Segelas Kopi Hangat di Perbukitan Menoreh - Nasirullah Sitam

Segelas Kopi Hangat di Perbukitan Menoreh

Share This
“Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia pasti menyukai kopi. Dalam segala situasi; kopi menjadi teman terbaik bagi mereka yang ingin bercerita panjang semalaman, mengusir rasa dingin kala di puncak pegunungan, bermain gitar bareng teman di kos, atau kumpul santai dengan sejawat di kafe. Kopi layaknya minuman yang wajib dihidangkan, ketika kita sedang terbelenggu rasa suntuk tak bisa mendapatkan ide.”
Menikmati Kopi Mbak Mar di perbukitan Menoreh, Kulon Progo
Menikmati Kopi Mbak Mar di perbukitan Menoreh, Kulon Progo 
Sebelum sampai di Gardu Pandang Watu Tekek, kami melewati ruas jalan yang dipenuhi kedai kopi. Salah satu kedai kopi yang sudah dikenal tentunya Kedai Kopi Pak Rohmat yang ada di Menoreh. Namun, sepulang dari Watu Tekek; kami tak mampir di sana. Aku iseng memilih Kedai Kopi yang bertuliskan “Warung Kopi Mbak Mar”.

Kedai kopi ini tidak jauh dari kedai kopi Pak Rohmat. Kedai kopi ini berada di Madigondo, Sidoharja, Samigaluh, Kulon Progo. Motor kami arahkan ke jalan menuju warung Kopi Mbak Mar. Pagi ini cukup lengang, tak kulihat aktivitas orang dari depan rumah. 

Aku bergegas mengetuk pintu samping rumah. Selang berapa menit, seorang ibu keluar dari sisi kiriku; beliau menyapaku dengan ramah.

“Sudah buka bu?” Tanyaku lebih dulu.

“Sudah mas. Silakan ke dalam dan pilih kopi yang akan dipesan.”
Warung Kopi Mbak Mar di Kulon Progo
Warung Kopi Mbak Mar di Kulon Progo
Warung Kopi Mbak Mar di Kulon Progo
Kami berdua mengikuti ibu masuk warungnya. Ini adalah kedai kopi beliau, seraya mencari jenis kopi yang ingin dipesan, aku sedikit mengorek informasi mengenai tempat ini. ibu Marwiyah, itulah nama beliau yang sehari-hari dipanggil dengan nama “Mbak Mar”. 

Beliau membuka warung Kopi ini pada tahun 2007. Tepat di dinding terdapat banyak foto yang dipajang, salah satu yang kukenal adalah Bupati Kulon Progo. Aku pernah bersua dengan beliau (Bupati Kulon Progo) kala mengisi seminar terbuka di Fakultas Kedokteran UGM Tahun 2015.

Sebuah kertas yang sudah terlaminating ada di depanku. Kulihat menunya, ada beberapa menu yang tersedia di sana lengkap dengan harganya. Kopi Moka Robusta, Kopi Ceng Robusta, Kopi Arabika, Kopi Jahe Menoreh, dan Kopi Luwak Robusta.
Menu Kopi di Warung Kopi Mbak Mar Menoreh
Menu Kopi di Warung Kopi Mbak Mar Menoreh
“Kopi Jahe Menoreh dua bu,” Ujarku ke arah Bu Mar.

“Baik mas.”

Beruntunglah, aku diperbolehkan masuk ke dalam rumah Bu Mar. Di belakang rumah sudah ada seorang perempuan lebih muda sedang menyangrai Kopi. Menggunakan alat seperti tabung, alat penyangrai (roaster) ini terbuat dari stainless. Tangan beliau memutar terus pegangan alat untuk menyangrai seraya menahan hawa panas.

“Berapa lama proses sangrai kopinya, bu?”

“Satu jam mas. Ini kerja target jadi pakainya stainless, biasanya kalau mau lebih baik pakainya periuk.”
Proses sangrai kopi di tempat mbak Mar
Proses sangrai kopi di tempat mbak Mar
Dari sini aku menjadi lebih tahu jika kopi ini didapatkan dari kebun petani setempat. Di Kulon Progo ada banyak petani Kopi. Mereka nanti menyetorkan hasilnya ke koperasai atau menunggu pembeli dari luar. 

Untuk kawasan perbukitan Menoreh, Kopi Moka menjadi kopi khasnya. Jika ingin membeli yang premium harganya mahal, sekitar 130 ribu. Aku sendiri baru tahu kopi tersebut. Setahuku, kopi khas di perbukitan Menoreh adalah Kopi Lanang.
Kopi Moka Menoreh Kulon Progo
Kopi Moka Menoreh Kulon Progo
Aku masih mengikuti Bu Mar yang memasak air untuk dua gelas Kopi Jahe Menoreh yang kami pesan. Perlu diketahui, Kopi Jahe Menoreh ini sajiannya tidak Kopi lalu dicelupkan jahe ketika sedang disajikan. Tapi jahenya sudah dijadikan satu bersamaan waktu menyangrai kopi.

“Ukurannya jelas mas. kalau Kopinya itu 1 kilg yang disangrai. Jahenya harus 3 ons, jadi tidak asal mencampurkan. Biar rasanya tetap ada dan tidak berlebihan.”

Cekatan sekali Bu Mar merancik kopi. Aku terus berbincang selama beliau membuatkan dua gelas kopi. Seperti orang kampung semestinya, kopi yang dibuat tak menggunakan alat-alat modern. Cukup air panas, penyaring, dan kopi. 

Selesai membuatkan kopi, beliau melangkah keluar. Ke arah warung/kedai tempat untuk menikmati kopi panas di sini. Hawa dingin menoreh cukup terasa ketika masih pagi, tapi kehangatan kopi kurasa bakalan mengusir rasa dingin. Yang ada hanyalah rasa sejuk dan menghirup udara yang masih bersih.
Mbak Mar sedang menyaring ampas kopi
Mbak Mar sedang menyaring ampas kopi
“Silakan diminum kopinya mas. Kalau terasa terlalu pahit, itu di toples ada gula.”

Dua buah stoples transparan ini ternyata berisi gula. Satu gula pasir, dan satunya yang berwarna lebih gelap adalah gula jawa yang digerus. Jika kalian tidak terlalu suka kopi pahit, kalian bisa menambahkan gula agar terasa lebih manis.

Bagi orang yang sering menyeduh kopi, aku sudah terbiasa menikmati kopi tanpa menggunakan gula. Meski waktu itu harus membutuhkan waktu yang cukup lumayan bertahap.
Sudah siap menikmati kopi di perbukitan Menoreh
Sudah siap menikmati kopi di perbukitan Menoreh
Dua gelas kopi panas sudah di depanku, asap mengepul tanda kopi masih sangat panas. Tak apalah, aku mulai menyeruput kopi tersebut. Kulihat raut wajah teman yang memang tak suka kopi pahit. Dia mengaku kalah, dan harus menuangkan gula agar bisa dinikmatinya. 

Pagi ini aku menikmati cita rasa pahitnya Kopi Menoreh. Benar-benar nikmat, suasana yang sunyi dan sejuk ditambah kopi panas. Bisa jadi akan banyak orang yang mengatakan “Nikmat mana yang kau dustakan.” Aihhh, sebuah kalimat yang sering dilontarkan orang-orang kala sedang bersyukur.

Bu Mar ikut bergabung dengan kami, beliau cerita banyak bagaimana pertama kali membangun kedai kopi sampai sekarang. Kedai kopi memang sudah lumayan banyak di perbukitan Menoreh. Suatu pangsa pasar yang menjanjikan. Di tempat yang sejuk, dan jalur menuju Puncak Suroloyo; Kedai Kopi menjadi tempat yang pas saat wisatawan ingin rehat sejenak.

“Kalau akhir pekan, biasanya pengunjung itu 20an mas,” Tutur Bu Mar.
Mari kita minum kopi
Mari kita minum kopi
Foto bareng pemilik warung kopi Bu Mar
Foto bareng pemilik warung kopi Bu Mar
Obrolan pagi ditemani kopi membuat aku betah berlama-lama di sini. Tapi kami sadar, masih ada beberapa tempat yang harus kukunjungi. Benar saja, ide itu muncul kala kopi sudah mengenai lidah. Dari sini kami akan menuju tempat yang kembali bergeliat ramainya pengunjung.

Tempat yang pernah sedikit terlupakan, namun kali ini menjadi salah satu destinasi yang wajid dikunjungi bagai orang-orang yang sudah menonton film Ada Apa Dengan Cinta II. Ahhh, walau lensa kamera kit satu rusak, tak apalah; cukup ikut datang dan mengabadikan seadanya saja nanti.

Oya, jika kalian berkunjung ke Puncak Suroloyo; ada baiknya menyempatkan singgah di kedai kopi perbukitan Menoreh. Selain bisa menikmati pahitnya kopi, kalian juga akan merasakan keramahan warga setempat. *Kunjungan ke Kedai Kopi Mbak Mar di Perbukitan Menoreh pada hari Jum’at; 06 Mei 2016.

Baca juga tulisan kuliner lainnya 

29 komentar:

  1. harga kopi nya nampak manusiawi hihi. jadi pengen nyobain ikut ngopi tapi takut maag kambuh, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, kalo nggak terbiasa ngopi mending cukup menghirup baunya mas :-D

      Hapus
  2. Awwww aku gak begitu suka kopi, suka lemes keringetan gemetar klo habis minum kopi :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti pas ngopi kudu bedua, mas. Jadi pas gemeteran ada yang jaga *eh :-D

      Hapus
  3. tumben gak pake sepeda mas, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo artis papan tengah... haahhahaha
      Sekali-kali nggak sepedaan, biar merasakan nikmatnya naik kendaraan bermesin loh :-D

      Hapus
  4. Namanya sendiri sudah romantis menurutku, kopi Menoreh, langsung menggambarkan asal kopinya. Dan kopi jahe nya pasti lebih sehat ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, orang langsung bisa menebak dari mana kopi itu berasal :-D

      Hapus
  5. foto pertamanya menggoda ... apalagi spot dan style warung kopinya .. keren

    BalasHapus
  6. meski saya perempuan, skrg jd ketagihan sama yg namanya kopi, apalagi ditambah gula jawa dan es, enak dan segeer.. sayang lokasi ini jauh dari rumah saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah ngerasa aneh kalau ditambah gula Jawa, enakan yang benar-benar pahit :-D

      Hapus
  7. Kedai-kedai kopi ala angkringan sekarang di Jogja juga banyak banget ya Mas..btw ini Kulon Progonya sebelah mana to tepatnya..

    BalasHapus
  8. wah, kopi sekarang lagi terkenal yaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, kalau kedai kopi emang dari dulu sudah mulai terkenal :-D

      Hapus
  9. asem warung kopinya klasik, keren tempatnya juga...

    BalasHapus
  10. Enak nih, apalagi kloo udara dingin atau gerimis minum kopi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salah satu waktu yang tepat menikmati kopi itu saat pagi atau pas gerimis :-D

      Hapus
  11. wah pasti seger ya mas.. minum kopi dingin" di situ heheh mantap mas... foto sama pemilik kopinya pas mantap kopinya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, menyempatkan foto bareng pemiliknya biar tambah keren :-D

      Hapus
  12. Kopi Luwak Robusta 25K deh, gak kena pajak kan yah!

    BalasHapus
  13. Aku sampe skr msh blm bisa menikmati kopi tanpa gula mas :D. Msh harus slalu pakai :p. Bukan pecinta kopi sejati yaa :D. Abisnya pernah nyoba dulu minhm kopi g pake gula, katanya hrs disesap perlahan, trs ntr bakal keluar rasa asli kopi, kdg ada prpaduan coklatnya, tp sumpah aku ga bisa ngerasain -_- .hrs pengalaman trus2an minum kopi pahit kali ya :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kasarannya seperti ini; minum kopi itu memang kudu perlahan-lahan, pas sudah nempel dilidah sedikit kita bisa menikmatia roma dan rasanya hehehhehe. Kalau tidak terbiasa emang susah. Tapi kita nggak pernah bisa memaksaan orang lain untuk menikmati kopi seperti yang kita lakuka :-D

      Hapus
  14. pokoknya suka dengan kopi, tempat ngopi dan tulisan ttg kopi, thanks alot mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kopi adalah teman yang tepat saat kita sedang membutuhkan insipirasi :-D

      Hapus

Pages