Kapan Terakhir Menimba Air di Sumur? - Nasirullah Sitam

Kapan Terakhir Menimba Air di Sumur?

Share This
“Krreeekkk… Kreeeekkk… Kreeekkk” Waktu kecil kita tidak asing dengan bunyi tali ataupun karet berbentuk seutas tali berdenyit saat menimba air dipagi hari. Sesekali terdengar, suaray gemericik air yang tumpah dari dalam ember, karena timba tersebut bergesekan dengan dinding-dinding sumur atau malah bersenggolan dengan ember lainnya. Rutinitas kala pagi, saat kita mandi dan ingin berangkat sekolah atau saat ingin mencuci.

Hampir di setiap rumah dalam sebuah perkampungan, mereka mempunyai sumur sendiri. Jika dimusim hujan, jumlah air pun melimpah ruah. Sehingga setiap sumur layaknya panen air, tidak terpikirkan sedikitpun bagaimana rasanya berjuang mencari air. Namun, saat musim kemarau tiba, sumur-sumur mulai mengering. Menimba air pun semakin dalam, dan tidak kaget jika beberapa sumur tetangga mengering, kalaupun ada airnya, warnanya pun tidak jernih.
Menimba Sumur menggunakan seutas tali atau karet
Ya, sumur menjadi pemandangan yang biasa dikala kita berada jauh dari perkotaan. Dan tentunya, menimba air adalah rutinitas yang kita lakukan, kala kita ingin mengambil air dan mempergunakannya untuk mandi, mencuci, atau lainnya. Jika aku tanya pada kalian dan diri ini sendiri, “Kapan terakhir menimba air dengan tangan dan seutas tali seperti ini?” Aku yakin, banyak di antara orang akan lupa, kapan terakhir menimba air. Karena kita sudah dimudahkan dengan mesin pompa air.

Melihat lebih jauh lagi, tidak jarang kita melihat sebuah gentong yang berisi air penuh berada di samping sumur. Sebuah periuk besar terbuat dari tanah dan mirip dengan Kendi, gentong ataupun Pancuran yang dipergunakan oleh warga untuk berwudhu ini juga mulai langka. Anggaplah kita sedang berjalan di sebuah desa, lalu menuju sebuah masjid/mushola untuk menunaikan sholat (bagi muslim), apakah benda ini masih kita temui? Tidak banyak tempat yang masih menggunakan pancuran/gentong seperti ini untuk berwudhu. Hampir semua tempat menggunakan kolam besar atau kran air.
Gentong atau Pancurang yang biasa digunakan untuk berwudhu
Gentong atau Pancurang yang biasa digunakan untuk berwudhu
Jangan tanya kenapa aku menceritakan dua gambar ini, lalu menulisnya dan seakan-akan gambar keduanya itu penting. Ya, bagiku; ketika aku melihat sumur dan gentong besar untuk berwudhu ini adalah sesuatu yang menyenangkan. Aku dapat mengingat masa-masa ketika masih kecil, menikmati akibat kenakalan waktu masih kecil, dan dihukum ustad untuk mengisi gentong yang dipergunakan oleh teman dan guru berwudhu ketika masih sekolah Madrasah, TPA, atau saat mengaji di surau. Sebuah hukuman yang menyenangkan bukan? Menimba air, mengisi gentong untuk wuhdu, dan tertawa bareng ketika ada teman sepantaran yang melihat aku sedang dihukum. Sambil terkekeh kadang bilang ke teman lain.

“Besok kita bikin kesalahan lagi, biar bisa main air sampai isya.”
Baca juga tulisan yang lainnya 
Itu Namanya Karma, Man!

10 komentar:

  1. gue jujur yah belum pernah menimba air disumur krn didaerah gue menimba air disumur tuh sesuatu yang jaraaanggg banget hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu sepertinya harus nyari sumur, lalu menikmati rasanya menimba air haaaa

      Hapus
  2. Dulu masih ingat pas nimba..eh.. Ember nimbanya jatuh... Waduh repot untuk bisa ngambilnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga perhan gitu, mas. Alhasil mengambil timbanya harus mengabaikan keselamatan haaaa

      Hapus
  3. udah lamaaa banget, waktu masih SD kali ya? sekarang sudah ada pompa air sih :D

    BalasHapus
  4. terakhir kali SMA, walaupun sudah ada pompa air, jika listrik padam timba ini sering digunakan :D, untuk fotonya bikin sukses flash back lagi saat masih SD sering isi gentong untuk wudhu, masih teringat "aku sengaja mengisi gentong tersebut dengan beberapa ikan mujair untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, sebenarnya aku lebih suka menimba sesekali untuk melatih otok tangan biar lebih kuat dan berotot dari pada harus nge-gym, tapi apa daya kemudahan pompa air membuat saya malas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heee, sama, dulu banyak Ikan Mujair yang ditaruh dikolam :-D

      Hapus

Pages