Bike to work itu…? - Nasirullah Sitam

Bike to work itu…?

Share This
Beberapa waktu lampau, saat kumpul reboan kami sering membahas hal-hal yang dikira sepele tapi menyenangkan. Terkadang malah topik yang tidak ada kaitannya dengan sepeda membuat kita semakin seru saja. Tapi obrolan tentang sepeda juga nggak kalah serunya. Rutinitas kita cukup ngobrol santai dan melepas rasa lelah sambil berinteraksi sesame pesepeda. Reboan tidak pernah memandang sepedamu harganya berapa, ataupun seberapa jauh kamu pernah mengayuh sepeda. Kumpulan reboan murni karena ingin bersantai dan berkumpul sesama pengguna sepeda.

Ada yang bilang kalau kami ini adalah orang-orang yang hampir setiap hari melakukan aktifitas (berangkat – pulang kerja) menaiki sepeda, bermain ke tempat-tempat wisata dengan sepeda. Tapi ada kalanya kita tidak menggunakan sepeda dengan alasan tertentu. Orang sering bilang kami dengan sebutan “bike to work”. Istilah yang tidak asing lagi bagi para pesepeda kan? Kadang beberapa kami malah memplesetkan menjadi “work to bike”. Keren kan?
Berangkat kerja menaiki sepeda
Berangkat kerja menaiki sepeda
Ilus: Berangkat kerja menaiki sepeda (dok. pribadi)
Kalau sebagian orang beranggapan “bike to work” itu identik dengan orang-orang yang menggunakan celana panjang, dasi, tas, kemudian pakaian rapi ke tempat kerja. Itu tidak sepenuhnya benar, maaf kalau tulisan ini agak nyeleneh. Masih banyak orang yang tidak menggunakan tas, dasi, baju rapi yang menaiki sepeda untuk bekerja. Hemmm, coba lihat para petani yang tiap pagi menggunakan sepeda. Mereka membawa keranjang yang isinya cangkul, sabit, bekal, dll. Setiap subuh selalu mengayuh sepeda tuanya untuk berangkat dan pulang kerja.

Contoh lain adalah penjual jamu. Dulu penjual jamu identik dengan kebaya, berjalan kaki menggendong tempat jamunya. Sekarang di kota-kota besar kita bisa mendapatkan mereka yang menggukanan sepeda untuk berangkat mencari nafkah. Contoh lain, kita melihat para pedagang somay, dengan bawaan yang berat dibelakang, mereka menyusuri jalan-jalan bahkan gang kecil untuk berjualan somay setiap sore. Mereka menggunakan sepeda, dan tidak ada bedanya dengan para karyawan kantor yang bekerja menggunakan sepeda.

Masih banyak lagi orang-orang yang bersepeda sebagai alat transportasi ketika bekerja. Masih banyak yang mengatakan bersepeda itu adalah bagian dari hobi, tapi pada kenyataannya tidak semua yang bersepeda itu karena hobi. Tapi karena memang satu-satunya alat transportasi yang mereka punyai adalah sepeda. Memang tidak sedikit para pesepeda yang hanya memanfaatkan waktu akhir pekan untuk bersepeda, tapi disisi lain ada banyak yang menggunakan sepeda murni karena kebutuhannya agar terpenuhi.

Berkaca pada uraian yang aku tulis di atas, aku harap kita bisa saling menghargai sesama pengguna jalan. Minoritas bukan berarti harus tertindas, mayoritas bukan berarti harus berkuasa. Setiap ruas jalan adalah milik bersama, jadi berbagilah jalan dengan pengendara lain. Jika pengendara kendaraan bermesin roda empat maupun dua tertib, pesepeda tertib, pejalan kaki juga tertib, aku rasa tanpa ada aturan-aturan yang membatasi pengguna jalan, masyarakat Indonesia pastinya bisa saling menikmati jalanan tanpa ada rasa was-was ataupun takut. Jika ada salah satu pengendara yang melanggar aturan, tidak perlu kita mengkritik dengan nada yang sinis, berkacalah pada diri sendiri, apakah kita sudah lebih baik dari mereka. Kembali lagi aku ingin mengatakan “Berbagilah sesama pengguna jalan, apapun kendaraanmu.”
Baca juga postingan yang lainnya 

12 komentar:

  1. Benar mas, artikel ini mengingatkan kita untk selalu berbagi dengan pengguna jalan yan lain, walau kita juga sebagai pecinta dunia sepede, namun kita tidak ada rasa egois dalam menggunakan jalan. Sebuah kisah yang sangat inspiratif sekalai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini yang harus kita tanamkan kang, tidak egois dan saling berbagi :-)

      Hapus
  2. gw suka kalimat yang ini
    "Minoritas bukan berarti harus tertindas, mayoritas bukan berarti harus berkuasa."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah bakat jadi orator kalau demo belum bro? :-D

      Hapus
  3. Di awal taun 2005 yang lalu saya ke kantor dengan menggunakan sepeda. Kalau nda salah itu berlangsung sampai satu tahun lamanya, Sebelum akhirnya saya menggunakan sepeda motor

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heee, kadang ada waktunya kita beralih kendaraan agar lebih cepat pak. :-)

      Hapus
  4. saya sering berangkat ngajar pake sepeda, bike to work hehe

    BalasHapus
  5. hmm, kayaknya lo udah terlalu sehat banget.
    sepedaan dengan jarak yang cukup jauh mulu kayaknya....

    BalasHapus
  6. Betul, bukan melulu orang kantoran yang kerja dengan sepeda. Simbah saya berangkat ke sawah juga naik sepeda. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bersepeda itu benar-benar mengasyikkan bagi yang mengalami :-D

      Hapus

Pages