Menggenggam Pasir Putih di Pantai Ngunggah Gunung Kidul - Nasirullah Sitam

Menggenggam Pasir Putih di Pantai Ngunggah Gunung Kidul

Share This
Berawal dari postingan om Jonet di FB mengenai rencana bersepeda akhir pekan waktu lalu, aku tertarik untuk bergabung. Beliau dan rombongan eNTe Jogja berencana menuju pantai Ngunggah yang terletak di Pejaten, Giriwungu, Panggang, Gunung Kidul.

Sesuai dengan rencana, kami akan berkumpul di Jembatan Siluk, dilanjut berangkat ke lokasi tepat pukul 06.00 wib. Aku mengayuh sepeda dari kos sampai Jembatan Siluk, lebih dari satu jam perjalanan untuk sampai dilokasi.

Perjalanan panjang pun dimulai, rombongan yang berjumlah enam orang berangkat dua gelombang. Hal ini dilakukan karena salah satu anggota yang ikut masih belum sampai tempat lokasi kumpul. Aku, Om Jonet, dan Om Ilmi jalan terlebih dahulu. Pagi ini kami menikmati tanjakan Siluk untuk sampai Panggang.

Tidak terasa rombongan akhirnya berkumpul ketika kami sampai Terminal Panggang. Untuk menuju lokasi pantai, dari pertigaan Terminal Panggang, ambil kiri. Tepat depan Kecamatan, kami masuk jalan belok kanan. Mengikuti jalan tersebut sampai ketemu SD Pejaten, di sana ada plang petunjuk arah belok kiri melewati jalanan kampung.
Mengabadikan diri foto dipetunjuk arah Pantai Ngunggah
Mengabadikan diri foto dipetunjuk arah Pantai Ngunggah
Salah satu jalan bebatuan menuju pantai Ngunggah
Salah satu jalan bebatuan menuju pantai Ngunggah
Awalnya jalan cukup baik, kemudian cor, berlanjut jalan yang menyiksa sepedaku dan Om Ilmi. Di tengah perjalanan, Om Ilmi terlebih dahulu ijin mutar balik, sementara yang lain terus berlanjut. Ukuran ban kecil membuatku tidak leluasa menikmati jalanan, aku terpaksa harus menuntun dititik-titik tertentu.

Hal ini dikarenakan jalanan bebatuan yang tidak layak sebenarnya bagi ban kecil. Serambi menuntun sepeda, aku mengabadikan teman-teman lain yang asyik menikmati jalanan terjal. Mereka benar-benar menikmati perjalanan ini.

Kombinasi jalan kecil, berlubang, bebatuan, naik-turun, membuat teman yang lain beraksi. Perjalanan panjang pun bermuara pada sebuah gubuk kecil yang dihuni enam motor tak bertuan. Kami menyempatkan mengisi perut, lalu kebingungan mana jalan menuju pantai.

Beruntunglah kami bertemu bapak-bapak yang jalan kaki menghampir gubuk untuk mengambil motor. Melihat kami yang kebingungan tanpa arah, beliau pun mencoba mendekati kami.
Rehat sejenak di gubuk dekat pantai
Rehat sejenak di gubuk dekat pantai
“Pak, kalau pantai Ngunggah yang ada pasirnya mana ya?” Tanya Om Jonet.

“Sana, pak.” Seraya menunjukkan arah belakangnya, sebuah jalan setapak yang dilaluinya.

“Yang ada Rumput Lautnya?” Tanyaku memastikan. Aku pernah baca di blog kalau pantai tersebut ada Rumput Lautnya.

“Iya, mas.

Bergegas kami menaiki sepeda menuju arah jalan yang diarahkan bapak tadi, tak lupa kami mengucapkan terima kasih. Baru beberapa kayuhan, aku kembali turun dari sepeda. Masalahnya lagi-lagi jalanan yang tidak cocok untuk aku. Aku dengan semangat tinggi menuntun sepeda, sementara yang lain masih seperti biasa, asyik menikmati terjalnnya jalan ini.

Untung jaraknya tidak panjang. Kami parkir sepeda menjadi satu, karena tidak memungkinkan untuk membawa sepeda ke bawah dengan jalan yang lumayan terjal. Hingga akhirnya sampailah kami di pantai, lega rasanya melihat pantai kecil namun indah. 

Pasir putih berkombinasi dengan batu pantai yang putih juga. Tidak ketinggalan warga setempat dengan Anjing peliharaannya berjalan santai di dekatku. Aku tidak menyia-nyiakan pemandangan seperti ini.
Inilah pemandangan pantai Ngunggah, Gunung Kidul
Inilah pemandangan pantai Ngunggah, Gunung Kidul
Inilah pemandangan pantai Ngunggah, Gunung Kidul
Inilah pemandangan pantai Ngunggah, Gunung Kidul
Suara lolongan Anjing seperti menyapa kami, disertai hempasan angin laut yang sepoi. Kami pun terlarut dengan keriangan sendiri. Mulai dari mengabadikan pemandangan antara dua tebing pantai, bermain air, atau seperti yang aku lakukan. 

Aku menapaki bagian air yang sedang surut, lalu menuju kubangan yang terisi air akibat hempasan ombak besar. Dari ini terlihat coral/karang yang indah dengan berbagai ornamen dan warna. Karang-karang ini memang tidak banyak, namun sudah cukup membuatku bahagia. 

Kubidikkan kamera Pocket ke karang tersebut, sesekali terlihat ikan kecil sedang silih berganti berenang disela-sela karang. Serasa sedang menikmati pantai di Karimunjawa kalau melihat pemandangan ini. Aku terlarut dengan kerianganku sendiri lagi.
Karang-karang terlihat di lautan
Karang-karang terlihat di lautan
Karang-karang terlihat di lautan
Kalau hanya mengabadikan pantai dan karang, tidak lengkap rasanya jika aku tidak mengabadikan para penghuni tetap lautan. Mahluk-mahluk yang terdiam dan tetap beraktifitas seperti biasanya walau manusia saling silih berganti datang ke sini. 

Ya, ada banyak mahluk lainnya, namun tatapanku tertuju pada dua hewan laut ini. Mungkin mereka akan menyapaku dengan bahasanya, atau mereka tetap cuek tanpa merasa terganggu oleh aktifitasku yang mengabadikannya. Ah, biarlah; yang penting kalian sudah kubidik dengan kamera kesayanganku.
Para Penghuni pantai
Para Penghuni pantai
Para Penghuni pantai
Deburan ombak memecah tertabrak karang yang ada di tengah lautan. Gumpalan air memutih, dan menerjang apapun dihadapannya untuk dapat sampai ke pasir. Berdirilah deretan para warga setempat menghindari ombak, kemudian bereaksi cepat mengambil sesuatu yang ada di karang. 

Mereka sudah sangat terlatih, instingnya pun membuatku tertegun takjub. Mereka dapat dengan cepat mengambil “sesuatu”, lalu memasukkan pada karung plastik yang dikalungkan seperti tas. Aku mendekati bapak-bapak lain yang sedang bersantai di tepian pasir seraya mengamati temannya yang beraksi dibatas depan pantai.
Para pencari Rumput Laut di pantai Ngunggah
Para pencari Rumput Laut di pantai Ngunggah
“Ngambil apa, pak?” Tanyaku setelah menjabat selurh tangan bapak yang berkumpul

“Ngambil Rumput Laut, mas.”

“Dalam satu hari biasanya dapat berapa kilo, pak? Harganya berapa?” Tanyaku lagi.

“Satu karung mas, biasanya 50kg. Dijual basah, satu kilonya enam ribu rupiah.”

“Ini enak loh, mas dimakan,” Seloroh bapak seraya memakan Rumput Lautnya.

Aku pun tertarik dan mengikuti beliau memakan jenis Rumput Laut yang kecil ini. Rasanya sangat asin, ekspresiku membuat bapak-bapak yang sedang istirahat di pantai terbahak-bahak. Terima kasih atas keramahannya, pak.
Rumput Laut di pantai Ngunggah
Rumput Laut di pantai Ngunggah
Menurut informasi dari bapak-bapak yang berkumpul, nantinya pantai Ngunggah akan diperbaiki akses jalannya. Beliau pun menjelaskan kalau sudah banyak pengunjung yang masuk ke sini, namun belum dikenai tarif. 

Keterangan lainnya yang membuatku terhenyak adalah, di sini masih banyak Kera. Walau waktu aku berkumpul tidak ada satupun Kera yang nongol. Mungkin mereka takut dengan Anjing-anjing yang mengonggong dari tadi.

Matahari tepat di atas kepala, waktu Dhuhur sudah masuk, kami putuskan untuk sholat terlebih dahulu. Kami pun bergantian sholat dengan memberdayakan sarung serta batu besar yang terlihat lempeng. Untuk wudu, kami menggunakan air laut. Setelah itu, kami berfoto bersama (minus Om Ilmi). Terima kasih teman-teman yang sabar menungguku selama perjalanan.
Foto bareng di pantai
Foto bareng di pantai
Kurang afdol kalau sudah di pantai, tapi tidak mengabadikan diri sendiri. Benar seperti itu kan? Jujur, di pantai ini aku seperti anak kecil yang sibuk sendiri. Sibuk mengatur setelan kamera sepuluh detik untuk tiga jepretan, menaruh Tripod mini di tempat yang pas menurutku, lalu bermain dengan pasir, bebatuan, dan pastinya sedikit merendam kaki dengan air. 

Aku tidak bsah-basahan seperti teman yang lain, tapi aku sangat menikmati waktu di pantai. Pantai adalah tempat yang sudah akrab denganku sejak kecil, dari kecil setiap pagi aku pasti ke pantai. Sebelum mandi sore pun, aku menyempatkan untuk mandi laut. Pantai memang tempat spesial menurutku. Termasuk pantai Ngunggah ini, pantai yang berpasir putih ini membuatku asyik untuk terus bermain dan mengabadikannya.
Hallo pantai!!
Hallo pantai!!
Hallo pantai!!
Hallo pantai!!
Ada pemandangan yang unik di salah satu batu besar di pantai Ngunggah. Sebuah bendera Merah Putih tertancap pada sela-sela lubang bongkahan batu. Aku mengabadikan bendera tersebut. Oya, bagaimana dengan genggaman pasir putih?

Aku tidak mengabaikannya, namun aku sempat mengabadikan waktu memotret bekas rumah Kelomang/Umang-umang dengan segenggam pasir putih di bawahnya. Sudah mewakili dengan judulnya kan?
Bendera Merah Putih dan Segenggam Pasir Putih Pantai Ngunggah
Bendera Merah Putih dan Segenggam Pasir Putih Pantai Ngunggah
Bendera Merah Putih dan Segenggam Pasir Putih Pantai Ngunggah
Selalu ada harapan agar pantai ini menjadi terkenal, lebih ramai pengunjungnya, dan tetap merawat kebersihan pantai dari sampah. Bagi kalian yang berada di Jogja, pantai ini cukup aku rekomendasikan karena pasirnya putih dan juga jaraknya tidak terlalu jauh dari Jogja. 

Terima kasih untuk setiap warga yang selama perjalanan (masuk ke jalan pantai) karena menyapa kami dengan ramah, keramahan yang pasti tidak akan terlupakan. Terima kasih untuk Om Jonet, Om Ilmi, Om Yusron, Mas Widi, & Mas Dwi yang mengajakku ke tempat indah ini, besok-besok aku diajak lagi ya kalau bersepeda. 

Oya, waktu kami menaiki jalan ke tempat parkir sepeda, akhirnya kami melihat Kera yang berlarian seraya menjerit kencang. Mungkin itu tanda dia mengucapkan salam perpisahan untuk sementara waktu. *Kunjungan ke pantai Ngunggah pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015 bersama teman-teman komunitas eNTe Jogja.

Baca juga tulisan lainnya 

31 komentar:

  1. pantainya sepiii...
    boleh deh jadi kunjungan selanjutnyaaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini banyak warga setempatnya, jadi asyik kalo buat ngobrol santai dengan warga :-D

      Hapus
  2. seru itu perjalanan ke pantainya, kayak maen petak umpet.. pantainya menyembunyikan keindahannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, sedikit tersembunyi emang hehehhee, tapi seru. Pengen lama-lama di sini :-D

      Hapus
  3. Balasan
    1. Sudah terwakili dg pertanyaan ini. Hehehe
      Kemarin Kak May diajak gak ikut.

      Hapus
    2. Sudah terwakili dg pertanyaan ini. Hehehe
      Kemarin Kak May diajak gak ikut.

      Hapus
    3. Cocok kok, tapi tetap ada sedikit kekurangan. Tidak ada fasilitas MCK, dan tentunya masih ada Kera yang kadang berlalu-lalang di sini.

      Hapus
  4. ah liat foto fotonya jadi rindu sama pantai pantai di wonosari , angin kenceng, deburan ombak, pasir putih, aduh nikmat banget deh suasananya

    BalasHapus
  5. ini pantai yang luar bbiasa indah sekali mas. biota lautnya keliatan banget ya mas

    BalasHapus
  6. memang keidahan indonesia ini harus terus ditulis oleh para bloger biar dunia tau indonesia itu indah. biar para konglomerat indonesia yg suka liburan ke luar sono ga jauh jauh. majukan indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih keren lagi kalau ditulis dengan dua bahasa, Indonesia dan Inggris hehehhehe. :-D

      Hapus
  7. Setiap lebaran rutin liburan ke pantai-pantai di Gunungkidul. Pantai Ngunggah ini belum sih jadi semoga lebaran tahun depan bisa main ke pantai ini..```

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lokasinya dekat dari arah Siluk, mas :-)
      Jadi kalo ke sini bisa sekalian ke Pantai Bekah atau turun ke Parangtritis.

      Hapus
  8. Pantainya masih enak nih untuk foto-foto hihi
    Bisa dijadikan opsi kalo ke Jogja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, gan. Bisalah kalau untuk opsi pantai lain :-D

      Hapus
  9. pengen banget bisa tooting pake sepeda,,, namun apalah daya ku,,, 40 kilo aja dah ngos ngosan hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, sekali-kali naik sepeda, mas. 40km itu udah sangat bagus loh, mas :-)

      Hapus
    2. masalah nya udah jarang gowes hahahah

      Hapus
  10. banyak hewan laut'a yah mas
    kapan-kapan boleh juga nih liburan ke sana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, nggak sengaja lihat di pantainya, mas :-D

      Hapus
  11. ga abis2 ya mas pantai di daerah gunkid ini... slalu aja ada pantai baru kayaknya... :)

    Aku suka jg rumput laut, bikin awet muda :D... tp ga prnh sih ngerasain rumput laut yg bnr2 mentah bgitu ;p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah tahu gitu aku makan banyak, biar awet muda kakakkakakak

      Hapus
  12. ya ampuuuuunnnn.... dapet aja tempat bagus kaya beginik. envy euyyy.... klo sunsetnya kaya apa yah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga lagi mikir gimana kalo pas sunset, hemmm semoga bisa ke sini lagi hahahhahha

      Hapus
  13. Buat bikecamping sepertinya menarik. :)

    BalasHapus
  14. lautnya memang keren, baru kemarin gue ke sana bang, mampir juga ya ke andinugraha[dot]com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pantainya sepi dan kecil toh, bang. Seru banget kalau di sana bisa berinteraksi denganw arga.

      Hapus

Pages