Menyantap Ingkung Ayam di Gubuk Sawah - Nasirullah Sitam

Menyantap Ingkung Ayam di Gubuk Sawah

Share This
Sebulan yang lalu, aku dan teman-teman main merencanakan untuk kuliner Ingkung Ayam di salah satu tempat. Ingkung Ayam adalah sajian ayam penuh yang tinggal dihidangkan. Akhirnya akhir pekan kemarin, rencana yang sudah kami rencanakan terlaksana. Minggu pagi, aku dan rombongan menuju Dusun Plumbungan, Desa Putat, Patuk, Gunung Kidul. Dusun ini terletak tidak jauh dari Embung Nglanggeran, atau malah lebih dekat lagi dari tempat wisata yang sempat ngehits tahun lalu, Kedung Kandang. Mengendarai motor, rombonganku menyusuri jalanan Patuk, dan sedikit tersendat di area Bunga Amarilis yang sedang booming dan rusak.

Perjalanan sampai pada pertigaan yang belok kiri menuju Gedangsari, Nglipar, dll. Aku dan rombongan membelokkan motor ke kiri, dan sekitar 20 meter kembali belok kiri. Di sisi kiri terdapat SMA 1 Patuk, aku dan rombongan menyusuri jalanan lebih kecil. Sampai akhirnya perjalana berhenti di sebuah hamparan sawah yang bertuliskan “Kampung Emas Plumbungan”. Hamparan sawah di sisi kiri pun dihiasi dengan gubuk-gubuk di tengah sawah. Sementara itu di tepian berjejeran orang-orangan sawah yang berjejer rapi. Tepat di tengah sawah terdapat sebuah kincir buatan petani yang berputar dan berbunyi ketika terkena hempasan angin.
Orang-orangan sawah dan hamparan sawah usai panen
Orang-orangan sawah dan hamparan sawah usai panen
Orang-orangan sawah dan hamparan sawah usai panen
Sepeda motor kuparkir di tepi jalan, sebelah kiri sebuah lapangan bola voli dikelilingi jaring-jaring. Sementara di jalanan masuk sudah berkumpul bapak-bapak sedang kerja bakti.

“Selamat pagi, pak. Mau tanya, kalau pesan Ingkung Ayam di sini dengan siapa ya?” Tanyaku seraya menyalami bapak-bapak di sana.

“Di sini, mas. Sama pak Karanto,” Jawab salah satu bapak seraya menunjuk bapak lainnya diujung.

Aku pun terlarut obrolan ringan dengan pak Karanto membahas rencanaku esok siang ingin makan siang di tempat ini. Tepatnya di tengah-tengah sawah. Untuk meyakinkan beliau, aku menitipkan uang muka sebesar 50% dari harga yang sudah dipaparkan. Urusan selesai, aku berpamitan dengan bapak-bapak di sana.
*****

Sudah kusepakati kemarin kalau nantinya rombongan kami akan menikmati Ingkung Ayam di sebuah gubuk yang berdiri di tengah sawah. Ada banyak gubuk-gubuk kecil, aku sudah memilih gubuk yang di dekat jalan karena lebih besar. Aku dan rombongan berjalan menuju pematang sawah, dan menunggu hidangan Ingkung Ayam yang sudah diolah, tinggal dibawa ke gubuk untuk kami santap. Disela-sela menunggu hidangan makan siang, aku pun mengabadikan momen kumpul bersama. Rombongan ini berjumlah Sembilan orang.
Makan di tepian sawah
Makan di tepian sawah
Makan di tepian sawah
Gelak tawa silih berganti terdengar dari gubuk kami, candaan teman-teman main membuat suasana menjadi lebih santai. Embusan angin digubuk sawah membuat suasana semakin cair. Ini adalah sensasi tersendiri bagiku saat menyantap makan siang di tepian sawah. Sayangnya hujan belum terlalu sering mengguyur area sini, dan sawah-sawah pun selesai dipanen, sehingga tidak terdengar bisikan helai daun/batang padi yang terkena hembasan angin.
Ingkung Ayam, Tempe Goreng, hemmm :-D
Ingkung Ayam, Tempe Goreng, hemmm :-D
Ingkung Ayam, Tempe Goreng, hemmm :-D
Satu persatu hidangan sudah disajikan, Satu Ingkung Ayam, Tempe Goreng, sedikit Gudangan (semacam urapan), Dua Kendi Kecil Wedang Serei, Satu Kendi Besar Air Putih, Satu Teko Es Teh. Tidak ketinggalan juga Sambel dan Rempeyek. Tidak perlu menunggu lama, aku dan teman-teman pun melahap sajian kali ini serasa tetap bersenda gurau.

Untuk makan, sajian di sini tidak menggunakan piring. Namun membuat anyaman dari dauh pohon Kelapa yang dianyam seperti sebuah piring. Di bagian atasnya pun dilapisi daun Pisang, sehingga suasana desanya pun sangat kental. Ingkung Ayam ini kami makan sebanyak Sembilan orang, namun kami tidak habis. Nikmat rasanya bisa menikmati sajian dengan suasana perkampungan. Oya hampir lupa, nasinya bukan nasi liwet, namun nasi yang gurih. Hemmm, jadi pengen menyantap kan?
Mari kita makan Ingkung Ayam
Mari kita makan Ingkung Ayam
Mari kita makan Ingkung Ayam
Dari informasi yang aku gali selama di sini, konsep desa wisata kuliner ini sedang dalam tahap pembangunan. Saat aku ke sini, sebuah gazebo (rumah panggung) besar sedang dalam proses pembangunan. Dari salah satu pelaku wisata desa, pembangunan desa wisata ini memang akan dimulai awal tahun 2016. Nantinya tidak hanya untuk kuliner saja, namum konsepnya akan seperti tempat outbond. 
Gazebo panggung yang belum jadi
Gazebo panggung yang belum jadi
Jika nantinya dibuat outbond memang bagus, karena lokasinya di sawah dan ada aliran sungai kecil. Untuk menikmati satu paket Ingkung Ayam (beserta Wedang Serei & Air Putih Kendi) dan tambahan Es Teh, aku hanya merogok kocek sebesar Rp 220.000,- saja, dengan rincian Paket Ingkung Ayam (porsi besar) Rp. 200.000,-. Terima kasih untuk teman-teman yang  menyempatkan waktu untuk ikut kumpul, bulan depan kita cari lokasi lain lagi ya. *Kuliner ini di Dusun Plumbungan, Desa Putat, Patuk, Gunung Kidul pada hari Minggu, 29 November 2015.
Baca juga kuliner lainnya 

18 komentar:

  1. wah mantap mas enak lezat kayake hehe....

    BalasHapus
  2. baca sama liat gambar siang2 gini godaan bgt :D

    BalasHapus
  3. Wuih kayanya asyik banget bisa makan bersama di tengah sawah bareng teman ya gan!

    BalasHapus
  4. Wih mantep, makan bareng diatas gubuk
    dulu sering makan diatas gubuk deket sawah, tapi sekarang udah gak ada gubuk'a
    sawah'a juga udah mulai sempit gara-gara dibangun perumahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sawah di pinggiran kota memang seperti itu, mas. Lama-kelamaan tergerus oleh waktu dan hilang diganti bangunan kokoh

      Hapus
  5. Ckcckckckckkc......nyammmmmmiiii

    BalasHapus
  6. AAKKK! Murah banget itu 200 rebu ber-8! Langsung klik bookmark.

    BalasHapus
  7. makan di saung .. ditengah2 sawah ... bener2 nikmat ...

    idenya keren juga ya .. desa kuliner ... bakalan jadi destinasi wisata yang menarik ...
    bisa diaplikasikan di desa2 lain ... sekalian menaikkan taraf perekonomian warga disana ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang, jadi masyarakat setempat bisa memberdayakan karang taruna untuk ikut andil untuk kegiatan di Desa Wisata

      Hapus

Pages