Deburan Ombak Memecah Kesunyian Pantai Sedahan Gunungkidul - Nasirullah Sitam

Deburan Ombak Memecah Kesunyian Pantai Sedahan Gunungkidul

Share This
Pemandangan dari pantai Sedahan, Gunung Kidul
Pemandangan dari pantai Sedahan, Gunung Kidul

“Setiap hempasan ombak ke pantai itu laksana rindu yang berkepanjangan. Suatu harapan besar yang datang dari air laut; mereka beriringan untuk cepat sampai di pantai, lalu menghempaskan dirinya ke pesisir pantai untuk melepas rindu. Walau tak semua hempasannya sampai ke pasir di tepian, tapi terkadang mereka merelakan diri menerjang tebing.”

Teriknya siang membuat rombonganku acapkali berhenti untuk mengatur nafas. Tak terasa kami sampai di pertigaan yang memisahkan jalan menuju pantai Greweng dan pantai Sedahan. Gemericik suara air di sela-sela bebatuan membuat kami tertarik untuk membasuh muka. 

Kami pun memanfaatkannya waktu untuk mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga. Air dari aliran tersebut sangat segar. Ada banyak ikan kecil yang hilir-mudik di dalam air, mereka kadang sembunyi kala melihat kepala kami melongok ke arah air.

“Lanjut ke pantai Sedahan atau langsung balik?” Tanya Charis meminta pendapat dari kami.

“Aku ikut yang lain saja,” Jawabku.

Selama beristirahat, kami pun berdiskusi kecil. Langsung ke parkiran atau mencoba singgah ke pantai Sedahan. Akhirnya kami putuskan bersama untuk menuju pantai Sedahan, sementara Ardian memutuskan tinggal dan menunggu kami di pertigaan tersebut. Sebenarnya Ardian juga penasaran ingin melihat pantai Sedahan, tapi dia kelelahan sehingga memutuskan untuk beristirahat saja.
Plang penunjuk arah ke pantai Sedahan
Plang penunjuk arah ke pantai Sedahan
Plang penunjuk arah ke pantai Sedahan
“Kalau aku nggak ada di sini, berarti sudah duluan ke tempat parkir,” Terangnya sambil menyeka keringat.

Kami berlima mengikuti jalan setapak membelah bukit kecil. Di sisi kanan terdapat gubuk. Jalan sedikit lebih terjal, dan agak naik. Tepat di atas terdapat lagi bangunan semi permanen. Dari tulisannya, di sini bakalan dibuat semacam warung dan tempat kamar mandi untuk bilas para pengunjung pantai Sedahan. Di sini juga terdapat plang petunjuk arah ke pantai Sedahan.

Seperti jalanan tadi, setiap berapa meter terdapat kandang sapi. Kami terus mengikuti jalan sampai di dekat warung. Di sana kami bertemu dengan rombongan lain yang beristirahat di warung. Ternyata salah satu dari rombongan tersebut adalah temanku yang sama-sama pernah kerja parttime di Perpustakaan UIN Suka. Aku ijin mendahului ke pantai Sedahan yang tak jauh lagi. 

Jika kuruntut dari plang tempat kami beristirahat, jaraknya hampir sama dengan dari plang terakhir ke pantai Greweng. Mirip dengan lokasi pantai Greweng, di sini pun pasirnya putih bersih, dan diapit dua tebing. Yang membedakan hanyalah lokasinya jauh lebih kecil, serta pengunjungnya sangat sedikit. Waktu aku di sini tak lebih dari 10 orang di pantai, sudah termasuk aku dan rombonganku.
Pasir putih di pantai Sedahan
Pasir putih di pantai Sedahan
Pasir putih di pantai Sedahan
Seperti yang kulakukan di pantai Greweng, saat teman-teman asyik berteduh sambil menikmati pemandangan pantai Sedahan, aku sendiri berjalan ke arah tebing pantai sisi kiri. Sama dengan pantai Greweng yang sedang surut, dari sini aku membidik objek yang mirip. 

Empasan ombak yang menerjang tebing bebatuan menjadi objek yang menarik bagiku. Mataku pun tertarik pada atas tebing, sebuah burung terbang tanpa sempat kuabadikan. Burung tersebut menuju tebing baliknya. Sesekali burung tersebut terbang menyambar mangsa, tapi selalu gagal.

Aku melangkah ke arah tengah di atas hamparan pasir putih. sepertinya pantai Sedahan lebih nyaman untuk dijadikan tempat berkemah, walau tak seluas pantai Greweng. Berlanjut aku menuju tebing sisi kanan. Di sana ada semacam jalur untuk air yang sedalam lutut di antara karang-karang yang tak terkena air saat surut. 


Jalur ini menjadi jalan bagi ombak yang menghempaskan ke tebing. Tekanannya lumayan keras, aku menghindar dengan berdiri di bebatuan seraya mencoba mengabadikannya. Buih-buih putih laksana kapas membentang di hadapanku.
Deburan ombak memecahkan kesunyian
Deburan ombak memecahkan kesunyian
Deburan ombak memecahkan kesunyian
“Berdua saja, mas?” Sapaku pada dua orang remaja yang di dekat tebing.

“Iya mas. Survey tempat untuk kemping,” Jawabnya.

Kami berbincang agak lama, aku juga menceritakan kondisi di pantai Greweng. Ternyata kedua orang yang berasal dari Solo ini survey dulu apakah nanti akan berkemah di pantai Greweng atau di pantai Sedahan.

“Kalau aku sih mendingan di sini mas, jauh lebih sepi. Tapi coba saja ke pantai Greweng dulu untuk membandingkan kalau mau berkemah. Tadi di sana ada dua dome sih,” Ujarku pada mereka.

“Kalau untuk mandi laut, mas? Apa palungnya juga seperti itu?”

“Sama saja, mas. Kalau mau main air saja bisa, tapi kalau untuk berenang, jangan. Sama seperti ini, langsung dalam dan ombak besar. Kalau mau mandi laut mending ke pantai Wediombo,” Saranku lagi.

Selesai berbincang agak lama, aku menghampiri teman-teman yang sedari tadi hanya duduk menungguku. Mereka ikut sebenarnya penasaran dengan pantai Sedahan itu seperti apa. Sementara aku memang ingin ke sini karena mumpung berdekatan dengan pantai Greweng.

Selain itu, mumpung aku juga membawa kamera. Benar saja, sampai di tempat teduh, teman-teman bergegas menuju pasir dan memposisikan diri untuk difoto.

“Kelihatan toh dari sana?” Teriak Wulan.

Aku menganggukkan kepala, kembali mengambil Tripod yang ada di dalam tas, dan mengatur bidikan. Tak butuh waktu lama, kami pun mengabadikan diri di pantai Sedahan. Selesai mengabadikan diri, kami bergegas meninggalkan pantai ini. 


Kunjungan singkat ke pantai Sedahan ini tak membuatku menyesal. Dari sini aku tahu kalau tempat ini sangat bagus untuk berkemah, menenangkan diri, serta berkumpul dengan teman-teman, di sini juga suasananya jauh lebih sepi dibanding pantai Greweng.
Halo Pantai Sedahan, semoga tetap bersih dan sunyi
Halo Pantai Sedahan, semoga tetap bersih dan sunyi
Halo Pantai Sedahan, semoga tetap bersih dan sunyi
Langkah kakiku menapaki jalan lebih cepat dibanding teman-teman lainnya. Bergegas aku terus jalan sampai akhirnya di pertigaan tempat Ardian beristirahat. Tak kutemukan dia di sana, ini artinya dia sudah terlebih dulu ke parkiran bareng dengan rombongan yang sejalan. Aku menunggu teman yang muncul dari balik bukit dari arah pantai Sedahan.

“Kita jalan santai saja,” Ujarku pada teman-teman.

“Nggaya, tadi yang jalannya kayak dikejar setan siapa ya?” Sindir Wulan padaku.

Sontak teman-teman tertawa, kami pun berjalan menyusuri sepanjang jalan. Beberapa kali kami bertemu/berpapasan dengan pengunjung yang akan ke pantai Greweng, atau bertegur sama dengan ibu-ibu warga setempat yang ada diladang. Sampai di dekat parkiran, kulihat Ardian sedang berbincang santai dengan Mbah Soro.

Kami disuguhi sebotol besar air mineral, dan membersilahkan istirahat di gubuk beliau. Bahkan beliau menawarkan gubuknya untuk kami yang ingin menunaikan sholat dhuhur. Oya, bagi kalian yang ingin berkemah tapi tak membawa peralatan lengkap, kalian bisa menyewa perlengkapan tersebut pada Mbah Soro. 

Beliau mempunyai sekitar 5 tenda yang disewakan. Lebih praktis kan tidak usah bawa tenda dari rumah (bagi yang merasa ribet bawanya). Selama kami berbincang-bincang, datang rombongan berjumlah lima motor, remaja-remaja ini memarkirkan motor di tempat mbah Soro.
Duduk di teras rumah mbah Soro, beliau hanya kelihatan sedikit
Duduk di teras rumah mbah Soro, beliau hanya kelihatan sedikit 
“Kalau ke pantai Greweng jauh nggak sih mas dari sini?” Tanya cewek yang menenteng sandal yang bermerek padaku.

“Dekat kok mbak, sekitar 500 meter dari sini. Oya, sandalnya dipakai saja, banyak bebatuan,” Jawabku santai.

“Jauhnya!!” Ujar dia dan berlalu dari hadapan kami.

Aku, mbah Soro, beserta rombongan menahan tawa. Begitu rombongan tersebut sudah berlalu dari hadapan kami, kami pun tak kuasa menahan tawa.

“Pokoknya kalau ditanya, jawab saja dekat. Biar jadi motivasi mereka mau jalan ke lokasi, mas.” Ujar mbah Soro dalam bahasa Jawa.

Terima kasih sebesar-besarnya untuk mbah Soro yang telah memberikan minuman serta tempat untuk sholat. Maaf jika kami berenam merepotkan, mengambil air yang simbah pikul tadi untuk berwudu, dan tidak mau menerima sedikit balasan dari kami. Semoga tetap sehat, mbah. *Singgah ke pantai Sedahan pada hari Minggu, 21 Februari 2016.

43 komentar:

  1. Waw keren, batu karangnya besar2 kang bisa buat foto2 tuh kang di atas batu karangnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh kalo aku nggak berani, kang. Takut aja kalo foto di atas karang-karang besar.

      Hapus
  2. Waa mirip greweng yaa tapi aku belum pernah ke sini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau ke sana bareng sepupu atau mas-mas lainnya?

      Hapus
  3. Judulnya seindah warna puisi
    Coba kata-kata yang seasri
    Ombak sedang bernyanyi
    Dibait baitkan sedikit pasti makin alami...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, aku nggak bisa bikin lirik kayak itu, mbak :-D

      Hapus
    2. Tidak usah bikin lirik
      Cukup meracik
      Kata-kata jadi bait cantik

      Hehe :)

      Hapus
  4. gila itu keren banget pas batunya kena ombak

    BalasHapus
  5. indahnya, jadi pengen kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tak jauh dari lokasi Pantai Wediombo kok mbak. Monggo ke sana.

      Hapus
  6. hihi lama g kesini, nostalgia di blogmu mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe, menghilang ke mana aja selama beberapa bulan terakhir, mas? :-D

      Hapus
  7. Sepi amat pantai nya, pasti aku puas nich kalo berjemurtelanjang hahaha

    BalasHapus
  8. Needs vitamin sea.. makin envy lah kalo liat blog ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee makasih, mari ke pantai biar nggak penat :-D

      Hapus
  9. Balasan
    1. Ombak di pantai selatan rata-rata memang besar :-)

      Hapus
  10. Masih sepi pengunjung sepertinya ya mas..dan baru juga denger nama pantainya.. Tapi beneran bagus banget.. Ini entah kameranya yg bagus atau memang lanscapenya yg cihuy...

    Penasaran dengan aslinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pantainya memang bagus dan masih sepi, mas. :-)

      Hapus
  11. Berarti dari Pantai Greweng bisa langsung ke Pantai Sedahan ya mas Nasir? dan udah ada papan petunjuknya ya sekarang,,, wokelah masuk bookmark, soalnya belum pernah menginjakkan kaki disini.... keren, keren mas, bagus banget pantainya dan sepi,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, nanti searah kok. Hanya belok kanan dan jalan sekitar 10 menit sampai di pantai Sedahan.

      Hapus
  12. duh, jadi kangen pantai udah lama ga berjemur di pantai. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya itu kode buat ke pantai lagi, mas :-D

      Hapus
  13. pantainya oke, tapi emg sepi gitu ya bang?

    BalasHapus
  14. wah pantainya pelosok bener ya ....
    tapi memang kerenn dan eksotis .. jadi pengen kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhhe, kalo bawa sepeda kudu ngecamp di sini, kang.

      Hapus
  15. Balasan
    1. Kalo agan main ke Jogja bisa diagendakan ke sini,

      Hapus
  16. Pasirnya cakep, putihnya saya suka.
    Kalo lautnya biru begitu memang bahaya buat berenang.
    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata-rata pantai selatan ombaknya besar, dan kalau bisa jangan buat berenang :-)

      Hapus
  17. ngebayangin sambil berenang, terus berjemur sambil menikmati sore hri.... sedap bangettttt

    BalasHapus
  18. beuuh kereeen banget pantainya. Mantaplah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pantainya masih sepi hhehheheh, puas kalau mau menikmati alam di sini.

      Hapus
  19. wjwkwkwkwkw Masih jauh gak ya?? itu pertanyaan pamungkasmu mas kalo ketemu rombongan laen wkwkwkw.... bar kuwi pijet hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhaha bener kui mas, pokoke bilang dekat hahahahha

      Hapus
  20. tak bosan saya berkunjung ke blog Mas Nasirullah ini , karena angel - angel foto yg disajikan keren keren banget ...

    BalasHapus

Pages