Curug Surodipo Temanggung, Tersembunyi dan Masih Sepi Pengunjungnya - Nasirullah Sitam

Curug Surodipo Temanggung, Tersembunyi dan Masih Sepi Pengunjungnya

Share This
Curug Trocoh, atau yang dikenal dengan sebutan Curug Surodipo, Temanggung
Curug Trocoh, atau yang dikenal dengan sebutan Curug Surodipo, Temanggung
Menjelang siang, kabut di Kasawan Wisata Posong, Temanggung sudah mulai turun. Hampir seluruh hamparan kebun Tembakau terlihat samar. Aku dan teman-temanku duduk menikmati kopi panas sembari berdiskusi menuju destinasi lainnya yang masih ada di Temanggung. Awalnya Embung Kledung kami jadikan prioritas, namun karena kabut masih tebal, kami pun membatalkannya.

“Bagaimana kalau ke Curug Surodipo?” Celetuk Charis yang notabenenya warga Parakan, Temanggung menawarkan opsi lain.

Ide yang menarik menurutku. Jika kabut masih tebal tentunya pemandangan seindah apapun terlihat hambar. Namun jika kita mengunjungi curug, kita masih bisa menikmati pemandangan indah curug dan main air. Bergegas dua kendaraan menyusuri sebagian besar jalan yang sudah kami lalui. 

Bayangkan, kami yang menginap di Ngadirejo, lalu pagi harus ke Posong, kemudian balik ke arah Kecamatan Wonoboyo (lokasi yang tak jauh dari Ngadirejo) dan merupakan salah satu jalur pendakian alternatif menuju Gunung Prau. Ini namanya kami mengunjungi lereng gunung yang berbeda.

Jalanan ramai Temanggung kami sibak tanpa merasakan kemacetan yang berarti. Setahuku ada dua titik yang sedikit tersendat, keduanya adalah pasar. Laju kendaraan pelan kala kami sampai di Pasar Legi dan pasar Wage Parakan. Kami terus mengikuti jalan agak menanjak menuju Wonoboyo, setiap sudut jalan terlihat banyak tanaman Cengkeh dan Kopi. 

Tak jarang aku melihat biji Kopi sedang dijemur di tepian jalan. Bahkan di beberapa tempat terhirup bau biji kopi dalam proses sangrai. Akhirnya kami sampai juga di pintu masuk curug Surodipo Temanggung. Dua motor dan empat pengunjung, aku mengeluarkan uang sebesar Rp.16.000.

Tepatnya curug Surodipo ini berlokasi di Desa Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung. Lembaran karcis yang diberikan oleh warga setempat (penjaga portal) membuktikan jika destinasi ini sebenarnya dikelola oleh warga setempat.
Akses jalan bebatuan yang dapat dilintasi kendaraan roda dua menuju curug
Akses jalan bebatuan yang dapat dilintasi kendaraan roda dua menuju curug
Akses jalan bebatuan yang dapat dilintasi kendaraan roda dua menuju curug
Pemandangan bukit berbaris tampak dari sini. Selingan tanjakan yang tinggi membuat aku harus berkali-kali turun dari motor. Sepanjang menuju curug, kami hanya berpapasan dengan warga yang habis panen Tembakau. 

Biasanya, panen raya Tembakau itu jatuh pada bulan agustus. Setiap bukit menjulang tinggi dipenuhi Tembakau yang subur, begitu sampai area parkir dan kami harus berjalan kaki, kali ini kebun Kopi menjadi pemandangan setiap sisi. Dan jauh di bukit lainnya terlihat menjulang tinggi berjejeran pohon Cengkeh.

Curug Surodipo ini berada dibalik bukit, jadi kami harus berjalan kaki naik ke atas untuk sampai ke lokasi. Di sini ada dua tempat yang bisa kita kunjungi, langsung menuju curug atau ke atas dan memotret curug dari bukit yang berbeda. 

Kami sengaja menuju bukit dan mengabadikan dari sudut lain. Bagi warga setempat curug Surodipo ini dikenal dengan sebutan curug Trocoh. Penamaan Surodipo sendiri dari sosok Ki Surodipo yang masih ada kaitannya dengan Pangeran Diponegoro. Di sini ada sebuah baliho besar yang dapat kita baca mengenai siapa sosok Ki Surodipo sendiri.

Membutuhkan tenaga esktra kalau berjalan menuju curug Surodipo, tanjakannya sedikit melelahkan bagi orang yang jarang berjalan kaki. Pemandangan sepadan dengan perjuangan jika kita sampai di atas dan memandang guyuran curug Surodipo dari gardu pandang yang kita pijak. Menjulang tinggi air terjunnya, ada beberapa bukit yang terlihat di sana. 

Di antara bukit tersebut, yang terlihat dari sisi kiri setelah aliran curug adalah Batu Bucu. Sementara bukit yang menjulang lebih runcing paling kiri adalah Batu Geong. Di sini aku juga sempat melihat Burung Elang yang terbang di sisi bukit, hanya saja kameraku tak sanggup untuk mengabadikannya.
Pemandangan curug Surodipo dari atas bukit
Pemandangan curug Surodipo dari atas bukit
Pemandangan curug Surodipo dari atas bukit
Rehat beberapa menit kami di atas. Sebuah dudukan yang terbuat dari bambu kami duduki. Di sisi lain tak jauh dari tempat duduk terdapat tempat sampah yang disediakan. Sebagian besar sampah yang terlihat adalah bekas botol mineral dan tisu. Puas rasanya mengumpulkan tenaga di atas, kami berlanjut menyusuri jalan setapak yang menurun. 

Harus hati-hati saat menuruni jalan setapak, karena sisi kanan jalurnya adalah jurang. Jalur yang beragam dari landai sampai anak tangga tanah harus kami tapaki. Sampai juga kami di bawah. Di sini, tak hanya kami berempat. Ada juga pengunjung lain berjumlah tiga orang. Sementara tadi di jalan kami juga sempat bertemu dengan sekelompok pemuda-pemudi yang sudah lebih dulu pulang dari arah curug.

Tepat di bawah curug Surodipo aku mengabadikan pemandangan. Hembusan angin sedikit kencang membuat percikan air terjun mengenai segala penjuru yang tak jauh dari sana. Aku mengabadikan dan sesekali melindung kamera dari hempasan air yang terbawa angin. Aku melangkah ke bawah menyusuri sungai di bawahnya. 

Sedikit lebih menjauh agar dapat mengabadikan curug dengan sudut yang lebih bagus. Indah benar curug ini, selain airnya dingin dan bersih, di sini masih sepi pengunjung. Informasi dari Charis (temanku), hanya warga setempatlah yang berkunjung ke sini. Jika pun ada wisatawan lain, mungkin mereka yang tak jauh-jauh dari Temanggung, Secang, Weleri, atau malah Wonosobo.
Pemandangan curug Surodipo dari atas bukit
Pemandangan curug Surodipo dari atas bukit
Curug Surodipo ini sebenarnya tidak hanya satu, malah ada lima tingkatan yang tak jauh tempatnya. Menurut informasi dari warga setempat, curug nomor lima yang paling bagus. Lokasinya ada di bawah, melewati perkebunan Cengkeh. 

Akses jalan menuju curug lainnya hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. Kami sebenarnya punya kesempatan ke sana, namun karena salah satu teman merasa kecapekan, dengan terpaksa kami harus melewatkan.

Masih di area Curug Surodipo, aku asyik sendiri mengabadikan pemandangan. Menggunakan Tripod yang memang sudah kubawa dari Jogja, aku mengabadikan beberapa kali dibebatuan yang berhadapan langsung dengan curug. 

Setelah itu aku tak melewatkan diri untuk menikmati guyuran air yang deras. Yang kurasa di sini adalah hawa dingin, bagi orang yang tak tahan dingin sudah dipastikan akan menggigil kedinginan. Suasana asri dan gemericik guyuran curug membuat ingin rasanya berlama-lama di sini.
Asyiknya kalau lokasi wisata alam masih sepi dan asri
Asyiknya kalau lokasi wisata alam masih sepi dan asri
Tak terasa kami sudah cukup lama di sini. Mentari sudah tergelincir sedikit, ini menandakan waktu sudah lepas dari pukul 12.00 WIB. Dari atas terlihat beberapa pengunjung datang ke curug ini. Lebih dekat kulihat ternyata mereka adalah siswa/wi salah satu sekolah menengah pertama yang lokasi sekolahnya masih di sekitar Wonoboyo. 

Mereka bergerombolan menuju curug. Kami pun menyapa mereka, malah Charis sendiri minta aku abadikan bareng siswa/wi tersebut. Raut wajah anak-anak sekolah ini terlihat sumringah. Adanya air terjun yang dekat dengan tempat tinggal mereka, tentu menjadi hal yang menyenangkan.
Charis bersama siswa/i yang baru datang ke curug
Charis bersama siswa/i yang baru datang ke curug
Usai sudah menikmati guyuran air curug Surodipo, aku bergegas mengenakan kaos dan mengeringkan celana di tempat panas. Curug Surodipo ini berpotensi menjadi destinasi yang banyak dikunjungi wisatawan jika berkunjung ke Temanggung. 

Di sini keindahan curug, ketinggian curug, dan masih asri menjadi daya tarik sendiri. Setidaknya, sampai aku berkunjung ke sini kebersihan lokasi ini masih terjaga. Semoga kebersihan ini terus terjaga ketika lokasi ini mulai dikenal dan akses jalan lebih bagus.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat berkunjung ke Curug Surodipo

Sebagai pengunjung, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat kalian nantinya berkunjung ke Curug Surodipo;
  • Pastikan kendaraan kalian dalam keadaan baik, ada beberapa tanjakan yang tinggi dan harus berhati-hati karena jalannya adalah bebatuan yang tertata. Usahakan tidak ke sana pada saat hujan turun, jalan rawan licin dan berdampingan dengan jalur curam.
  • Akses jalan setapak menuju curug didominasi Kopi dan Tembakau, jangan sampai pengunjung usil mengambil biji Kopi atau mematahkan daun Tembakau selama perjalanan. 
  • Seringnya penduduk setempat yang nantinya berpapasan dengan pengunjung, ada baiknya saling menyapa dan sebisa mungkin mengalah (memberi jalan) bagi petani tembakau yang berlalu-lalang sambil memanggul Tembakau atau membawa keranjang berisi Tembakau di kedua sisi motor mereka.
  • Jangan mengganggu binatang yang ada di sana seperti burung, atau malah Kera Ekor Panjang yang kadang tidak sengaja ditemui selama berjalan menuju curug. Kami sendiri tidak sengaja melihat kera tersebut bergelantungan di pepohonan bukit sebelah.
  • Jaga kebersihan curug dari sampah-sampah plastik, atau dari coretan/vandal. Ada beberapa coretan yang terpampang di bebatuan dekat curug. 
  • Dilarang keras melakukan hal-hal yang tidak beretika, bersikaplah bijak di setiap destinasi wisata. 
Sedikit ulasan di atas semoga dipatuhi setiap pengunjung Curug Surodipo. Oya, sudah ada beberapa plang petunjuk arah menuju lokasi curug ini. Plang tersebut dibuat oleh warga beserta mahasiswa KKN dari UIN Walisongo, Semarang. Tampak terlihat tulisan KKN UIN Walisongo tahun 2015 di setiap plang. *Kunjungan ke Curug Surodipo di Desa Tawangsari, Wonoboyo, Temanggung pada hari Sabtu; 06 Agustus 2016.

Baca juga tulisan bertema alam lainnya 

66 komentar:

  1. Belum aspal full ya, kudu nuntun nih mas :) tapi pengen juga ah ke curug sirodipo ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum mbak. Wah mau ke sana sepedan? Hahahah, dijamin seru dan penuh tantangan

      Hapus
  2. Ini yg kmrin dicari 😂..
    Wahh jalannya udah enak, berbatu..drpada jalan tanah hehe

    BalasHapus
  3. Temanggung ternyata punya banyak destinasi kece ya. Pengen ke sana jadinya :D

    BalasHapus
  4. Emang ya mas kalau mau ke tempat yang bagus dan sepi mesti penuh perjuangan ke sananya heheee :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan itu menjadi sensasi tersendiri, jadi seru dan penuh cerita :-)

      Hapus
  5. Kece juga ya curugnya. Tempat piknik di Temanggung ini jarang di ekspos. Orang tahunya kalo bicara Temanggung, ya, tembakau, :)

    BalasHapus
  6. Itu air terjunnya musiman enggak mas?
    Seruu nya itu masih sepi, sejuk, ijo. Aaa seru meneh poto di situ sama sepedamu mas :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak mbak, nggak musiman kok. Emang yang musiman itu biasanya nikah mbak. Ada musim nikah kakakkakakak

      Hapus
  7. boleh nih dicoba, curug surodipo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kakak. Boleh banget, salam buat seni berjalan hehehheheh

      Hapus
  8. kece bener ini tempatnya mas broh.. :) pengen ke tawangmangu lagi jadinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah sudahs angat lama nggak ke Tawangmangu hehehhe. Semoga ada waktu ke sana :-D

      Hapus
  9. Waktu itu ada rencana mau kesono tapi gagal :-(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kudu diulangi lagi mas. Seru banget loh main air di sini :-)

      Hapus
  10. Mas Sitam kapan mau ke Temanggung lagii?
    Boleeeh lhooo ajak - ajaaaak akuuh maass.
    Bidadari pengen ngeliat air terjuuun.
    (((BIDADARI)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nunggu kamu manggung di Jogja mbak. Kan nanti masalah penginapan dll udah ditanggung dua inwis akakkakaka

      Hapus
  11. keren bener curugnya ..
    tinggi dan berkesan seperti melebar ya ... itu karena ada 2 curug ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kang. Kalau secara tingkatannya ada lima curug di sini kang. Hanya saja kami pas ke sini hanya mampir di curug yang pertama.

      Hapus
  12. view curugnya bagus banget...cocok buat foto landscape..hhehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas. Apalagi lokasinya di antara perbukitan.

      Hapus
  13. Make motor metik ah, kalau ke situ.. Biar gak mainstrim..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enakan pakai motor yang sekarang kakak hehehhehehe

      Hapus
    2. Kaadng idemu kui yo rodo bener, kadang salah, Gall. Mbok sekalian kon numpak elang :-(

      Hapus
  14. di tengah terik matahari siang, main ke air terjun jadi pilihan pas. semilir percikan air yang terbawa angin dan diharapkan mendinginkan kepala sejenak. duduk di kursi itu lalu kemudian tidur. mantap!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntung di sini nggaka da fasilitas Wifi, GALL. Kalau ada yakin deh kamu minta pindah kosan ke sini. Hahahahhaha

      Hapus
  15. Waaaa apikk ini. Awal bulan mau ke Parakan lagi lihat panen tembakau, ntar mampir ke sini ah. Omong-omong ada pangkalan ojek yang mas ojek-nya mau anter ke sana nggak ya? Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik banget kalau lihat panen tembakau mas. Ada penjaganya kok, siapa tahu beliau bersedia nganter. Ramah banget mas :-D

      Hapus
  16. Halo mas, senang tersasar di blog ini, tahu-tahu disuguhi pemandangan yang adem :)
    Suka sama bagian kesimpulannya. Kadang suka gak nyadar kan ya, jalan di hutan ada daun, petik sana petik sini, padahal itu tanaman berpenghasil.

    Semoga alam Indonesia kian terjaga amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga mas Har,

      Semoga mas kesasar di sini malah betah hehehehhe. Benar mas, kadang keisengan kita itu tak baik jiga asal matahin daun atau mengambil biji kopi dll. Intinya harus sadar diri :-D

      Hapus
  17. uwwaaahhh cakep air terjunnya ^o^... alur airnya pecah gitu yaa... bookmark dulu, ntr kalo ke jawa lagi, mw coba datangin ;)

    BalasHapus
  18. indah banget, eksotis banget, hijau bangetttt, seger banget, hijaunya gak nahan, sukaaaa, sayangnya jauh dari Bogor

    BalasHapus
  19. Ampunnnn dah keren bangett.....tinggi banget air terjunya, kalau ada kesempatan boleh lah main kesini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan mas. Air terjun ini masih sepi pengunjung, jadi bisa bersantai lama di sini :-)

      Hapus
  20. Itu curug kalo debit air nya makin deres, pasti makin manja yeeee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa manja-manjaan di sini om. Dijamin nggak terlalu dingin kayak yang di Jabar hahahaha

      Hapus
  21. Really great post! I love it:)

    Irenethayer.com

    BalasHapus
  22. Lihat foto curug ini jadi ingat paradise waterfalls di film Up, air terjunnya meluncur dari tebing pipih gitu hihihih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oalah hahahha, kalau mirip beneran malah keren mas hahahahah.

      Hapus
  23. Balasan
    1. Ayoo mbak main ke curug hehehheh. Mumpung musim hujan juga, jadi airnya melimpah. Tapi biasanya airnya agak keruh :-)

      Hapus
  24. semoga terjaga selalu ya keasriannya, kalau sudah ramai nanti banyak sampah dan pedagang2 yang datang sampai ke curug kaya di Bogor -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah ada pedagang tapi baru 2 mbak, waktu kami ke sana yang kami obrolkan dengan pedagang adalah menyiapkan tempat sampah agar tak berceceran sampahnya. Yang susah itu mengatur tingkah laku pengunjung saat di curug. Tidak semua pengunjung peka dengan kebersihan lingkungan dengan membawa sampahnya lalu membuang di tempat sampah.

      Hapus
  25. Itu trekkingnya ada 30 menit ngga, Mas? Punya sodara di TMG, kan lumayan kalau mereka mau nganter ke Curug. :D

    Mas Sitam, aku kontak kamu kalau mau ke Karimun, yes. Tahun depan insya allah. Gratisii penginapan ya rapopooo. Wkwkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak sampe 30 menit kok dari tempat parkir.

      Oke, kontak saja ahhahahha

      Hapus
  26. Bagus banget mas curug nya. Indah banget dan masih asri banget.

    BalasHapus
  27. nampaknya masih asri dan belum terjamah orang ya Mas ?????

    BalasHapus
  28. pingin juga main kesini .. tapi sayang lokasi jauh dari tempat tinggal saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau main ke Gunung Andong turunnya bisa langsung ke sini, mas.

      Hapus
  29. kayaknya butuh perjuangan ya Mas untuk sampai ke curug nya.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jalannya asyik dan cukup melelahkan memang hahahahhaha

      Hapus
  30. pake mobil bisa gak kalo kesananya ya???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya bisa sampai tulisan gapura, karena setelah itu medannya benar-benar naik tajam. Bisa jalan kaki atau menggunakan ojek warga setempat.

      Hapus

Pages