Kurangnya Lahan Kosong untuk Bermain Anak-anak - Nasirullah Sitam

Kurangnya Lahan Kosong untuk Bermain Anak-anak

Share This
Ilustrasi: Anak-anak sedang bermain layang-layang (sumber: topyaps.com)
Dibeberapa kesempatan, aku sering duduk santai diarea kos. Aku sering melihat anak-anak kecil sedang bermain saat sore hari. Ada rasa sedikit mengganjal dalam hati saja melihat mereka bermain dijalanan. Bukan diarea terbuka yang lapang untuk bermain dan jauh lebih aman dari kendaraan yang hilir – mudik, tapi malah berbaur dengan para pengguna jalan. Mereka dengan asyiknya bermain disetiap jalan, terkadang mereka sedikit mengabaikan para pengendara yang berlalu-lalang. Lebih tepatnya aku mengatakan ini adalah sesuatu yang miris sekali.

Ya, walau jalanan yang dipakai tidak seramai jalan-jalan yang lebih luas, tapi tetap saja kehadiran anak-anak sat bermain dijalanan umum menjadi permasalahan tersendiri. Yang paling pasti adalah masalah keamanan dan keselamatan anak-anak yang bermain. Selain itu juga kenyamanan pengguna jalan yang terganggu oleh kehadiran mereka. Memang jarang ada orang yang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi disini, tapi kita tidak bisa memungkiri kalau kesempatan orang untuk mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi pasti ada, bahkan dalam jalan gang sekalipun.

Dijalanan ini aku melihat anak-anak dengan santainya menaikkan layang-layang. Mereka seakan-akan mengabaikan keselamatannya demi hasrat untuk menaikkan layang-layang tercapai. Tidak luput juga bagi pengguna yang kemungkinan terkena resiko tersangkut benang layang-layang. Apapun yang mereka lakukan pada saat itu, sangat jelas kalau beresiko untuk membahayakan pengguna jalan dan membahayakan sekelompok anak-anak itu sendiri.

Dilain kesempatan, aku melihat anak-anak sekelompokan yang sama masih bermain-main dijalanan. Kali ini mereka tidak bermain layang-layang, tapi bermain sepeda. Mereka menggunakan sepeda, lalu mengayuh pedal dan berputaran dijalanan. Aku pernah mengarahkan untuk tidak bermain dijalanan, tapi mereka mengabaikan. Bahkan salah satu anak menjawab kalau tidak ada tempat yang lebih luas untuk bermain selain dijalan. Ironis sekali, mereka belum tahu resiko bermain dijalanan.

Dari sedikit pemandangan yang terlihat beberapa kali, aku merasa bersyukur. Walau lahir di desa, tapi kami mempunyai banyak tempat lapang untuk bermain. Untuk bermain layang-layang, kami bisa dilapangan umum. Untuk bermain sepedaan, kami bisa melakukannya dihalaman rumah yang tidak kalah luas. Kalaupun halapan rumah tidak luas, masih ada kebun sebelah yang bisa kami bersihkan untuk dijadikan arena balapan sepeda seadanya. Kalau misalnya main bola, kami tinggal mencari sawah yang kering untuk disulap menjadi sebuah lapangan sepakbola. Masih banyak lagi yang lainnya.

Benar adanya, semakin banyak bangunan ditepian kota membuat anak-anak terjajah lahan kosongnya untuk bermain. Banyak bangunan menjulang tinggi, tapi lahan hijau atau tempat umum untuk anak-anak bermain semakin menghilang. Mereka terpaksa bermain dijalanan dengan resiko tinggi. Seperti apapun pembangunan dikota, ada baiknya pihak yang terkait tidak melupakan untuk memberikan lahan kosong yang bisa dimanfaatkan warga setempat untuk bermain bersama anak-anaknya.
Baca juga postingan yang lainnya 

17 komentar:

  1. wah kayaknya perlu ada gerakan sosial utk ruangan terbuka bebas itu mas.. jng sampe layangan itu berubah jadi game android hehe bisa makin aneh anak" generasi mendatang hehe

    BalasHapus
  2. sekarang lahan kosong sudah beralih fungsi menjadi bangunan pencakar langit. terutama di kota-kota besar yang hanya memntingkan bisnis dari pada kehidupan manusia di sekitarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harusnya dibikin perjanjian, setiap bangunan besar wajib buat ruang publik hijau :-D

      Hapus
    2. benar Mbah Dinan, kebanyakan lahan kosong difungsikan untuk bangunan....sehingga ruang terbuka hijau pun berkurang

      Hapus
    3. Memang cukup ironis, kita berharap orang-orang yang memimpin bisa memahami tentang pentingnya ruang publik

      Hapus
  3. dulu jaman gw kecil klo main bola di lapangan, anak sekarang main bola di gedget. kadang suka sedih klo ngeliat anak kecil yang ngehabisin waktunya di warnet atau di depan gedget, tapi mereka enggak punya pilihan, lah lapangannya udah di sulap jadi rumah kontrakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener, mau nyalahin tapi nggak bisa karena memang lahan mereka terjajah :-(

      Hapus
  4. Untung saya pernah merasakan bermain layangan di lahan yang luas.. Gak seperti sekarang yang sudah sulit mencari lahan kosong. Kasian juga anak anak tidak punya lahan untuk bermain layang layang dan harus mengambil resiko bermain dijalan raya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku juga bersyukurlahir dipulau, banyak tempat luang :-)

      Hapus
  5. kasihan anak2...padahal mainan di area terbuka juga bisa merangsang daya kreatifitasnya , biar gak mainan gadget melulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bermain diluar rumah bareng teman itu lebih asyik dan menyenangkan daripada hanya pegang gadget dikamar :-)

      Hapus
  6. Iya sekarang rata-rata anak-anak dari balita sudah berkutat dengan gadget, main di luar juga perlu untuk mengembangkan kemampuan motorik anak tapi juga harus diperhatikan faktor keselamatannya :D

    BalasHapus

Pages