    BalasHapus
  2. Kata-katanya sungguh makjeblekblek. :) salam kenal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. :-)
      Salam kenal, pokoknya yang penting menulis dan berkhayal *eh :-D

      Hapus
  3. Weits...kalimatnya puitis banget mas Rullah.. Mau dong aku jadi tehnya, hahaha...

    BalasHapus
  4. lamunan saja sudah bisa jadi inpirasi buat bahan tulisan ya mas, hebaaattttt....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu ngelamun sedikit berkhayal ini :-D
      Jadi ngelantur nulisnya :-D

      Hapus
  5. cint itu pilihan, tapi pilihan yang sulit

    BalasHapus
  6. wuihhh kata-katanya puitis banget,,setuju lebih baik mensyukuri yang ada daripada mengada-ngada :)

    BalasHapus
  7. semoga saya bisa menemukan orang yang menganggap saya 'madu'...bukannya dimadu,,hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaaa, madu itu enak kalau tanpa ada imbuhan kata "di" kecuali kalau imbuahanya "me" haaaa

      Hapus
  8. Teh hangat bisa juga campur madu loh pa..lebih sehat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang waktu ngelamun itu nggak ada madunya mbak :-D

      Hapus

Pages