Berbagai Makanan Khas Bugis saat Lebaran di Karimunjawa - Nasirullah Sitam

Berbagai Makanan Khas Bugis saat Lebaran di Karimunjawa

Share This
Burasa atau Buras adalah salah satu makanan khas bugis yang disajikan tiap lebaran
Burasa atau Buras adalah salah satu makanan khas bugis yang disajikan tiap lebaran
Menjelang lebaran kemarin, tidak sengaja aku ditandai teman facebook yang membagikan berbagai jenis makanan khas Bugis. Makanan-makanan tersebut disajikan pada saat lebaran. Banyak orang yang mengatakan, lebaran itu identik dengan opor ayam dan ketupat. 

Di Karimunjawa tidak sepenuhnya benar. Ketupat dan opor ayam itu muncul pada H+7, yakni pada acara Lombanan/Larungan. Sedangkan pada hari lebaran hanya fokus membuat lontong sebagai pengganti nasi yang disantap dengan opor. Sedikit aku akan mengulas beberapa makanan khas Bugis yang kujumpai selama di Karimunjawa.

Karimunjawa, khususnya desa Kemujan; beberapa dusun seperti Jelamun, Telaga, dan Batulawang yang didominasi suku Bugis mempunyai tradisi makan bersama sepulang dari Masjid. Biasanya rumah yang pertama di dusun tersebut (para sepepuh) singgah dan makan bareng.

Menu yang disediakan adalah Burasa’, Lontong, Gogos, maupun Tumbuk. Setelah itu bersalaman dan mulailah makanan seperti roti dan lainnya dikeluarkan. Ya, tradisi seperti ini dari dulu sampai sekarang masih terjaga. 

Di sini, aku bisa melihat dan merasakan makanan nuansa Sulawesi. Terlebih lagi, acara makan bersama ini dilakukan di rumahku. Tiap tahun, karena rumah pertama di dusun Jelamun dari arah masjid adalah rumahku.
Makan bareng di rumahku sepulang dari masjid
Makan bareng di rumahku sepulang dari masjid

Burasa’/Buras

Membuat Burasa’ menjadi rutinitas warga Karimunjawa yang berasal dari Sulawesi Selatan & Sulawesi Barat tiap tahun. Burasa’ dijadikan makanan pengganti nasi. Walau sebenarnya makanan ini pun berbahan dasar beras. Proses pembuatannya lumayan lama, hampir seharian untuk membuatnya. 

Dimulai dari menyiapkan beras, biasanya satu keluarga/rumah membuat Burasa’ antara 3 – 5 kilo beras. Beras nanti dimasak setengah matang menggunakan santan. Setelah itu dibungkus dengan daun pisang. Bentuk bungkusnya pipih, setelah itu tiap burasa’ ditumpuk empat, diberi bungkus daun pisang lagi, dan diikat dengan tali rafia.

Proses yang paling lama adalah memasak Burasa’. Dengan kuali besar, Burasa’ dimasak dengan durasi lebih dari 10 jam. Pembuat burasa’ harus menjaga dan menuangkan air ke dalam kuali jika dirasa airnya sudah mulai berkurang.

Sorenya burasa’ diambil dan ditiriskan. Cara penyajiannya hampir sama dengan nasi, Burasa’ dibuka ikatan tali rafia dan disajikan dengan lauk. Rasa Burasa’ gurih karena ada santan dan tambahan garam. Cocoknya burasa’ dimakan dengan lauk opor ayam atau ikan yang dimasak santan.
Pembuatan burasa' sampai disajikan untuk dimakan
Pembuatan burasa' sampai disajikan untuk dimakan
Pembuatan burasa' sampai disajikan untuk dimakan

Gogoso’/Gogos

Sekilas melihat Gogos mengingatkan orang dengan Lemang. Makanan yang dibakar menggunakan batang bambu. Gogos tak sefamiliar Burasa’ jika di Karimunjawa. Namun, tak sedikit orang Bugis di Karimunjawa yang menyempatkan untuk membuat Gogos. 

Selama di Karimunjawa, aku sebenarnya mempunyai kesempatan untuk melihat proses pembuatan Gogos dari awal sampai akhir. Sayangnya, aku melewatkan karena ada acara yang lebih penting. Gogos terbuat dari campuran Ketan Hitam dan Ketan Putih. Hampir sama dengan Burasa’. Ketan bahan dasar Gogos ini dicampur dengan santan dan dimasak. 

Setelah agak matang, Gogos dibungkus dengan daun pisang dan dibakar. Ukuran Gogos lebih kecil daripada lontong, dan panjangnya pun sekitar 10 cm. Gogos, menjadi makanan khas Bugis yang nantinya disajikan dengan opor ayam dan ikan santan.
Gogos; makanan khas Bugis lainnya yang ada saat lebaran
Gogos; makanan khas Bugis lainnya yang ada saat lebaran
Gogos; makanan khas Bugis lainnya yang ada saat lebaran

Tumbuk

Tidak banyak orang yang mengenal makanan Tumbuk. Tapi aku dan beberapa suku Bugis kadang tak melupakan makanan satu ini. Tumbuk sebenarnya berbahan sama dengan Gogos. Sama-sama terbuat dari Ketan, yang membedakan keduanya adalah proses pemasakannya. 

Jika Gogos itu dibakar, Tumbuk ini dimasak seperti Burasa’. Ukuran Tumbuk jauh lebih besar dibanding Gogos, bisa sebesar Lontong. Tumbuk disajikan dengan cara dipotong kecil-kecil dan ditaruh di piring. Makanan ini pun pengganti nasi yang dimakan dengan Opor.
Gogos; makanan khas Bugis lainnya yang ada saat lebaran
Gogos; makanan khas Bugis lainnya yang ada saat lebaran
Gogos; makanan khas Bugis lainnya yang ada saat lebaran

Kue Janda

Jika tiga makanan sebelumnya jenis makanan basah sebagai pengganti nasi. Makanan terakhir ini adalah kue kering yang pasti ada ditiap rumah warga Bugis. Namanya Kue Janda, unik kan namanya. Kue Janda ini dibuat oleh ibu-ibu menjelang lebaran.

Kue bolu ini sangat manis. Hampir dipastikan setiap menjelang lebaran, banyak orang yang membeli Kue Janda sebagai kue yang akan disajikan saat ada tamu yang datang. Campuran antara tepung, gula pasir dan wijen menjadikan panganan ini sering disajikan saat Idulfitri.
Kue Janda; Bolu khas suku Bugis
Kue Janda; Bolu khas suku Bugis
Sebenarnya ada banyak makanan khas Bugis yang pernah aku makan selama di Karimunjawa dari lahir hingga sekarang. Namun, beberapa makanan tersebut tak selamanya muncul pada saat lebaran saja. Ada makanan yang malah sampai sekarang tak pernah kunikmati lagi karena sudah jarang dibuat.

Salah satu di antaranya adalah Palopo, makanan yang terbuat dari ketan dan dimakan menggunakan cairan gula merah. Ada juga Jepa; makanan yang berbahan dasar singkong dengan proses pembuatan cukup unik, diparut, dan diperas airnya setelah itu singkong parutan dicetak dalam piring kecil yang terbuat dari tanah liat dan dipanggang.

Ya, makanan-makanan khas Bugis menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Karimunjawa yang didominasi suku Jawa. Bahkan, kini tak hanya orang Bugis, orang Jawa pun tiap lebaran ikut membuat Burasa’. Walau hampir dari mereka sebenarnya menjadikan Lontong sebagai makanan pengganti nasi. *Dokumentasi makanan khas Bugis diambil menjelang Lebaran Juli 2016 di Karimunjawa menggunakan Gawai Xiomai.

Baca juga tulisan bertema kuliner lainnya 

46 komentar:

  1. Orang Bugis memang pelaut sejati. Di mana ada pantai dan banyak ikannya di sanalah mereka berhenti kemudian bertempat tinggal. Di Sumbawa saya juga pernah berjumpa dengan kampung orang Bugis yang berasal dari Selayar. Mereka membawa culture dari daerah asal ke tempat baru seperti yang terjadi di Karimunjawa ini. Pada akhirnya Indonesialah yang beruntung dengan begitu banyak ragam budaya yang hidup di atasnya.

    Mas Nasirullah rupanya tinggal di Karimunjawa ya? Asal Bugis juga kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Evi, iya saya lahir di Karimunjawa dengan kedua orang tua campuran Bugis - Mandar - Madura. Di Karimunjawa kultur Bugis sangat kental, bahkan kami pun masih menggunakan bahasa Bugis untuk berbicara jika sesama suku Bugis.

      Sekarang saya tinggal di Jogja, dalam setahun pulang ke Karimunjawa dua kali.

      Hapus
  2. selain kue janda.. asing semua eii :D
    sebagian cuma mirip, tp ternyata beda

    BalasHapus
  3. jadi kalau di karimunjawa Opor ayam dan ketupat itu adanya pada hari ke 8 setelah lebaran yh ? wah yang ;lain udah pada abis ini baru di makan :) kalau saja ada keluarga disana pasti enak tuh berkunjung setelah lebaran masih ada opor ayam :)

    BalasHapus
  4. Penganannya unik2, belum pernah ketemu di sini.
    Salut, setahun menyempatkan diri pulang kampung dua kali. Orang tua kan senang kalo anaknya rajin menjenguk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulunya setahun cuma sekali, tapi sekarang karena ortu sudah sepuh jadi dua kali setahun :-)

      Hapus
  5. waduh, membuat durasa sampe 10 jam, kayak bikin dodol kali ya, hehehe.. Di Palembang juga ada bolu 8 jam, yang bikinnya juga 8 jam beneran...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semakin lama bikinnya makin awet mbak :-D
      Bisa bertahan berhari-hari

      Hapus
  6. Di gresik ketupat dan opor juga muncul saat lebaran ketupat H+7

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekalian larungan, om hahahhaha. Seru jadi potong ayam lagi hahhaha

      Hapus
  7. krn mamaku dulu ngabisin masa remajanya di makasar, jd sedikit banyak aku tau masakan2 ini krn mama srg masakin :).. trutama buras dan kue janda :D.. enak itu.. buras itu pdhl isinya g ada ya, tp nth kenapa kalo udh dimasakin ini, aku bisa ngbisin 4-5 sendirian hihihihi ;p.. gurih banget sih dimakan gitu aja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha benar mbak. Jadi ngerasa makan gurih aja tanpa lauk ahhahahha

      Hapus
  8. Karimunjawa ini mirip-mirip bawean juga ya kalau dilihat-lihat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bawean, Masalembo, Keramean, Masakambing, Raas, dan lainnya memang hampir sama :-D

      Hapus
  9. Kok namanya susah-susah sih mas? yang mudah diingat ya kue janda meskipun ga jadi dibawain buat kucicipin...
    Itu yang masaknya 10 jam perjuangan luar biasa,
    Yang makan tinggal nyamm nyaam aja :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya ikut kumpul, lah main sendiri terus sih ahahhahah

      Hapus
  10. Baca postingannya bikin tambah lapar dan pengen ke karimun jawa hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agendakan bareng yang lain mas :-D

      Hapus
    2. barangkali minat lewat paket bisa lewat paket dari agen kami lho mas. hub saja ya barangkali minat. 08122783663.ijin ngiklan ya mas nasirul, heheh.

      Hapus
    3. Siapa tau mau ngajak aku dan teman-teman blogger gratis *eh hahahhhaa

      Hapus
  11. Alhamdulillah. sudah nyicipi kue Jandanya Om sitam. Top banget emang. Yahut.. aku pengen buras dong

    BalasHapus
  12. Wahh kelihatannya enak semua tuh, perlu di coba nih :D

    BalasHapus
  13. aku suka mas tiap kamu ngepost makanan pesti difoto detil, serasa ikutan nikmatin itu makanan bacanya xixiixixi
    btw bugis mirip lemang ga siyy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehehe, mumpung luang ini nulis dan motretnya :-D
      yang Gogos memang mirip Lemang.

      Hapus
  14. Waaaa.... sepertinya enak. Sayang bgt kalo uda jarang yang bikin ya. :( kalo abis mudik bawain dong mas, pengin nyicip. *tetep* :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemarin sih bawa Kue Janda hahaha. Dan sudah dilibas sama teman-teman :-D

      Hapus
  15. selalu teringat akan otak-otak dari makassar, enak bgt krn asli dari ikan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bulan kemarin mahasiswa di tempatku bawa otak-otak ikan dari Makasar :-D

      Hapus
  16. Gak ada barongko? Biasanya selalu ada yang buat kalo lebaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jarang ada barongko di sini, kecuali pas ada nikahan.

      Hapus
  17. wihhh liat burasa langsung mau plg kampung saya ini haha..
    ternyata org bugis jg ple dih..???
    di manaki ini skr..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheheh, iya bapak ketururnan mandar + bugis + madura
      Di Jogja saya, tapi keluarga di Karimunjawa. Kalau main ke Karimunjawa singgah di rumah saja. Ada banyak kelaurga bugis di sana yang sudah menetap :-)

      Hapus
  18. asyik kalao udh yang namanya pulang kampung , bisa kumpul sama keluarga

    BalasHapus
  19. kalau gogos aku pernah makan, pas lg kkn di maluku.. enak hehe

    BalasHapus
  20. makanan khas semua, selain ada kue,tumbuk dan gogos dan lain sebagainya..
    rasanya pasti sangat lezat sekali..
    jadi mau ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menu-menu ini biasanya pada saat lebaran saja :-)

      Hapus
  21. oh ternyata karimunjawa itu penghuninya bukan dari suku jawa saja ya, campur-campur kaya gado-gado... hehe...

    BalasHapus

Pages