Mengayuh Pedal Sepeda dan Mengingat Memori Masa Kecil di Kampung - Nasirullah Sitam

Mengayuh Pedal Sepeda dan Mengingat Memori Masa Kecil di Kampung

Share This
Waktu sedang bersepeda di Karimunjawa
Berkali-kali aku menatap layar besar di bandara Ahmad Yani Semarang. Sudah sedari tadi tepatnya pukul 11.00 WIB aku di dalam bandara. Menurut informasi dari Airfast, rencananya pesawat yang berkapasitas 11 penumpang ini akan terbang ke Karimunjawa pukul 11.00 WIB.

Sampai pukul 12.00 WIB masih belum ada tanda-tanda pesawat yang kutunggu tiba. Akupun menghubungi pihak Airfast, dari sana aku mendapatkan informasi jika kembali delay karena pesawat masih perjalanan dari Karimunjawa ke Semarang dinaiki Dirjen dan pesawatnya harus menunggu di sana. Jadi aku harus menanti sampai pukul 13.00 WIB.

“Nanti diumumkan bapak, kalau tidak kami nanti akan menelpon bapak ke nomor ini jika pesawatnya akan berangkat,” Suara dari seberang telepon seorang petugas Airfast meyakinkanku sekaligus meminta maaf.

Tak pelak aku sudah terlanjur di dalam bandara menghabiskan waktu dengan membaca buku. Selain itu juga kuambil charger dan mengisi baterai disalah satu slot listrik yang tersedia di kursi tunggu. Tepat pukul 13.30 WIB suara panggilan penerbangan ke Karimunjawa terdengar. Aku bergegas memanggul ransel dan menuju pintu pertama.

Di sana sudah ada penumpang lain yang menunggu perintah naik ke pesawat. Pesawat kecil tersebut terparkir di ujung, dan kami harus jalan cepat (bahkan sedikit berlari) melewati maskapai Garuda yang mesinnya memekakkan telinga. Satu persatu kami menaiki pesawat. Aku mendapatkan tempat duduk nomor satu. Tepat berada di jendala sisi kiri dan di belakang pilot.

Kursi pesawat ini beraturan sisi kiri satu dan kanan berisi dua kursi. Sedangkan paling belakang digunakan untuk barang penumpang. Sebelas kursi penuh, kami saling bercanda dan bertegur sapa selama di dalam pesawat.

Kurang lebih setengah jam nanti, kami menikmati penerbangan sampai di Bandara Dewadaru Karimunjawa; sepanjang perjalan pula kami akan disuguhi pemandangan laut. Aku bisa menyaksikan Karimunjawa dari atas, seperti waktu menaiki Pesawat Susi Air.

Suara mesin pesawat Airfast membuat telinga sedikit sakit. Aku memasang penutup telinga yang diberikan bersamaan dengan kudapan. Begitu pukul 14.00 WIB, pesawat Airfast sampai di Bandara Dewadaru Karimunjawa. aku bergegas keluar dari terminal mencari sepupu yang sudah menungguku. 

Sebelumnya aku sempat menyapa kakakku yang bertugas di Bandara, dan juga menyapa teman-teman petugas Bandara. Hampir seluruh petugas Bandara aku kenal akrab. Aku pun langsung meluncur ke rumah. Sesampai di rumah aku beristirahat sebentar dan makan siang.

Sorenya, aku mempersiapkan sepeda yang terparkir di garasi, lalu mengambil jersei Jogja Gowes yang sudah kupersiapkan saat di Jogja. Aku memutari beberapa ruas jalan di dekat rumah. Jalur yang kupilih keliling sepeda menjelang sore tak jauh dari rumah. Awalnya aku mengarahkan sepeda ke Pantai Pohon Cemara.

Di sana ada tetangga sedang menebang pohon kelapa menggunakan mesin penebang pohon. Aku nimbrung dengan tetangga lain yang menunggu sampai kelar. Karena pohon Kelapa yang ditebang hanya satu, tak lama sudah selesai. Aku tak langsung pulang, tapi mengikuti jalan menuju mangrove. 

Ini bukan trekking mangrove yang berada di antara Legon Nipah (Kemujan) – Legon Cikmas (Karimunjawa). Hanya jalur Mangrove yang di dekat rumah. Terakhir pulang ke sini, jalan sangat rusak.

Hampir sepanjang jalan di sini berlubang. Beruntunglah pemerintah tanggap, berbarengan dengan pembangunan bandara Dewadaru; jalan di sini sekalian diperbaiki. Sangat mulus dan tampak lebih luar. Aku hanya berkeliling bolak-balik di area mangrove ini saja.
Jalannya kembali mulus, nggak berlubang kayak tahun kemarin
Jalannya kembali mulus, nggak berlubang kayak tahun kemarin
Jalannya kembali mulus, nggak berlubang kayak tahun kemarin
Sebuah jembatan kecil terhubung di sini. Di bawahnya liran air yang mengalir sampai pantai. Mangrove atau hutan Bakau di sini cukup luas. Bisa dilihat, batang-batang Mangrove menjulang tinggi, sementara akarnya juga tak kalah melengkung membentuk semacam setengah lingkaran sebelum tertanam di lumpur.

Mangrove di sini umurnya sudah tua, sejak aku lahir tempat ini menjadi perbatasan antara dusun Jelamun dengan dusun sebelah (Kemujan). Jadi kalau mau ke sini harus menyeberangi rawa dengan jembatan bambu kecil.

Aku masih ingat ketika waktu pembangunan jalan di Karimunjawa tahun 1994; sembari membangun jembatan penghubung ini, masyarakat yang ingin lewat harus menyeberangi jembatan sementara yang terbuat dari papan-papan.

Tiap minggu dulu tempat ini menjadi favorit para anak untuk memancing. Mangrove yang ada kubangan seperti kolam biasanya ikannya melimpah. Ada ikan Gabus, Mujair, dan lainnya. Tapi yang paling banyak adalah ikan Gabus.

Aku dulu sering ikut mancing, tapi belum pernah makan Ikan Gabus. Maklum, ikan laut bagiku jauh lebih menggugah selera. Di mangrove ini juga banyak kawanan Kera. Kalau berangkat sekolah sore (TPA) biasanya kawanan Kera tersebut mengganggu perjalanan kami.

Alhasil sering bolos sekolah karena takut diserang kawanan Kera. Rerimbunan pohon Bakau awalnya tak serapat ini. Awalnya dari tengah-tengah pohon Bakau ada jalur kecil yang bisa dilewati sampan untuk sampai ke laut.

Setelah bertahun-tahun tak dipakai dan ada anjuran dari BTN jika merusak pohon Bakau (digunakan untuk kayu masak dll) merupakan pelanggaran dan didenda. Akhirnya masyarakat pun mematuhi. Mereka juga mendapatkan ilmu jika biota laut ini banyak yang berkembang biak di tanaman bakau.
Rerimbunan Pohon Bakau di Karimunjawa
Rerimbunan Pohon Bakau di Karimunjawa
Rerimbunan Pohon Bakau di Karimunjawa
Seperti yang tadi kubilang, di sini sebenarnya tak ada objek yang dapat kusaksikan selain rimbunnya pohon bakau. Aku mengambil kamera dan memasang Tripod kecil. Mirroless Nikon 1 J3 milikku segera kusetel dengan aturan jepretan 10 detik.

Aku mulai mengabadikan diri di tempat ini. Beruntunglah, selama aku bermain-main di jalan, hanya ada satu motor yang lewat. Jadi bisa tahu seperti apa sunyinya desaku jika sedang lengang. Biasanya jalanan ramai jika ada kapal datang ataupun sedang ada hajatan.

Dari sebuah papan yang terpajang di sini, aku mendapatkan informasi mengenai Hutan Mangrove yang berada di dekat rumahku seluas 10,5 hektar dan ditumbuhi 9 jenis tanaman. Tak ketinggalan tulisan imbauan untuk melestarikan hutan demi masa depan.
Ayo sepedaan di Karimunjawa
Ayo sepedaan di Karimunjawa
Ayo sepedaan di Karimunjawa
Karimunjawa memang dikelilingi pantai, ada bukit yang lumayan menjulang tinggi. Bukit itu sering disebut warga setempat dengan nama “Gunung Gendero”. Selain itu Karimunjawa merupakan bagian dari Balai Taman Nasional Indonesia.

Selain itu, tentunya hamparan mangrove ini adalah tempat yang dilindungi dan terus dijaga agar tak dirusak oleh segelintir orang yang tidak paham tentang manfaat hutan mangrove. Aku termenung sesaat, mengingat memori panjang masa kecil yang tiap hari melewati tempat ini.

Ketika masih jalan tanah sampai sudah diaspal. Mengingat bayangan bagaimana takutnya anak kecil berangkat sekolah naik sepeda bareng teman yang dicegat kawanan Kera. Atau menyaksikan Biawak sedang menyeberangi jalan, dan burung-burung Bangau sedang asyik berdiri satu kaki saat berburu mangsa.

Semoga hutan mangrove di Karimunjawa tetap rimbun, dan tetap terjaga kelestariannya. Aku bergegas mengayuh sepeda kembali ke rumah. Waktu menunjukkan pukul 16.30WIB, sepertinya berburu sunset ini bagus. *Bersepeda kali ini pada hari Jum’at; 25 Maret 2016.

Baca juga tulisan tentang gowes lainnya 

42 komentar:

  1. wah kampung emang selalu asik buat pulang y mas mantap dah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain buat ketemu keluarga, nenanging pikiran, juga buat liburan hahhhahha

      Hapus
  2. Tak ada polusi #Adem lihat mangrove nya.

    BalasHapus
  3. Wah enak tuh kang gowes di hutan mangrove, lain kali mah ajakan saya kang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhehe, ini kemarin pas balik kampung, kang :-D

      Hapus
  4. Mas...menggunakan kamera apa mas? kok foto pemandangannya bener-bener bening. bikin adem ngeliatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pakai Mirroless Nikon 1 J3, kang. Heeee, ini juga mungkin emang pemandangannya adem :-D

      Hapus
    2. pantesan. kupikir pakai kamera HP. bagus tuh mas kalau pake video, bisa upload di youtube. mempromosikan keindahan Indonesia

      Hapus
    3. Heeee, belum bisa editing video, mas. Sudah ada rencana dan sedang belajar :-D

      Hapus
  5. aaah ademnya jangan bikin iri dong mass jadi pengen pulang ke kampung :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayoo mudikk hahhahha, atau mau ikut ke sini :-D

      Hapus
  6. pengen banget melihat hutan bakau yang lebat ituuh, selama ini melihat yg sudah gundul :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha, kalau di sini liat bakaunya kayak gini mbak :-D

      Hapus
  7. Yawlah, ini gue udah ketinggalan berapa banyak perjalanannya mas Nas gegara kagak bisa ngeblog. :( skrg udah balik ke karimunjawa lagi aja.

    Dan itu...pohon bakauya favorit... O_o keinget tempat main waktu kecil sambil mancing kepiting. xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhahaha, vakum ngeblog kenapa? Semangat nulis lagi hahahhaa.

      Hapus
    2. sama saya juga baru nongol udah lama silaturahmim lagi nih

      Hapus
    3. Hahahhaha, tenyata pada lama baru nongol. Semoga tetap sehat :-D

      Hapus
  8. Bebas polusi dan pilisi jalannya juga mulus banget tuh. Foto yang di atas pakai lensa kreatif atau pakai karton hitam kang ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu pakai Hood Lensa, pak. Kan biasanya dipakai kalau ruangan terang banget, jadi aku berdayakan untuk lingkaran :-D

      Hapus
  9. wuihh.. mantep banget gowesnya.. jalannya juga keren.. keliatannya ademm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mumpung pulang dan jalan sepi, mas hehehhehe. Jadi bisa sepuasnya sepedaan :-D

      Hapus
  10. ooo jadi gitu ceritanya. tapi hati hati jgn melamun saat menggoes mas.
    eh ternyata di selsela air mangrve ada nilanya juga ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aman mas hahahhaha, ini juga melamunnya pas lagi santai di mangrove :-D

      Hapus
    2. beruntung lah mas kalo gitu ga lagi gowes

      Hapus
    3. Hahahaha, kalo sempat pas sepedaan bahanya, mas :-D

      Hapus
  11. wah, dulu aku anak gowes. Ampir tiap hari ke dago muter2 pake sepedah. Sekarang perut udah buncit mah kagak sanggup tsaaaay~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dicoba lagi sepedaan mas hahahaha, siapa tahu perutnya balik :-D

      Hapus
  12. wah, dulu aku anak gowes. Ampir tiap hari ke dago muter2 pake sepedah. Sekarang perut udah buncit mah kagak sanggup tsaaaay~

    BalasHapus
  13. Mas mas, kalo ke jogja mbok aku ajakin sepedaan toh :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah saya tiap ahri sepedaan di jogja mas hahahahahah

      Hapus
  14. saya pernah bersama temen-temen remaja masjid bersepeda dari Nganjuk sampai Gumu Kediri. rasanya sesuatu banget jika bersepeda dengan anak2..capek hilang rasanya. karena seru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang enak mas, wah pasti seru kalo bareng teman hehehehee. Sekali-kali diulangi lagi ,as :-D

      Hapus
  15. Waduh... kapan ya saya bisa ngegowes ke Karimunjawa hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ke Karimunjawa hehehhe, nanti pakai sepedaku gowesnya :-D

      Hapus
  16. Waaaaah, kamu asli Karimun Jawa tah Mas? Aku dulu tahun 2012 tinggal 3 bulan di Karimun Jawa. Sekarang udah bagus banget ya jalanannya. Ngeliat foto-foto kamu jadi kangen :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhaha benar mbak, wooh 3 bulan itu kayak udah jadi penduduk aja hahahahhaha. Ayo main ke Karimunjawa lagi, mbak :-D

      Hapus
  17. enak banget ya .. sesepedaan di karimun jawa
    jelajahin pulau karimun jawa naik sepeda bisa seharian kali ya ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe emang enak kang. Bisa kok seharian :-D

      Hapus
  18. kayanya sejuk banget tuh mas kaya akan udara bersih dan jauh dari hiruk-pikuk kota yang banyak polusi udara :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo di sini emang masih bersih dan bebas polusi :-D

      Hapus
  19. kayanya sejuk banget tuh mas kaya akan udara bersih dan jauh dari hiruk-pikuk kota yang banyak polusi udara :)

    BalasHapus

Pages