Embung Tlogopucang Temanggung kala Langit Mendung - Nasirullah Sitam

Embung Tlogopucang Temanggung kala Langit Mendung

Share This
Pada dasarnya banyak kunjungan di destinasi wisata yang tak kurencanakan. Sebagaimana waktu aku mengunjungi Temanggung pada bulan agustus lalu. Dibenakku hanya ingin melihat ramainya Pasar Papringan saja. Nyatanya, selama di sana aku berkunjung ke tempat-tempat lain. Menyenangkan sekali, walau tanpa perencanaan tapi bisa ke sana. Sehingga, seperti apapun hasilnya, yang ada hanya rasa senang.

Motor Charis terdengar meraung tertahan kala kami melaju di jalanan yang menanjak. Walau tanjakannya tak sekejam saat kami menyambangi Curug Surodipo, tapi jalanan yang mengarah ke Embung Tlogopucang ini berliku dan ada tanjakan. Terutama ketika sudah sampai pada gerbang besar bertuliskan “Desa Tlogopucang”.
Embung Tlogopucang Kandangan, Temanggung
Embung Tlogopucang Kandangan, Temanggung
Bagi kami, motor Charis ini bak pahlawan. Sudah beberapa destinasi yang ada di Jogja maupun di Temanggung kami kunjungi menaiki motor tersebut. Alhasil selama itu hanya sekali rewel. Itu adalah waktu kami ke Posong, tak sengaja ban motor ini bocor. Selebihnya, tak ada masalah. Bahkan waktu kami menyusuri tanjakan waktu kulineran di Kampung Emas Plumbungan pun motor ini dapat melibas tanjakan.
*****

“Di sekitar sini ada embung loh. Kita cari yuk?” Ajak Charis sembari melihat akun Instagram Temanggung.

“Jauh tidak lokasinya?”

“Tidak jauh. Hanya beberapa kilometer saja.”

Destinasi yang tidak direncanakan akan dikunjungi kali ini menyeruak dipikiran kami. Terlebih, Charis yang orang Temanggung sendiri tertarik mengunjunginya. Sebuah foto yang memperlihatkan embung berada di ketinggian dan berlatar belakang pegunungan. Foto-foto indah Embung Tlogopucang yang kami lihat di Instagram membuat niat makin menggebu.

“Baiklah kita berangkat ke sana,” Jawabku mantap.

Dari sinilah akhirnya kami bisa menikmati waktu sejenak di Hutan Pinus Kandangan, dan juga keliru berhenti di DAM Kembangsari. Untunglah ada tiga anak kecil yang menunjukkan lokasi Embung Tlogopucang pada kami. Aku sendiri sudah mengira bakal tersesat, lucu rasanya kami tersesat. Apalagi Charis adalah orang asli Temanggung.

Kami terus mengikuti jalan masuk desa Tlogopucang. Belum ada tanda-tanda plang lokasi mengenai keberadaan embung tersebut. Melewati rumah-rumah warga yang di tepian jalan terdapat jemuran Kopi. Sampai akhirnya, kami menemukan sebuah gubuk kecil yang ada di atas. Kami ikuti jalan kecil menuju ke atas, ternyata di sinilah lokasi embung Tlogopucang. Siang hari, tak banyak pengunjung yang datang. Hanya segerombolan remaja tanggung yang berteriak-teriak menggoda cewek-cewek yang singgah di sini.

Berjejer bangunan kecil tepat di samping anak tangga menuju embung. Kulihat sepintas ini adalah bangunan perpustakaan. Aku sempat mengintip melalui jendela, terlihat buku tertata di dalam rak. Sayang tidak buka, jika pas buka, tentu aku bisa singgah di sana. Anak tanggal kunaiki, hanya ada enam anak tangga saja yang aku naiki. Sampai di atas terbentang Embung Tlogopucang di depan. Embung ini dilingkari pembatas pagar berwarna putih dan sudah kusam. Sementara di pintu masuk yang tergembok ini berwarna merah sendiri.
Pagar yang mengelilingi Embung Tlogopucang, Temanggung
Pagar yang mengelilingi Embung Tlogopucang, Temanggung
Embung Tlogopucang ini terletak di lokasi yang tinggi. Dataran tinggi yang hanya dibanguni sekolah saja di salah satu ujungnya. Selain itu, yang aku lihat hamparan perbukitan. Tak nampak adanya gunung, padahal jika cuaca cerah, konon katanya lokasi ini adalah tempat yang indah menatap sunrise dan pegunungan. Menurut banyak cerita yang kudapat di blog, di Embung Tlogopucang ini sebenarnya kita dapat melihat deretan Gunung Sumbing, Sindoro, dan Prau. Cuaca memang tak berpihak padaku, siang ini mendung menggelayut di atas. Sehingga pemandangan indah gunung tak dapat kuabadikan.
Panorama Embung Tlogopucang, Kandangan, Temanggung
Panorama Embung Tlogopucang, Kandangan, Temanggung
Memang tak puas rasanya bila berkunjung ke Embung Tlogopucang saat mendung. Pemandangannya tak seindah ketika cerah. Namun, aku masih tetap bisa menikmati suasana sejuk di sini. Embung Tlogopucang tidak seluas Embung Nglanggeran Yogyakarta, tapi lokasi di ketinggianlah yang membuat hampir setiap embung itu sama. Di Jogja selain di Nglanggeran, ada juga Embung Kleco dan Embung Sriten yang berada di ketinggian.

Di sini semilir angin terasa cukup menerpa badan. Angin siang hari yang sejuk membuat aku ingin berlama-lama menikmati suasana tenang. Tersebar tempat duduk yang ada di tepian embung. Selama di sini, aku asyik duduk santai sembari melihat orang-orang yang silih berganti berkunjung di sini. Tak banyak wisatawan luar kota yang datang, hanya gerombolan muda-mudi warga sekitar saja. Aku yakin mereka hanya warga sekitar karena yang datang hampir semuanya tidak menggunakan helm motor.
Tempat duduk di area Embung Tlogopucang
Tempat duduk di area Embung Tlogopucang
Tempat duduk di area Embung Tlogopucang
Tidak membutuhkan waktu lama aku memutari embung tersebut. Lingkaran pagar kusam dan sedikit tajam bagian ujungnya menjadi pembatas embung dengan tanah. Terlihat ikan-ikan kecil berseliwean di dalam air. Bening juga airnya, hanya tak terawat. Di sudut lain tampak tanaman kopi di lahan warga setempat. Anak-anak kecil berlarian menuju lahan Kopi. Mereka bermain di sana. Wajah-wajahnya basah karena membasuh muka dengan air embung.

Walau tertutup pagar, anak-anak tersebut masih bisa masuk melalui sela-sela pagar. Bahkan ada juga yang memanjat pagar tersebut. Sontak mereka yang memanjat pagar diteriaki gerombolan remaja tanggung di seberang. Suara teriakan menggema. Aku sendiri masih asyik duduk di kursi sembari melepas penat. Kusempatkan selama memutari embung ini mengabadikan dari atas.

Aku mendaki gundukan tanah yang berada di belakang gedung sekolah. Gundukan yang ditanami singkong ini kunaiki dan berusaha memotret agar mendapatkan foto embung lebih luas. Tidak terkena semua memang, tapi sudah cukup rasanya sebagai bukti aku pernah ke sini. aku anjurkan, jika kalian ingin ke sini dan menikmati pemandangannya, lebih baik ketika subuh dan di saat cuaca cerah. Jangan seperti aku yang datang ke sini karena tak terencana.
Pemandangan Embung Tlogopucang Temanggung kala Langit Mendung
Pemandangan Embung Tlogopucang Temanggung kala Langit Mendung
Pemandangan Embung Tlogopucang Temanggung kala Langit Mendung
Setiap destinasi wisata yang tidak terawat tentu menjadi makanan empuk bagi segelintir pengunjung yang tidak beretika. Mereka dengan bebas mencoret-coret plastik yang menjadi penampung air dengan berbagai macam tulisan. Sepanjang embung, ada ratusan tulisan vandal yang dapat kita temukan. Sejak dulu, tabiat seperti ini selalu ada. Mereka senantiasa terbiasa mencoret-coret dengan alasan beragam. Seperti ini, salah satu tulisan vandal yang aku abadikan.
Coretan vandal yang ada di tepian embung Tlogopucang
Coretan vandal yang ada di tepian embung Tlogopucang

Selain coretan sepanjang tepian embung, masalah lain yang ada di sini adalah sampah. Berserakan sampah plastik, bahkan ada yang menumpuk di salah satu ujung tepian embung. Di embungnya sendiri juga ada sampah yang mengapung. 

Memang ada tempat sampah yang tidak jauh dari lokasi duduk, hanya saja kesadaran pengunjung yang kurang. Sebagian masih membuang sampah sembarangan daripada membuang pada tempatnya. Terkadang, sampah-sampah tersebut berterbangan terkena terpaan angin kencang. Ironis memang, lokasi yang seharusnya bisa menjadi daya tarik wisatawan tak terawat dengan baik.

Tidak mau kehilangan momentum berfoto, aku meminta Charis untuk memotretku dari atas gundukan tanah. Tidak perlu banyak foto, satu saja cukup yang penting ada dokumentasi. Seperti yang aku lakukan ketika berada di tempat lain. Berfoto adalah cara paling tepat bagiku untuk membuktikan bahwa aku pernah ke lokasi tersebut.
Menatap Embung Tlogopucang, Temanggung
Menatap Embung Tlogopucang, Temanggung
“Beneran kamu tidak menghadap ke kamera?” Teriak Charis dari atas.

“Foto saja, yang penting ada buktinya,” Balasku tak kalah kencang.

Sebenarnya Embung Tlogopucang bukanlah satu-satunya embung yang ada di Temanggung. Masih ada satu lagi embung yang sudah lebih dulu dikenal. Namanya Embung Kledung. Embung ini letaknya tidak jauh dari Posong. Aku belum mengunjunginya, dan berharap suatu saat bsa berkunjung ke sana.

 Harapan lainku pada embung ini adalah, semoga pihak yang terkait bisa merawat embung ini menjadi lebih bagus. Setidaknya embung ini nantinya bisa memikat para wisatawan untuk berkunjung. Terlebih banyak foto yang indah yang dihasilkan para potograper saat mereka mengabadikan sunrise dari tempat ini. *Kunjungan di Embung Tlogopucang Kandangan, Temanggung pada hari Minggu, 07 Agustus 2016.
Baca juga tulisan bertema alam lainnya 

36 komentar:

  1. asik yaaa..tp kemaren gak sempet kesana...cuma di posong aja lalu bablas Wonosobo hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah di Posong cuma mampir ngopi aja kakakakkakak

      Hapus
  2. embung artinya apa dek?
    sayang ya memang, kebiasaan buang sampah seenaknya ini masih mewabah di mana2 dan pelakunya dari berbagai usia pulak :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buk, embung itu semacam tempat untuk menampung air. Biasanya diberdayakan untuk irigasi. Mirip-mirip lah dengans ebutan waduk atau bendungan.

      Hapus
  3. nyenja disini kayaknya juga bagus mas, kalo gak mendung sih muehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar e, tapi kalau pas bulan-bulan ini bakal kena mendung

      Hapus
  4. Tempatnya indah dan menyegarkan mata. Lumayan kalau digunakan sebagai tempat persinggahan akhir pekan untuk menikmati udara segar. Semoga saja para pelancong yang tidak beretika itu sadar bahwa Embung tlogopucang butuh kerja sama mereka agar tetap bisa dinikmati bersama ya Mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Temanggung ternyata punya banya potensi wisata yang kurang diketahui banyak orang buk.
      Dan tingkah laku wisatwan juga sangat berpengaruh pada tempat tersebut.

      Hapus
  5. waktu gak kejar mas kalo dari posong ke sini.. terlalu gelap mungkin saya salah rute mas harusny ke sini dulu baru ke posong biar di posong seklain nginep hehe... belum sempat kemari.. moga jalannya ndak heboh deh aamiin...

    BalasHapus
  6. Kuwi Kirik kok iso nulis yo Mas..hahaha...

    BalasHapus
  7. Saya juga belum paham apa itu embung Mas, apa ini telaga buatan atau terjadi secara alami? Kenapa dinamai embung? Sebab saya tumben melihat embung yang seperti telaga begini, menarik deh. Dan saya setuju, melihat badan air yang luas bisa banget membuat hati jadi tenang dan damai. Air itu bagaikan menyihir, dan bagi saya tetap indah meski di siang bolong... tapi kalau fajar atau senja awan-awannya pasti mendukung suasana banget ya, Mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Embung itu semacam telaga buatan, atau bendungan. Kalau di KBBI nama tersebut berarti tempat menampung air untuk Irigasi dan lainnya :-)

      Sepertinya dari bahasa Jawa serapannya :-)

      Hapus
  8. Asli mantep banget, jadi calon salah satu tempat yang wajib dikunjungi nih wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan berkunjung ke sana dan jaga kebersihan :-)

      Hapus
  9. Wao Temanggung, masukin list ih. Lucu tempatnya!

    BalasHapus
  10. Sering ke temanggung, tapi baru tau soal embung tlogo pucang, wah mantep nih, apalagi kalau pas cuacanya cerah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Temanggung selain Embung Tlogopucang juga ada Embung Kledung.

      Hapus
  11. mas, jd embung ini apa toh sbenernya? tambak? ato danau ato waduk? cakep sih tempatnyaa.. mungkin krn berada di ketinggian gini yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhee, embung itu tempat menampung air yang biasanya dipakai untuk irigasi. Semacam waduk buatan yang lokasinya emang diketinggian.

      Hapus
  12. Jadi inget kampung halaman hehe, itu banyak ikannya nggak nggak kak?

    BalasHapus
  13. Pantulan pemandangannya bisa seperti mirror di Embung Kledung nggak, Sitam? Foto-foto di atas tidak ada yang demikian hehehe. Sepertinya kudu colek maz Charis kalau kembali ke Temanggung lagi ben iso dianter keliling ke tempat-tempat yang belum kukunjungi. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya bisa mas. Pas aku di sini angin kencang, jadi nggak memungkinkan hahahhaha. Bener mas, kudu dekatin Charis hahahhahaha

      Hapus
  14. wah naik motor ya, biasanya naik sepeda mas
    heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jauh mas hahahaha.
      Naik motor pun harus numpang teman :-D

      Hapus
  15. Suka sekali dengan judulnyaaa..Diksinya pas :D
    Tempatnya lucuu, kalo kesana kudu direncanakan sesuai tips :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya tidak sengaja juga memberi judul seperti itu hehehhee,
      Benar kalau ke sini pada waktu tertentu dan harus direncanakan agar dapat melihat keindahannya.

      Hapus
    2. Karena kamu bakat nulis, jadi meski tidak disengaja juga nyambung :)

      Hapus
    3. Huahuahua, hanya menulis apa yang dialami dan dilihat mbak. Jadi ngalir aja rasanya.

      Hapus
  16. coba pas cerah ya...kece bgt mesti.
    Atau pas kala cinta menggoda ��hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahahahha karena cerah itu menjadikan cinta akkakakaka

      Hapus

Pages