Akhir Pekan di Bumi Perkemahan Wonogondang, Sleman - Nasirullah Sitam

Akhir Pekan di Bumi Perkemahan Wonogondang, Sleman

Share This
Akhir pekan kembali menyapa para penunggu hari libur, aku mulai memeriksa agenda yang sudah tercatat di kalender. Akhir pekan ini aku ada acara di Bumi Perkemahan Wonogondang untuk mengisi materi di kegiatan makrab. Akupun menghubungi panitia, ternyata mereka sudah ada di sana. Akhirnya kuputuskan untuk bersepeda, mungkin ini adalah cara yang baik untuk berakhir pekan. Lagi pula sudah agak lama aku tidak bersepeda menuju arah Kaliurang.

Berangkat pukul 06.30 wib, aku mengayuh pedal sepeda menuju Warung Ijo terlebih dulu. Tujuanku di sana adalah untuk menikmati Pisang rebus, hanya saja sampai di sana Pisang rebusnya tidak ada. Padahal aku sampai di Warung Ijo itu pukul 07.30 wib. Kunikmati makanan lainnya seraya menghangatjan tubuh disinar mentari dengan menggenggam Teh panas. Aku pun melanjutkan perjalanan menuju Dusun Gondang. Rutenya pun lumayan menanjak, namun tidak tajam. Hanya tanjakan landai dan terus-menerus tanpa ada turunan. Sedikit membosankan memang, namun suasana pagi yang sepi dan hanya disalip beberapa mobil Jeep membuatku sedikit menghibur diri. Jalan Arah Cangkringan – Jalan Kaliadem; cari terus gapura yang bertuliskan Dusun Gondang dan belok kanan.
Sabtu pagi menuju Warung Ijo dan Wonogondang
Sabtu pagi menuju Warung Ijo dan Wonogondang
Sabtu pagi menuju Warung Ijo dan Wonogondang
Sampai juga dilokasi Bumi Perkemahan Wonogondang, aku bertegur sapa dengan panitia yang mengundangku. Kusapukan mata ke sekeliling area, di sana ada tiga buah tenda kecil (jadi ingat waktu kemah SD). Ternyata tenda tersebut memang dipinjam dari SD dengan gratis, kapasitasnya pun lumayan; satu tenda bisa sekitar 10 orang. sedangkan disisi lain terdapat bangunan untuk pendopo, MCK, dan panggung. Cukup sederhana, namun suasana seperti ini yang aku inginkan. Tenda-tenda tersebut berdiri ditanah lapang, dan dikelilingi pepohonan. Jadi tempatnya pun tidak panas.

Untuk mengusir rasa bosan, karena tugasku memberi materi pukul 16.00 wib (padahal sekarang baru pukul 09.20 wib), aku pun berkeliling naik sepeda melewati rute jalan kecil yang sudah tersedia. Ternyata jalan-jalan ini kadang digunakan para motor Trail, jadi aku pun harus berhati-hati melewatinya. Seluruh pemandangan tentunya identik dengan pepohonan, dan di sinilah aku merasa lebih baik. Aku berhenti di salah satu sudut jalanan kecil, duduk di ban bekas yang ada dipinggir jalanan. Menikmati hembusan angin, mendengarkan nyanyian alam, melepas lelah, dan mengabadikannya.
Di Bumi Perkemahan Wonogondang
Di Bumi Perkemahan Wonogondang
Sore pun datang, aku disibukkan dengan memberi materi pada seluruh peserta makrab. Sebuah diskusi kecil berlangsung agak lama, pertanyaan-pertanyaan pun berbalas dengan jawaban dariku. Sampai akhirnya gelap malam menggelayuti Bumi Perkemahan, agenda yang pastinya tidak akan aku lewatkan adalah menghangatkan tubuh dengan api unggun dan bercengkerama bareng peserta dan panitia. Aku hanya bilang;

“Di sini tidak ada namanya senior ataupun junior, kita semua sama. Jadi nikmatilah malam ini dengan berkumpul. Kalian sudah dewasa, kalian tahu batas-batas etika saat berkumpul menjadi satu.”
Menghangatkan diri dengan api unggun
Menghangatkan diri dengan api unggun
Hawa dingin yang menusuk tulang sedikit terasa, aku menggeliat saat udara dinihari menerpa badanku. Subuh ini, aku ikut sholat berjama’ah dengan peserta makrab. Berlanjut kemudian ngobrol santai dengan teman-teman yang semalam berdatangan. Paginya, aku tinggalkan sejenak sepeda, sengaja berjalan menuju rerimbunan pohon Bambu di antara pohon-pohon lain dan juga bangunan. Dari sela-selanya, tampak sang mentari mulai menampakkan wajahnya. Cahaya khas sunrise menyelinap di antara dedaunan, aku mengabadikan sekali, lalu berjalan menuju posko untuk mengganti pakaian.

Pakaian sudah ganti dengan jersey kemarin yang kukenakan. Sejenak aku menyiapkan diri untuk menyusuri jalanan setapak yang berbatu di sini. Sebelumnya, aku menikmati segelas Teh panas yang dibuatkan teman-teman panitia. Ahhh, nikmat banget. Hawa dingin sedikit terusir dengan Teh panas yang aku seduh pagi ini.
Sinar mentari menyeruak di antara celah pepohonan
Sinar mentari menyeruak di antara celah pepohonan
Menikmati segelas Teh panas pagi hari
Menikmati segelas Teh panas pagi hari
Lengkap sudah pakaian, dan segelas Teh panas sudah habis kuseduh. Mulai lagi kulewati rute lain yang kemarin belum sempat kulalui. Jalanan bervariasi, mulai yang hanya setapak maupun yang lebar. Namun semuanya sama, batu-batu kecil harus dilahap ban sepedaku. Ukuran ban sepeda yang kecil membuat aku menyusuri dengan hati-hati. Selain takut jatuh, takut juga hal lain terjadi pada sepedaku (maklum ini sepeda spesial untuk bekerja di jalan yang mulus). Seraya terus mengayuh pedal sepeda, aku juga menikmati udara yang sangat bersih. Benar-benar pagi yang menyehatkan.

Selamat Pagi Wonogondang
Selamat Pagi Wonogondang
Selamat Pagi Wonogondang
Aktifitas bersepedaku pun menarik perhatian para peserta maupun panitia. Saat aku sedang istirahat, secara bergantian sepeda ini dinaiki untuk keliling dekat. Ada juga yang sengaja mengabadikan diri dengan sepeda lengkap menggunakan helm sepedaku. Ada juga yang minta untuk foto bersama, okelah; hari ini aku pun berpose dengan sepeda dan dua panitia perempuan (Yuli dan Ririn). *Semoga saja namanya tidak salah, karena aku hanya ingat wajah namun sudah menghapal namanya.
Bersama dua panitia makrab
Bersama dua panitia makrab
Pukul 06.30 wib, aku minta ijin untuk pulang lebih dahulu. Aku ada janji pada acara lain pukul 10.00 wib di Benteng Vrederburg. Sebelum menuju kos, aku tuntaskan misi mencari Pisang rebus di Warung Ijo lagi, Alhamdulillah; pagi ini aku mendapatkan Pisang rebusnya. Di sini juga aku bertemu dengan teman-teman sesama pesepeda yang sudah aku kenal maupun belum aku kenal. Mereka antara lain Pak Eko, Mas Yudha, Om Boy, teman-teman Federa Jogja, dan lainnya. *Tulisan ini pada saat acara Makrab ALUS (Organisasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN SUKA) di Bumi Perkemahan Wonogondang, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada tanggal 10-11 Oktober 2015.
Baca juga tulisan lainnya 

27 komentar:

  1. asik banget mas..
    udah lama ga ikutan makrab kayak gitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, aku tiap tahun pasti ikut makrab ini, masalahnya sering jadi pemateri :-D

      Hapus
  2. mantap foto matahari di selala dahan dan ranting yang berhasil kang Rullah ambil di perkemahan Wonogondang ini, terasa eksotis banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. lebih mantaph lagi kalau liat langsung ya kang? :)

      Hapus
    2. Sebenarnya pengen foto bareng sepedanya, tapi sepedanya di bawah :-D

      Hapus
  3. Sudah lama tak mendengar kata makrab, sudah lama tak melihat api unggun. Salam untuk sepedanya ya #eh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk orangnya nggak? Nasib yang diinget hanya sepedanya :-D

      Hapus
  4. heu semua akan ada pada waktunya mungkin gitu ya mas, ?:)
    hebat lah sekalinya dapat pisang rebus dapet 2 cwek cantik pula,,,,eeeeeeeehhhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini namanya bonus yang "jackpot". Jadi hasilnya nggak terkira hahahahha

      Hapus
  5. Wah ane malah belum pernah ikutan acara seperti ini gan :-/

    BalasHapus
  6. sepedaan teruus! Kapan-kapan kalau sepedaan aku diajakin dong :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas-nya kan sibuk keliling terus hahahahhah, Udah dimana sekarang, mas? :-D

      Hapus
  7. Iya bener itu tenda-tenda yang dulu dipakai kemah anak pramuka waktu aku SD dulu, Mas. Muatnya banyak..

    Akhirnya dapet juga pisang ijonya ya. Perginya kehabisan untung pulangnya dapet.

    BalasHapus
  8. wah asik banget diajak foto2 ... #MendadakArtis ... :)

    BalasHapus
  9. Baca soal Pisang rebus jadi kangen pengen makan, sdh lama bgt nggak makan gedang godhok :)

    Itu bersepedanya dari jam 6.30 sampai jam 9.30 hampir 3 jam ya, berapa kilometerkah jaraknya?

    Lihat api unggunnya jadi kangen masa SMA dulu huhuhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya jaraknya sekitar 30km aja, mbak. Tapi istirahat lama di Warung Ijo, terus menuju Wonogondang full tanjakan (searah dengan Kaliurang)

      Hapus

Pages