Potret Pagi di Jembatan Soka Pundong Bantul - Nasirullah Sitam

Potret Pagi di Jembatan Soka Pundong Bantul

Share This
Jembatan Soka tinggal kenangan
Jembatan Soka tinggal kenangan

Menjelang isya, kami serombongan sudah tiba di rumah mbak Dwi. Sambutan keluarga beliau membuat kami (Aku, Gallant, dan Mbak Aqied) sangat terkesan. Terlebih di sana disajikan makanan kesukaanku; Pisang Rebus dan Kacang Rebus, beserta buah-buahan.

Sebelum berangkat ke Pundong, aku sudah mempunyai lokasi yang nantinya akan kami kunjungi. Salah satu lokasi tentunya Jembatan Kecil Soka; atau warga setempat sering menyebutnya dengan nama “Jembatan Suko”. 

“Memangnya kenapa mas Sitam pengen motret Jembatan Suko?” Tanya Mbak Dwi penasaran. 

“Pengen saja, mbak. Dulu tahun 2008 aku pernah lewat sana. Lumayan takut juga menyeberang pakai motor,” Jawabku. 

Semacam mengulik memori panjang mengenai desa Srihardono. Waktu itu ada dua perjuangan yang mempunyai hasil berbeda tahun 2008. Ketika aku menginjakkan kaki di Jogja (kuliah tahun 2007); tahun 2008 aku pernah mampir di Srihardono karena kakak iparku (sekarang) KKN di sini. 

Kala itu, aku masih melihat banyak sisa-sisa bangunan yang roboh terkena dampak gempa 2006 yang pusatnya di sini juga. Bahkan rumah yang dijadikan basecamp KKN juga masih dalam keadaan sebagain rusak. 

“Semoga tengah malam nanti hujan, biar paginya agak berkabut dan segar,” Harap Gallant seraya merebahkan badan. 

Doa Gallant dikabulkan, tepat pukul 02.00 WIB, hujan mengguyur Pundong. Tapi menjelang adzan subuh sudah reda. Aku dan Gallant mengikuti simbah perempuan yang berjalan menuju Mushola tidak jauh dari rumah Mbak Dwi. 
Memotret jembatan Soka kala pagi
Memotret jembatan Soka kala pagi

Pagi menyapa dengan segala kesejukannya, suara burung bersahutan dengan kokokan ayam di kandang. Langit sedikit berbalut awan tipis, kami melajukan kedua motor menuju Jembatan Soka. Jembatan tersebut cukup bagus diabadikan kala pagi hari.

"Ini yang mau aku tunjukkan pada kalian," Ujar mbak Dwi sebelum kami berangkat.

Depan rumah mbak Dwi ada banyak tanaman. Tak hanya itu, di setiap jarak berdekatan ada dua kolam kecil. Dia memelihara ikan dan Kura-kura. Namun yang ingin ditunjukkan pada kami semalam adalah rambatan pohon Anggur di depan rumah. Pohon tersebut sudah berbuah, ada banyak Anggur yang bergelantungan, namun belum bisa dipanen karena masih muda.

Tatkala sampai di Jembatan Soka, kami sibuk mengabadikan jembatan dari berbagai sudut. Aku sesekali mengganti lensa kamera. Sementara teman yang lainnya sudah membidik jembatan dengan berbagai gaya. 

Jembatan Soka ini awalnya dijadikan salah satu jalan penyeberangan alternatif warga setempat sebelum di sampingnya dibangun jembatan permanen baru yang bisa dilewati segala kendaraan. Jembatan ini menghubungkan antara desa yang dipisahkan oleh sungai Opak; Srihardono dengan Seloharjo. 

Jembatan ini sudah jarang dilewati oleh warga setempat, karena aksesnya lebih mudah menyeberangi jalan melalui jembatan yang lebih besar. Setahuku, Jembatan ini beralih fungsi bagi para pecinta fotografer untuk mengabadikan setiap sudutnya, tak ketinggalan kadang beberapa orang sengaja ke sini untuk berfoto.
Jembatan Soka Pundong, Bantul
Jembatan Soka Pundong, Bantul

Suara aliran sungai terdengar deras. Hanya saja, karena sering hujan menjadikan warna aliran air sangat coklat. Aku beranjak menuju jembatan besar dan mengabadikan Jembatan Soka ini dari arah yang berbeda. 

Warna cat besi jembatan yang kuningnya mulai pudar dan kusam berkombinasi dengan aliran sungai Opak yang keruh, kontras dengan pemandangan hijau pepohonan sepanjang bukit di belakangnya. Dari kejauhan sini juga tampak jelas dua penyanggah jembatan yang di bawahnya menjadi tempat singgahan sampah yang tertahan dan tak bisa hanyut. 

Kabut tipis masih menggelayut manja di antara pepohonan. Tampak sejuk, apalagi semalam diguyur hujan. Dari kejauhan juga terlihat burung Bangau berwarna putih berterbangan, ada kalanya dia hinggap di dahan tertinggi salah satu pohon.

"Sebenarnya aku pengen sekali mengabadikan burung Bangau tersebut." Kembali mbak Dwi memecah keheningan. 

“Kita ke ujung saja, yuk?” Ajak mbak Aqied. 

“Oke!!”
Jembatan Soka dari sudut lain
Jembatan Soka dari sudut lain

Kaki-kaki kami menapaki setiap jengkal papan jembatan. Berjalan beriringan dengan jarak sekitar 2 meter. Jembatan terasa bergoyang-goyang, tanpa berhenti di tengah; kami terus berjalan sampai ujung seberang. Tak ada orang lain yang di jembatan ini selain kami, sehingga dengan bebas kami berfoto di sini tanpa mengganggu orang lain ingin menyeberang.

“Huahuahua jembatannya bergoyang,” Aku sedikit berteriak.

“Hati-hati, mas. Di dekat seberang sana banyak papannya rusak. Jadi berlubang,” Teriak mbak Dwi mengingatkan.

Ya, mbak Dwi kan tuan rumah. Jadi beliau paham di mana titik-titik jembatan ini yang rusak. Semakin dekat dengan ujung seberang memang ada papan yang sudah hilang. Lubang menganga di jembatan. Kedua mata diharuskan konsentrasi melihat ke bawah.

Walau di bawahnya lagi masih ada penyanggah besi, tapi tetap saja wajib waspada. Takutnya tetap bisa terperosok jika tidak berhati-hati. Berhasil sampai ujung, aku menyiapkan Tripod dan berfoto bareng di sini
Formasi lengkap
Formasi lengkap

Sebenarnya, tidak jauh dari jembatan Soka ini juga ada satu jembatan kecil lagi. Jembatan ini ada di Nangsri, malahan jembatannya masih digunakan oleh warga setempat untuk menyeberang. Kami sebenarnya sempat menyeberangi juga, tapi karena waktu itu kamera sudah di dalam tas, serta banyak yang menyeberang membuatku mengurungkan niat untuk berhenti dan mengabadikan. 

Takutnya gara-gara kami berhenti di tepian jembatan membuat para penyeberang lain sedikit terganggu. Kebiasaan kami setiap di suatu tempat seperti ini selain berfoto adalah iseng membaca coretan para pengunjung yang tak mengenal etika. Ada banyak coretan dari spidol di setiap cor penyanggah atau di besi. Bahkan beberapa menulis di papan jembatan. 

Tulisan seperti; Jauh di mata dekat di hati, Kutunggu balasan pesanmu, atau tulisan norak seperti aku sayang kamu (menyebutkan nama) tersebar di mana-mana. Serambi membaca, kami bersantai di ujung jembatan. Celetukan dan derai tawa panjang kadang keluar dari kami, entahlah antara miris karena banyak coretan tak bertanggungjawab di tambah kalimat yang menggelitik membuat kami tertawa. 

Apa daya, tak semua orang dasar jika mencoret-coret seperti ini bukan sesuatu hal yang baik. Tapi kenyataannya hampir di setiap tempat tetap saja tidak luput dari coretan orang tak bertanggungjawab. Mentari mulai terlihat di ufuk timur bersamaan dengan kami yang meninggalkan Jembatan Soka Pundong. *Memotret Jembatan Soka Pundong pada hari Sabtu, 13 Februari 2016.

Perbaruan Informasi

Jembatan Soka dan Jembatan Nangsri yang berjarak tidak berjauhan di Pundong kemarin (28 November 2017) roboh terkena aliran sungai meluap. Dokumentasi di atas hanya tentang Jembatan Soka, sementara penulis belum sempat mengabadikan Jembatan Nangsri.

42 komentar:

  1. Terkejut akuu, ke jembatan doang bisa nulis sepanjang itu ya mas :) kapan kapan Tak guide in lagi kalau mau prewed di situ yaa :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bikin sesak nafas nggak? Ati-ati kalo gejala itu sempat terjadi itu tandanya penyakit jomblo dan beban; kudu banyak-banyak curhat :-D

      Hapus
  2. wah lumayan lama juga ya mas tahun 2008 kesini. Aku pernah kesini tahun 2013 waktu itu pakai motor... lumayan yut yut juga mas, nggak bisa membayangkan kalau jatuh di tengah, hehehe,... jembatannya memang keren dan beda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, wah emang banyakc erita tentang jembatan ini, mas :-D

      Hapus
  3. Jembatannya ngeri.. Banyak papan yg hilang... Aman ngga itu mas... ???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selama siang hari dan kita hati-hati tetap aman, kok :-D

      Hapus
  4. Mas
    Kalo lompat dari jembatan suko ke bawah y jatuhnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya iya, tapi jangan dicoba deh. Takutnya beneran ke bawah...

      Hapus
  5. Aku tidurnya pules banget ya. Gak tau kalo jam 2 hujan. Gak tau kalo kalian ke masjid

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wonder women, lah dari ujung gunung langsung ke pante Selatan :-D

      Hapus
  6. Wkwkwkw kalian berempat solid dan hits sekali mas wkwkw :D

    Duuuuh, aku belum kesampaian nih mau ke jembatan soka itu ._. wkwk pengen foto-foto unyu disana juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaaa kami mah asal ada waktu tepat langsung kumpul :-D

      Hapus
  7. jadi jembatannya jarang dipake lagi buat penyebrangan ya mas.
    eh, jalan-jalan mulu perasaan, ngiri euy -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jarang mas, karena di dekatnya sudah ada jembatan permanen yang lebih besar dan bisa dilewati bus/truk

      Hapus
  8. Didaerah kalbar juga banyak jembatan gantung yang masih tradisional banget kak. klo lewat goyang goyang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di sana aku nggak kaget om :-(
      Bnyak diluar Jawa sana jalan seadanya.

      Hapus
  9. Jembatanya panjanggg bener ya mas :D

    BalasHapus
  10. waaah aku gak diajak.. mau dong kapan2 diajak.. :D

    BalasHapus
  11. aku kangen kucingnya mbak dwi :(

    BalasHapus
  12. Sekitar 3 minggu lalu aku juga ngeposting soal jembatan ini. Tapi foto2 punya mas lebih greget.

    Pernah lewat sini pake motor? Alamak... Aku aja jalan kaki ditemani angin sepoi2 yg bisa bikin jembatan goyang aja udah deg2an apalagi naik motor! Super sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh iyakah sudah pernah posting? Heeeee, Dulu tahun 2008an naiknya. Perasaanmu aja, mbak; kan foto itu sama hahahahha

      Hapus
  13. Kalobliat jembatan gantung panjang gini jadi inhat jembatan di tangkahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kalau liat jembatan kayak gini ingat perjuangan, om. Perjuangan sama siapa gitu ahahhahahaah

      Hapus
  14. kenapa jembatannya bolong-bolong,, halah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena udah lama dan nggak diperbaiki (ada pengganti jembatan baru) :- D

      Hapus
  15. Jembatannya cantik sekali, pagi yang berembun romantis kalau menurutku, jadi seneng kalau malam-malam hujan, paginya hujan reda...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, kalo malam ujan paginya benar-beanr sejuk :-D

      Hapus
  16. menarik juga jembatannya untuk foto2 ...
    pondasinya sudah beton tapi pijakannya masih kayu .. mungkin ngirit biaya atau supaya lebih menantang adrenalin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata-rata emang seperti ini semua jembatannya, kang :-D

      Hapus
  17. jembatannya panjang ya, ngeri kalau saya, soalnya takut ketinggian.. hmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan panjang karena memang menyeberangi sungai Opak.

      Hapus
  18. huaaaa medeni jembatane...tapi bagus buat foto2 coba deh lompat2 di tengahnya..wwkkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh malah kon loncat ahahhaha.
      Aku masih sadar akan keselamatan loh ahahhahah

      Hapus
  19. Sedih, jembatannya hancur kena arus.... padahal buat bunggee jumping seru. Hehehe

    BalasHapus
  20. Aku liat di berita tadi, jembatan putus lagi. Semoga yg kena banjir bs segera surut airnya

    Btw, aku rada takut jg kalau nyebrang jembatan kaya gini pakai motor. Jalan kaki jg kadang serem sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada beberapa jembatan gantung yang bisa dilewati kendaraan motor, tapi rata-rata tidak. Hanya untuk pejalan kaki

      Hapus
  21. Ya ampun padahal tinggi banget jembatannya ya, tp kok td aku liat videonya airnya bisa sampai atas gitu.. Makasih mas sharing kenangannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Airnya meluap mbak, jadi seluruh jembatan kecil terkena imbasnya semua. Semoga Jogja cepat bangkit.

      Hapus

Pages