Kuliner Sate Kelinci Pak Temon Tawangmangu - Nasirullah Sitam

Kuliner Sate Kelinci Pak Temon Tawangmangu

Share This
Kuliner Sate Kelinci Pak Temon Tawangmangu
Kuliner Sate Kelinci Pak Temon Tawangmangu
Tidak terasa aku sudah hampir seharian di Kemuning, Karanganyar. Cuaca tak menentu membuatku di sana lebih banyak menghabiskan waktu di Bale Branti, menyeduh teh sembari melihat pemandangan hamparan sawah. Sorenya kusempatkan mampir di Air Terjun Jumog, setelah itu tujuanku adalah Hotel Grand Bintang Tawangmangu.

Menjelang magrib aku sudah sampai di hotel, ada dua hotel yang berseberangan lokasinya. Sama-sama Grand Bintang. Aku sudah memesan kamar di hotel yang baru direhab. Lagi pula hanya untuk menginap saja sebelum besok menuju Sarangan. Segera aku mandi, mengganti baju dan menunaikan sholat.

Usai sholat magrib, aku mencari informasi tempat makan di Tawangmangu. Rata-rata di sini menawarkan Sate Kelinci. Aku memutuskan malam ini akan makan Sate Kelinci saja. Lagian aku belum pernah merasakan daging Kelinci, jadi ada kesempatan untuk mencobanya. Kulangkahkan kaki menuju resepsionis untuk mencari informasi Sate Kelinci di sini yang menurutnya enak.

“Kalau sate kelinci tidak jauh dari ini mas. Namanya Sate Kelinci Pak Temon.”

“Terima kasih informasinya mbak.”

Aku beranjak mencari bapak yang menyetir mobil. Mobil melaju pelan, sesuai dengan keterangan mbak resepsionis tadi kalau lokasinya di kanan jalan. Benar saja, tidak jauh dari hotel sebuah warung lesehan sederhana terpasang spanduk kuning bertuliskan Sate Ayam & Kelinci Pak Temon. Mobil diparkirkan di tepi jalan, dan aku mengajak bapak yang menyetir untuk sekalian makan malam.
Warung Lesehan Sate Kelinci & Ayam milik Pak Temon
Warung Lesehan Sate Kelinci & Ayam milik Pak Temon
Awalnya kukira warung Pak Temon besar dan luas. Nyatanya tidak seperti itu. Warung lesehan yang hanya di beri tiga meja panjang ini tidak luas. Namun sedari tadi banyak yang antri membungkus Sate Kelinci. Di deretan jalan ini banyak warung Sate Kelinci, tapi yang paling ramai warung milik Pak Temon. Pantaslah tadi resepsionis hotel merekomendasikan makan di sini.

Pak Temon dibantu oleh istrinya dalam berjualan. Istri bertugas memotong-motong daging, dan Pak Temon bagian membakar sate. Sementara untuk sajian minuman dan mencuci piring ada satu perempuan lagi yang membantu. Aku mendekati Pak Temon untuk sekadar berbincang, terlebih pesananku masih antri lama.

Di dekat Pak Temon sudah ada banyak daging sate yang sudah ditusuk, tinggal dibakar saat ada pesanan. Tidak hanya baskom berisi sate yang sudah tertusuk rapi, tidak jauh dari sana juga ada daging yang belum dipotong. 

Ketika beliau akan membakar sate, beliau pasti mencelupkan daging sate tersebut pada rempah yang ada di dekatnya. Mungkin ini racikan rempah yang membuat satenya sangat digandrungi oleh warga setempat dan wisatawan.

Kedua tangan Pak Temon cekatan menata sate di tungku. Asap membumbung disertai debu-debu kecil bekas arang yang terkena kipasan. Sembari mengipas, beliau bercerita mengenai warungnya.

“Saya berjualan sate sudah 30 tahun mas,” Terang beliau.
Pak Temon mengipasi sate kelinci yang sedang dibakar
Pak Temon mengipasi sate kelinci yang sedang dibakar
Tiga puluh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Pak Temon asli orang Tawangmangu. Beliau memiliki warung di tepian jalan ini sudah 15 tahun. Sebelumnya beliau berjualan Sate Kelinci menggunakan gerobak. Berkeliling menuju depan hotel satu ke depan hotel lainnya. Terbayang bagaimana jalan di Tawangmangu yang tidak datar, banyak tanjakan dataupun turunan.

“Dari dulu memang langsung jualannya sate ayam dan kelinci atau tidak pak?”

“Langsung dua-duanya mas. Cuma lebih banyak sate kelincinya sih. Biasanya wisatawan yang ke sini lebih suka makan sate kelinci daripada sate ayam.”

“Saya sengaja menyediakan sate ayam itu untuk antisipasi mereka yang datang ke sini tapi nggak suka sate kelinci mas,” Tambah beliau.

Seperti yang sudah kuterangkan dari awal tadi, sepanjang tepian jalan banyak warung yang menawarkan menu Sate Kelinci, tapi yang paling ramai tempatnya Pak Temon. Beliau menerangkan kalau dalam satu hari biasanya dibutuhkan minimal 10 ekor Kelinci. Beliau sudah mempunyai penyetok Kelinci, jadi tidak perlu mencari Kelinci.
Sate Kelinci dan bara api
Sate Kelinci dan bara api
“Sudah ada bakulnya sendiri mas. Saya tinggal menerima kelincinya.”

Beliau sangat selektif dalam memilih Kelinci yang akan dipotong. Biasanya Kelinci yang dipilih adalah Kelinci muda yang umurnya antara 6-8 bulan. Kelinci muda dagingnya relatif lebih empuk, sehingga tepat jika dijadikan sate.

“Mas, sate njenengan sudah siap,” Ujar Bu Temon memberitahuku.

“Oh, baik bu. Terima kasih. Pak, saya ijin mau makan dulu.”

“Monggo mas.”

Cukup lama juga aku berbincang sembari memperhatikan Pak Temon membakar sate, sampai lupa kalau pesananku sudah siap santap. Dihadapanku, 10 tusuk sate Kelinci lengkap dengan lumuran kacang, cabai potong, bawang merah potong, dan lontong. Mantap sekali rasanya.
Satu porsi sate kelinci penuh lumuran bumbu kacang dan potongan cabai
Satu porsi sate kelinci penuh lumuran bumbu kacang dan potongan cabai
Empuk, seperti daging Ayam rasanya. Itulah yang terpikirkan saat kugigit satu tusuk sate tersebut. Cuaca dingin Tawangmangu memang cocok menikmati Sate kelinci dengan bumbu yang kental ditambah potongan cabai pedas. Ini kali pertama aku menikmati daging Kelinci, dan tak ada keraguan untuk melahap sampai habis.

Sepuluh tusuk Sate Kelinci kulibas habis, bahkan aku meminta tambahan Cabai dan Bawang merah potong ke Ibu Temon. Ini antara kalap, doyan atau lapar. Sepertinya kombinasi keseluruhannya.

Warung Lesehan Sate Kelinci & Ayam Pak Temon buka setiap hari mulai pukul 10.00 – 24.00 WIB. Lokasinya tidak jauh dari hotel Grand Bintang. Jalan Raya Tawangmangu arah ke Sarangan, letaknya tidak jauh dari Telkom. 

Untuk harganya, Sate Kelinci 15 ribu/porsi, dan Sate Ayam 13 ribu/porsi. Jika kalian berkunjung ke Tawangmangu dan sekitarnya, bisa mencoba kuliner Sate Kelinci di tempat Pak Temon. *Kuliner Sate Kelinci Pak Temon di Tawangmangu pada hari Sabtu, 19 November 2016.

75 komentar:

  1. Kalau saya makan sate kelinci biasanya kalau ga di alun-alun Batu ya kompleks wisata Songgoriti di Malang hehe. Untung yah bentuk asli kelincinya ga ada. Kadang sambil makan sambil mikir lucunya kelinci. Eh tapi menurut saya daging kelinci emang lebih lembut daripada daging ayam.

    Terimakasih infonya mas. InsyaAllah kapan" kalau ke Tawangmangu ke tempatnya pak Temon XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhehe,
      Kemarin abis dari area Batu dan lupa makan sate kelinci hahahhahaha

      Hapus
  2. Sate kelinci memang kulliner yang menggugah selera.

    BalasHapus
  3. Kalo di daerah dataran tinggi memang sate kelinci menjadi andalan ya :D
    Di bandungan atopun kaliurang banyak yang serupa sih mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah belum pernah kulineran Kelinci di Kaliurang hahahhahahhah

      Hapus
  4. Pak Temon memang salh satu tempat kuliner yang hits di Tawangmangu. Ada lagi, Sop Buntut Mbok Gento "Bu Ugi" yang rame banget tiap pagi sampai siang hari. Omong-omong setelah baca ini jadi inget kita belom disuguhi atau jajan Sate Kelinci sedari tiba di Malang dan lewatin Kota Batu. Hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sob Buntut e bisa diagendakan itu hahhahaha.
      Iya ya mas, kok nggak kepikiran kuliner kelinci pas di Batu :-D

      Hapus
  5. ini nich salah satu sate favorit ane kalau lagi ke tawangmangu

    BalasHapus
  6. aku meh maem sate kelinci ki kadang ra tego sih. dadine rung pernah wkwkwk.
    mungkin sesekali aku kudu ditraktir ben pernah, mas. #alasanbenditraktir

    BalasHapus
  7. Aku ga tegaa maem sate kelinci, inget pas mulutnya umak umik berdzikir gitu mas.
    Oh ternyata harga satenya pak temon ini lumayan terjangkau lah ya... Porsinya mayan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kirain komat-kamit panggil nama mantan hahahhahah

      Hapus
  8. Saluuut!
    Bapakke sudah jualan sate 30 tahun. Kok bisa doi setia banget sama kerjaannya siiik?
    Aku yang baru kerja 6 bulan aja udah bosen wkwk.

    Kok aku ngggak tega ya kak makan sate kelinci ini. Apalagi dagingnya dari kelinci muda yang baru belajar jalan hikz.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahhhaa, kalo bapaknya nggak kerja ntar nggak bisa nabung. Toh bosnya dia sendiri hahahahhahhah. Kayaknya kita harus jadi pengusaha aja hahhahaahha

      Hapus
  9. ternyata peminat sate kelinci ini banyak ya, buktinya si bapak bisa bertahan 30 tahun..
    aku masih belum sanggup deh nyoba sate kelinci

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan aku baru kali ini nyicip sate kelinci haaaa

      Hapus
  10. Seperti nya nikmat ya Mas makan tuh Sate Kelinci.. Wuih sudah 30 tahun berjualan.. Legend berarti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Legend banget, 30 tahun berjuang dari gerobak sampai sekarang sudah lesehan.

      Hapus
  11. wah sudah puluhan tahun saya tidak makan sate kelinci ... lupa rasanya, ternyata seperti rasa daging ayamnya .. memang masih banyak orang yang ragu untuk makan sate kelinci ... kasihan katanya . hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehehe, kalau tidak tahu dikira sedang makan daging ayam :-D

      Hapus
  12. aku dadi kangen makan sate kelinci di sekitar tawangmangu
    kangen ke jumog, kangen ke kebun teh kemuning, kangen ke sarangan, heuheuheu

    BalasHapus
  13. wui sedapnya sate kelinci itu yak. murah lagi per porsinya

    BalasHapus
  14. kalo gak ketauan kelincinya nikmat ya mas hehe... kalo malah tau kelinci kadang bayangin imut"nya mereka hehehe... lama gak mampir ke sini alhamdulillah matur nuwun sanget mas sudah berbagi nikmatnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhehe, besok-besok kalau maem sate Kelinci jangan sampe liat kelinci yang masih idup mas :-D

      Hapus
  15. gak ada setengah jam ni dari gorang-garing siap gowes nanti lah

    BalasHapus
  16. Seumur-umur belum pernah makan sate kelinci... mas gigih saya juga dari gorang-gareng... bisa bareng nih....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhehe, ini juga pengalaman pertama makan sate kelinci :-)

      Hapus
  17. Sekali makan sate kelinci, dulu pas ke Jumog mampir di warung. aku beli sate ayam, temen ane sate kelinci. Terus ane minta 1 tusuk.. sambil makan bayanganya nggak tega gitu. kan kelinci itu hewan imut imut. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, kalau lagi makan, lupakan sejenak wajah imutnya :-D

      Hapus
  18. Serius belum pernah nyoba sebelumnya? waaah... menurut aku sih lebih mirip rasa daging bebek ketimbang ayam. waaah 13 ribu itu murah juga yaa...aduh kejam banget nih posting ginian,,,jai bikin laparrr :D

    BalasHapus
  19. Aku belum pernah sama sekali makan sate kelinci, mungkin kalau pas ke Tawangmangu boleh lah mencoba, kalau tega. hahaha

    BalasHapus
  20. Dari gambarnya sudah enak tu di makan eh mm, sudah terlihat rasanya seperti sate kelinci di sarangan Magetan jawa timur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas saya ke Sarangan juga sempat lihat banyak sate kelinci, tapi tidak makan di sana :-(

      Hapus
  21. harganya murah ya seperti sate ayam, saya dari dulu pingin coba sate kelinci tapi belum nemu di Medan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa di Medang jarang sate kelinci? Enak loh hahahhaha

      Hapus
  22. Sekarang saya tinggal di Magetan, disini lumayan banyak penjual sate kelinci dari pada ketika saya tinggal di balikpapan, tidak ada sama sekali.
    Awalnya saya ingin mencoba sate kelinci, tapi karena dulu pernah memelihara kelinci, saya jadi tidak tega, :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata-rata kalau orang pernah pelihara Kelinci nggak tega sih buat makan daging kelinci :-)

      Hapus
  23. saya seperti nya masih ragu makan daging kelinci saya gak tega

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ragu jangan makan hehehehe. Biasanya ragu karena lihat kelinci itu imut.

      Hapus
  24. Aku nda mau makan kelinci. Kasian kelincinyaaaa kan gemes-gemes. Padahal ngeliat ikan juga gemes tapi kumakan. Hahahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, kalau nggak tahu itu daging kelinci juga termakan toh :-D

      Hapus
  25. Sepertinya enak tuh sate kelinci tapi belum pernah nyoba. Lokasi padahal deket sama sarangan :D

    BalasHapus
  26. *tetiba teringat kelinci peliharaan ponakanku sambil menyeringai jahat

    BalasHapus
  27. sate kelinci itu sedaaapppp
    walopun kdg engga tega karena hewannya unyuuu
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha
      Kalau tidak tega jangan dimakan, nanti malah kepikiran :-D

      Hapus
  28. saya mah kalo makan sate kelinci kalo gk di alun-alun batu ya komplek wisata songgoriti yang di malang itu lho.., awal dengar sate kelinci sempat aneh gtu, soalnya masak makhluk imut gtuan dimakan ya haha.., tapi setelah dicoba stenya enak juga.. lebih lembut dari daging ayam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah belum pernah mencicipi kuliner di Alun-alun Malang :-(

      Hapus
  29. Jadi penasaran ama rasa sate kelinci.
    Sayangnya di sini nggak ada yang jual.

    BalasHapus
  30. recomended banget mas... disamping suhu udara yang dingin dan sejuk enaknya ditemani dengan santapan khas tawangmangu sate kelinci

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan ternyata di sini kuliner Sate Kelinci memang pilihan paling pas :-)

      Hapus
  31. Gurih banget kyaknya. Suwun infonya, kapan2 tek coba mampir hehe

    BalasHapus
  32. Duhh bikin ngilerr gambarnya. Hmmm, sepertinya sate kelinci memeng makanan paling khas di sarangan dan magetan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata-rata di tempat dataran tinggi memang sate kelinci menjadi kuliner yang paling banyak ditemui mas

      Hapus
  33. Ada bedanya ndak ya rasa sate kelinci sarangan sama sate kelinci tawangmangu? Kemarin cuma lewat aja pas ke magelang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau untuk rasa sebenarnya sih sama, yang membedakan mungkin cara masaknya :-)

      Hapus
  34. Enak ini sate kelinci, dagingnya lembut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kadang nggak bisa membedakan mana daging kelinci dan ayam :-D

      Hapus
  35. nice post... Thank you for your share!

    BalasHapus
  36. Jadi penasaran nih gan,. terimakasih infonya.. Sukses terus

    BalasHapus

Pages