Sunrise Cantik dari Jembatan Layang Janti - Nasirullah Sitam

Sunrise Cantik dari Jembatan Layang Janti

Share This
Sunrise dari atas Jembatan Layang Janti
Sunrise dari atas Jembatan Layang Janti

Akhir pekan kembali menyapa, aku melewati hari sabtu dengan lembur di kantor. Pekan depan bakalan menjadi pekan yang sibuk, ada banyak agenda kantor yang waktunya bersamaan. Sejenak kulupakan tentang pekerjaan, minggu pagi ini aku luangkan waktu berkumpul bersama teman sesama pesepeda yang mengadakan kopdar Jogja Gowes #6. 

Pagi yang cerah, hanya ada segumpal awan tebal di ujung timur. Tepatnya menghalangi mentari jika nantinya terbit. Cahaya kekuningan berpendar diufuk timur, sebentar lagi mentari akan muncul. Pemandangan sunrise yang tak boleh terlewati sebenarnya. Namun aku masih bingung, dimana lokasi yang tepat untuk melihat sunrise dengan senggang waktu tak lama. 

Aku teringat jalan jembatan layang Janti, lokasi yang kemarin hari rabu; saat Gerhana Matahari katanya disesak orang untuk melihat gerhana. Bergegas aku mengayuh sepeda menuju jembatan layang Janti. Memang tak membutuhkan waktu lama, hanya beberapa menit saja, aku sudah sampai di jembatan tersebut. 

Dari ufuk timur, mentari mulai merangkak.  Dari atas jembatan layang Janti, aku dapat melihat leluasa pemandangan. Sebenarnya ini bukan tempat yang diperbolehkan untuk menghentikan kendaraan, tepat di atas jembatan ini ada dua rambu-rambu lalulintas yang melarang tiap pengendara berhenti di sini. 

Ya, aku melanggar aturan tersebut, pagi ini aku dan sepedaku berhenti di tepian jalan. Aku baru sadar, berarti selama ini banyak orang yang melanggar aturan karena berhenti di atas sini. Setiap pagi (dulu) kalau aku bersepeda, seringkali kulihat ada motor yang berhenti di atas dan menunggu sunrise. Lampu belakang sepeda kubiarkan hidup, dan menepikan sepeda tepat bersandar dinding jembatan.
Menantikan Sang Surya dari atas Jembatan Layang Janti
Menantikan Sang Surya dari atas Jembatan Layang Janti

Dari atas jembatan, aku dapat melihat panjangnya rel kereta api. Berharap pas sunrise terlihat jelas ada kereta api yang lewat. Tepat diujung rel jauh sana, cahaya kekuningan masih terlihat jelas. Hanya saja, gumpalan awan tebal menutupi sang mentari. 

Aku mengabadikan di tengah keremangan cahaya pagi. Walau masih agak gelap, tapi besi-besi rel kereta api bisa dilihat dengan jelas. Kuabadikan beberapa kali sebelum lanjut berkumpul di titik kumpul acara kopdar. Tak lebih dari lima menit, aku di sini. Begitu kamera kumasukkan ke dalam tas, aku mendengar suara sirine yang berbunyi di bawah. 

Sirine yang menandakan sebentar lagi ada kereta api yang akan lewat. Portal di jalan bawah jembatan pun menutup, kuurungkan niat memasukkan kamera. Kembali kuambil dan mencari dari arah mana kereta api ini melaju. Dari ujung rel barat terlihat lampu yang menyorot ke depan. 

Ini artinya kereta api melaju dari arah Stasiun Lempuyangan menuju arah Solo. Kutunggu kereta api ini sampai melewati bawah jembatan Janti, dan memotretnya pada saat berada di timur. Tentu bakalan indah, kala sunrise ini tak hanya tentang cahaya dan rel saja, tapi ada kereta apinya. 

Waktu yang tepat untukku, sebuah keberuntungan bisa mengabadikan sunrise dengan gerbong-gerbong kereta api yang melaju di rel. Walau gerbongnya hanya terlihat mengkilap dan panjang, aku sangat puas mengabadikannya. 

Dua kali jepretan, aku kembali memasukkan kamera ke dalam tas, dan meninggalkan jembatan Janti. Oya, selama di atas jembatan Janti aku agak gemetaran, ketika ada truk/bus lewat, rasanya seperti bergerak jembatannya. Nggak kebayang waktu tahun baru atau pas Gerhana Matahari kemarin, lalu-lalang kendaraan banyak disertai kumpulan orang berhenti di sini.
Selamat Pagi Kereta Api Indonesia
Selamat Pagi Kereta Api Indonesia

Kopdar Pesepeda Jogja Gowes #6 

Bisa jadi aku sepuluh menitan di atas Jembatan Janti, melanggar aturan selama sepuluh menit itu menjadi beban tersendiri. Kalau bisa jangan ditiru ya!! Aku menunggu rombongan yang start dari Keraton menuju Blok O (Tikum kedua), di sini ada banyak pesepeda yang menunggu rombongan kopdar. 

Aku berbaur dengan pesepeda lain, saling berjabat tangan dan menyapa. Inilah serunya kopdar sepeda, aku bisa berkenalan dengan berbagai pesepeda yang profesinya beragam. Tujuan destinasi pertama adalah Lava Bantal. Puluhan sepeda berurutan menyusuri jalan Berbah. Lebih dari 50 pesepeda dari berbagai jenis sepeda dan komunitas. 

Sampai di Lava Bantal banyak yang berfoto, mereka mengabadikan diri berkelompok. Sementara aku asyik memotret teman-teman secara acak. Di grup WA, teman grup sudah mewanti-wanti aku untuk mengabadikan pas kopdar. Inilah risiko potografer amatiran, pokoknya asal jepret saja.

Intinya kan ada dokumentasi yang bisa aku bagikan di Grup WA & FB. Di sini aku tertarik mengabadikan pesepeda senior, beliau sangat dikenal oleh pesepeda di Jogja, bahkan di luar Jogja. Dengan mengendarai sepeda Federal lengkap dengan paniernya, aku membidik Mbah Kung Endy.
Pesepeda senior Mbah Kung Endy sedang mengabadikan gambar
Pesepeda senior Mbah Kung Endy sedang mengabadikan gambar

Puas bersantai dan mengabadikan di Lava Bantal, rombongan kopdar berlanjut ke Spot Riyadi. Tahu kan Spot Riyadi? Ituloh lokasi yang indah bagi kita yang ingin mengabadikan sunrise pagi hari. Berbagai insiden sempat terjadi selama bersepeda, ada yang ban sepedanya bocor, bahkan meledak sehingga tak melanjutkan perjalanan ikut Kopdar.

Beruntunglah sepedaku sampai saat ini masih waras. Tanjakan arah ke Abhayagiri menjadi sarapan pagi bagi pesepeda. berlanjut lagi tanjakan jalan cor menuju destinasi kedua. Sesampai di lokasi, ternyata sudah banyak teman pesepeda yang sampai duluan. Aku memang agak terlambat karena menunggu teman yang di belakang. 

Di sini aku menyapa Pak Riyadi yang menyambut kami. Entah ini sudah keberapa kali aku singgah di sini. Tapi ada banyak pesepeda yang baru pertama kali sini. Spot Riyadi memang menarik untuk diabadikan, setidaknya mengabadikan sepeda berlatar belakang sawah, gunung, dan candi. 

Aku mencari posisi yang agak jauh dari warung pak Riyadi, sengaja menunggu para pesepeda yang ingin berfoto. Sengaja aku ingin mengabadikan mereka tanpa diketahui, biar terlihat candid. Banyak hasil bidikanku dari sini. Salah satu bidikan yang sengaja kuposting adalah Mbah Supono yang masih kuat dan tangguh dengan Sepeda Tuanya. 

Beliau adalah sosok pesepeda yang sangat disegani, ke lokasi manapun tingginya; beliau tetap menggunakan sepeda tersebut. Selain itu, aku juga tertarik mengabadikan salah satu peserta kopdar yang berfoto dengan sepedanya menghadap ke utara. *Duh sepedanya bikin mupeng aja.
Berfoto di Spot Riyadi
Berfoto di Spot Riyadi

Namanya juga kopdar, jadi kurang lengkap rasanya kalau tidak foto bersama. Jadi kupasang tripod, dan mengatur setelan kamera untuk foto bareng. Beruntunglah para peserta kopdar sangat kompak, jadi mereka semua rela menunggu aku mengatur setelan kamera tanpa bubar. 

Ya, walau tak semuanya, tapi hampir 90% ikut berfoto. Usai foto bareng, aku ngobrol santai dengan Mbah Kung Endy; minggu kemarin bersepeda dengan beliau ke Mangrove Congot, dan minggu ini bareng ke Spot Riyadi. Dua kali akhir pekan berturut-turut sepedaan bareng beliau.
Kopdar Jogja Gowes di Spot Riyadi
Kopdar Jogja Gowes di Spot Riyadi

Terima kasih untuk semua peserta kopdar, senang bertemu teman-teman baru. Aku pastikan setelah hari ini akan banyak tambahan pertemanan di FB. Terima kasih untuk teman-teman Jogja Gowes; Mas Yuda, Mas Febri, Mas Ito, Mas Ipunk, Mbak Hastuti, Mbak Arry, Mbak Dea, dan teman-teman lainnya. 

Tak lupa terima kasih untuk Mbah Kung Endy yang mentraktir aku di sini. Dan terima kasih untuk semuanya, semoga kita tetap semangat bersepeda; menjelajahi sudut-sudut Jogja penuh semangat dengan bersepeda.

48 komentar:

  1. sunrise yang eksotik, yang pake kaos orange paling kelihatan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksih mas hehehhee, itu sengaja pakai kaos paling mecolok :-D

      Hapus
  2. Wis seru banget, saya juga seorang goweser kang nihh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mas Iman, saya hanya gowes tipis-tipis saja. Seringnya bike to work :-D

      Hapus
  3. wah manteb tenan mas, itu manteb banget sepeda yang ada no platnya PONO mas, keren abis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, itu sepeda legendaris :-)

      Hapus
    2. wah keren banget mas, punya sampean kah sepedahnya mas...?

      Hapus
    3. Bukan mas, itu punya bapak Supono (Beliau yang ada difoto)

      Hapus
    4. oooo saya kira punya akang. hehe manteb tenan kui mas.. naksir bangt saya mas.

      Hapus
    5. Hehehehhe, sama kang. Aku juga penge banget punya sepeda kayak gitu :-D

      Hapus
  4. kalo udah ngeliat sunset ama sunrise langsung lemes, udah pasti indah dengan berbagai rupa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kalau liat postingan makanan juga langsung lemes, pengen ngelibas ahhahah

      Hapus
  5. orang kantoran masih sempat ngeblog ya gan!

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. Kalo rame-rame pas sepedaan enak, yang penting jangan pas liat sunrise-nya hahahahah

      Hapus
  7. Yoh, Mas. Aku ra dijaki..

    *padahal ra duwe pit*
    Pengen melu aku.. -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agendakan aja kita nginap di Spot Riyadi hahahahha

      Hapus
    2. Kapan? Kapan? Kapan? <3 Anggere ra wiken insya Allah bisa wahahaha.. Wiken family time soalnya 8)

      Hapus
    3. Wooohh isane pas wiken kok aku ahhahaha, Njuk piye? :-D

      Hapus
  8. Semakin penasaran dengan spot Riyadi, kapan ya bisa kesana..ngomong" njenengan termasuk produktif juga nulisnya Mas..padahal kerja kantoran lho..top Mas, keep blogging

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehheheh, ngatur waktu kalo pas luang nulis mas. Kalo untuk BW bisanya pagi atau siang :-D

      Hapus
  9. Aku jadi kepengen duwe sepeda koyok ngunu :(

    Sunrisenya apik Mas, teduh :)

    BalasHapus
  10. Kebahagian pagi ya mas di Jogja yang sangat murah hari menyuguhkan keindahan-keindahan sederhana tapi berkesan luar biasa.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cari yangs ederhana dulu, mas. Karena tak banyak waktuku hahahhahah

      Hapus
  11. kalau di atas jembatan layang janti apa boleh berhenti to mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya nggak boleh, mas. Ini asya sengaja tepatin waktu pagi. Dan beruntung juga ada Kereta api lewat. Pas di sini asya pakai sepeda ontel :-)

      Hapus
  12. unik bener sepeda onthel PONO ...
    bagus tuh untuk jadi model sepeda di foto2 dengan background alam yang indah

    BalasHapus
  13. Nggowes sehat. Ketemu teman baru juga sehatin rohani. Mantap.
    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mas hehehheh, pokoknya menggowes pakai hati dan moto-moto :-D

      Hapus
  14. aku juga goweser loh mas...
    tapi tahun ini pensiun dulu bentar heheee... :D
    masih ada urusan d luar kota...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhhe, saya juga sepedaannya pas waktu luang saja mas :-D

      Hapus
  15. Dulu waktu di jogja nyesel jarang main ke tempat2 menarik kayak gini. malah banyakan di kost doang. :(
    next time lah kalo ke jogja lagi kudu main2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhehhe, kudu diulangi lagi, mas. Kalo ke Jogja harus banyak main :-D

      Hapus
  16. asik ya sepedaan rame-rame kaya gitu, mas.. sambil melihat sunrise lagi, makin mantap aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepedaan itu cara paling mudah untuk menyegarkan pikiran :-D

      Hapus
  17. saya gak bisa bayangin pegelnya sampe rumah mas hehehe.... wah buat mikir yg lain" pasti udah kecapekan duluan hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhaha, kalau sudah terbiasa nggak capek kok, mas :-D

      Hapus

Pages