Benteng Klingker dan Pantai Karang Tengah Nusakambangan - Nasirullah Sitam

Benteng Klingker dan Pantai Karang Tengah Nusakambangan

Share This
Berpose di dalam reruntuhan Benteng Klingker Nusakambangan
Berpose di dalam reruntuhan Benteng Klingker Nusakambangan
Rasa penasaran ingin singgah di pulau Nusakambangan makin besar. Mumpung aku berada di Cilacap, dan sekarang sudah duduk di atas kapal yang mengantarku mendekati area Lapas Nusakambangan. Rute berlanjut balik arah, sang kemudi kapal mengisyaratkan kami singgah di salah satu pantai Pulau Nusakambangan bagian timur.

Mesin tempel di kapal yang kunaiki meletup-letup. Suaranya mengikuti tarikan jari sang kemudi yang memainkan laju kapal. Berkali-kali kami bersimpangan dengan perahu nelayan, mereka menambatkan perahu sembari memancing. Tidak saling mengenal satu dengan lainnya, namun kami saling melempar senyum sebagai tanda sapaan.

Sang pengemudi kapal mengatakan kalau nanti kapal yang kami naiki akan bersandar di Pantai Karang Tengah, salah satu spot pantai yang biasa dikunjungi oleh wisatawan. Aku mengangguk saja, sebelumnya mereka bilang kalau di sini ada sebuah peninggalan penjajah yang berbentuk benteng kecil.
Kapal lain yang pulang dari Pantai Karang Tengah, Nusakambangan
Kapal lain yang pulang dari Pantai Karang Tengah, Nusakambangan
Sejauh ini aku hanya tahu peninggalan penjajahan adalah Benteng Pendem di Cilacap, dan Benteng Karang Bolong di Nusakambangan. Nyatanya masih ada peninggalan masa penjajahan lainnya seperti Mercusuar Cimiring dan Benteng Klingker yang lokasinya ada di Pulau Nusakambangan.

Kapal semakin mendekat di bibir pantai, ombak tepian menggoyang-goyang kapal yang berusaha sandari tepat di bibir pantai. Kapal terayun-ayun, tiga pemuda tanggung yang duduk di gubuk kecil berlarian ke arah kapal. Mereka menahan kapal agar tidak terlalu bergoyang terhempas ombak dan memintaku turun.

“Terima kasih mas,” Ucapku sembari tersenyum.

Tiga pemuda tanggung ini balik tersenyum dan membalas dengan suara khas pesisir selatan. Sang pengemudi turut turun sambil menenteng Tripodku yang tertinggal di kapal. Dia meminta agar pelampungku ditanggalkan, lalu kami berjalan menyibak jalan setapak menuju benteng yang ditawarkan sewaktu di Cilacap.
Sandar di tepian Pantai Karang Tengah, Nusakambangan
Sandar di tepian Pantai Karang Tengah, Nusakambangan
“Kita jalan mas.”

Seekor Anjing mengendus di sampingku, sesaat dia menyalak. Namun tidak lama kemudian dia kembali terpengkur menatap lautan. Anjing ini cukup jinak, dia tidak merasa terganggu para wisatawan yang berlalu-lalang di depannya. Matanya hanya menatap ke segala penjuru, lalu diam berbaring di tanah.

Tak kulihat ada Anjing lain yang berkeliaran, hanya si putih hitam sendirian. Melihat gelagatnya yang jinak, aku menyempatkan mendekat dan memotretnya. Dia hanya diam menoleh tanpa merasa terganggu gerakanku. 

“Anjing yang baik.”
Anjing milik warga setempat sedang berbaring di tempat teduh
Anjing milik warga setempat sedang berbaring di tempat teduh
Pemuda tanggung yang mengemudi kapalku berjalan menyusuri jalan menuju tengah pulau. Aku sedikit berlari mengejar. Dia sudah berjanji mengantarku menuju benteng yang dia maksud. Tidak sampai 10 menit berjalan, pemuda ini memperlambat langkah kaki. Di depan sana ada beberapa orang sedang berbincang santai di bawah pepohonan rindang.

“Ini lokasinya mas. Ini Benteng Pendem yang dimaksud tadi,” Ujarnya.

Pepohonan rindang di depanku ini bukanlah bentukan murni pohon. Aku baru tersadar itu kala sang pengemudi sekaligus pemanduku menerangkan bangunan yang yang dia janjikan. Semak belukar ini adalah bangunan peninggalan penjajahan pada masanya. Penduduk sekitar Nusakambangan menyebutnya dengan sebutan Benteng Pendem Nusakambangan.
Benteng Klingker yang tertutup belukar dan pepohonan
Benteng Klingker yang tertutup belukar dan pepohonan
“Boleh masuk ke dalam?”

“Boleh mas, masuk saja. Saya tunggu di sini.”

Aku sedikit membungkukkan badan melewati bapak-bapak yang berbincang santai. Mereka menjual sarang Lebah. Tetesan madu tercecer di tanah di samping botol bening yang sudah dipenuhi madu murni. 

Di sini banyak sarang lebah ternyata, sampai-sampai madu murni itu di jual. Sementara di depan pintu masuk benteng, sebuah sangkar burung terkait tuas tali menyapaku. Aku berhenti tepat di lorong pintu masuk.

“Mirip masuk gua,” Batinku.
Masuk melalui salah satu lorong yang menganga
Masuk melalui salah satu lorong yang menganga
Benteng Pendem Nusamkambangan ini sebenarnya bernama Benteng Klingker. Benteng ini dibangun pada masa penjajahan Belanda, serta lebih tua umurnya daripada Benteng Pendem di Cilacap tahun 1861 – 1879. 

Bisa jadi Benteng Klingker berbarengan dengan pembangunan Benteng Karang Bolong yang ada di Nusakambangan, selesai dibangun pada tahun 1855. Aku akan menulis tentang Benteng Pendem Cilacap ditulisan lainnya.

Dari beberapa literatur, aku mendapatkan keterangan bahwa pembangunan Mercusuar Cimiring dan Benteng Klingker di Nusakambangan memang berkaitan dengan Benteng Karang Bolong dan Benteng Pendem Teluk Penyu, Cilacap. Mercusuar Cimiring dijadikan menara pengawasan di ujung Timur Nusakambangan, dan Benteng Klingker sebagai benteng di ujung utara.

Benteng Klingker bukan merupakan benteng utama untuk pertahanan. Benteng ini digunakan untuk menyokong pertahanan dari serangan musuh. Benteng Klingker ini bentuknya malah seperti bangunan kecil, sekilas mirip bangunan menara. Entah sejak kapan penamaan Benteng Klingker ini lebih dikenal warga dengan sebutan Benteng Pendem Nusakambangan.
Lorong-lorong Benteng Klingker, bangunan terbuat dari susunan bata
Lorong-lorong Benteng Klingker, bangunan terbuat dari susunan bata 
Aku terkesima dengan bangunan benteng Klingker, susunan bata bertahan kokoh di antara rerimbunan pepohonan serta akar. Terlihat megah walau di dalamnya ada beberapa sudut yang rusak dan runtuh. Penyanggah besar mengembang layaknya jamur, lalu tersusun menjadi bangunan utuh.

Kutatap bagian atas benteng Klingker. Dari dalam, benteng ini artistik. Penyanggah-penyanggah besar menjulang tinggi, di setiap ujung ada lorong seperti jendela. Pemandangan yang kontras dari luar. Jika tadi dari luar yang terlihat hanya semacam belukar saja. Dari dalam ini adalah sebuah bangunan utuh yang rusak karena alam.

Kedua kakiku melangkah masuk, mengelilingi setiap sudut benteng Klingker. Gambaran kasar yang kulihat ini bangunan semacam rumah dome besar yang di dalamnya saling terhubung terowongan dan jendela. Aku tidak melihat ada anak tangga untuk ke atas, kemungkinan ada dan terlewatkan olehku. Atau malah sudah rusak. Entahlah.
Susunan penyanggah besar di dalam benteng, mengingatkan lokasi syuting Film Tomb Raider
Susunan penyanggah besar di dalam benteng, mengingatkan lokasi syuting Film Tomb Raider
Tidak banyak kudapatkan informasi dari warga setempat berkaitan dengan peninggalan penjajahan ini. Jika dicermati, Benteng Klingker ini bisa menjadi daya tarik para wisatawan yang berada di Cilacap, khususnya mereka yang suka dengan tema heritage. Sayang jika peninggalan sejarah seperti ini tidak terawat dengan baik.


Berharap Pemda setempat bisa mengoptimalkan potensi wisata heritage di Cilacap & Nusakambangan. Karena secara garis besar ada potensi di sana. Benteng Pendem Cilacap, Benteng Karang Bolong Nusakambangan, Mercusuar Cimiring, dan tentunya Benteng Klingker. Tinggal bagaimana pengelola memberikan informasi, promosi dan referensi tentang tempat-tempat tersebut.

Pantai Karang Tengah Nusakambangan
Seyogyanya penyeberanganku menuju Pulau Nusakambangan hanyalah sebagai pelebur rasa penasaran. Sebagai anak yang terlahir di pulau, aku sudah terbiasa main di pesisir pantai. Bercanda dengan riak ombak kecil di utara laut Jawa. Ombak yang mengamuk hanya pada musim baratan & timuran saja.

Berserakan patahan karang di sepanjang Pantai Karang Tengah, karang-karang tersebut mungkin terhempas ombak dan terbawa gulungan gelombang sampai di bibir pantai. Warna karang sudah putih kusam, tak ada warna cerah seperti saat terumbu karang tersebut masih hidup. Kombinasi karang berserakan dan pasir agak kehitaman terlihat jelas dari tempat dudukku.
Patahan karang tersebar di Pantai Karang Tengah, Nusakambangan
Patahan karang tersebar di Pantai Karang Tengah, Nusakambangan
Ada puluhan wisatawan yang asyik bersantai di pantai ini. Mereka terlihat hanya duduk santai di kios-kios kecil terbuka sembari menikmati kelapa muda. Sebagian kecil lagi mereka bermain di tepian pantai. Tidak ada yang berenang, hanya berfoto saja. Aku sendiri hanya berjalan menyusuri tepian pantai.

Menurut informasi dari obrolan para pelaku persewaan kapal, tiap harinya Pantai Karang Tengah ini banyak dikunjungi wisatawan. Mereka hanya ingin bersantai dan menikmati hembusan angin. Selain pantai ini, masih ada beberapa pantai lagi di Nusakambangan yang dapat dikunjungi dan mempunyai pasir putih.

Siang sudah mulai terik, mentari sudah tergelincir ke arah barat. Aku bergegas mencari pemilik kapal yang sabar menungguiku. Begitu aku mendekat, dia langsung paham kalau aku akan kembali menyeberang ke Pantai Teluk Penyu.
Seorang wisatawan sedang asyik mengabadikan di tepian pantai
Seorang wisatawan sedang asyik mengabadikan di tepian pantai
“Kami boleh ikut kapal ini balik ke Teluk Penyu mas?” Tanya gadis berjlbab di sampingku.

“Boleh saja, selama kapal ini tidak kelebihan muatan,” Jawabku.

Rombongan berjumlah tujuh orang ini berasal dari salah satu kampus negeri di Semarang. Aku dapat mengetahui karena tiga dari tujuh muda-mudi ini menggunakan jaket bertuliskan fakultas kampusnya.

Kapal kembali berlayar menyeberangi Segara Anakan, melintasi rute yang tadi kami lewati sebelum menuju area lapas. Aku terdiam di ujung depan kapal, menghadap ke belakang dan menatap rombongan muda-mudi mahasiswa/I tersebut yang ramai asyik berfoto di atas kapal. 

Tidak terasa, akhirnya keinginan menyeberang ke Pulau Nusakambangan terealisasikan, dan ada rencana untuk ke sana lagi. Aku masih ingin mengunjungi Benteng Karang Bolong dan Mercusuar Cimiring.
*Menyeberang ke Pulau Nusakambangan dan mengunjungi Benteng Klingker pada hari Sabtu, 21 Januari 2017.

42 komentar:

  1. weh, gak wedi po mas diendus endus anjing? :O

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah biasa kok hahahahha. Kamu takut? Kan gak ada bedanya sama Kucing hahahah

      Hapus
  2. apik bentenge e pak..iku keno go shoting film horor ala indonesia gek cedak pantai juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku iseh penasaran ro Pantai Karang Bolong & Mercusuar Cimiring. Rep melok rono po? hahahha

      Hapus
  3. Bentengnya unik ya mas, bener lebih mirip gua malahan. Kalo diliat sekilas memang gak keliatan kalo itu buatan tangan manusia.

    BalasHapus
  4. iyo bener jadi kelingan film tomb rider

    BalasHapus
  5. Saya jadi penasaran bagaimana aura di sana? Kan Nusakambangan identik dengan penjara tempat tahanan kelas kakap tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada bagian yang benar berpotensi menjadi destinasi wisata di sana :-)

      Hapus
  6. mirip gua yak kang, sayang banget tapi y ga terlalu menarik hati krn kek ga terawat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk teman-teman pecinta heritage, ini sangat menarik dikunjungi.

      Hapus
  7. waaah di pulau Nusakambangan ada peninggalan sejarah juga ya, baru tau saya. Keliatanya kok kaya yang serem yaa auranya kalau di foto hehehe.

    Bagus banget mas artikelnya supaya kita lebih mengetahui lagi sejarah tentang Indonesia yang masih belum diketahui banyak orang ttg benteng Klinger ini.

    sambil belajar sejarah sekalian wisata juga, kan asik tuh hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nusakambangan memang unik dan bagus, terlepas dari pemberitaan yang hanya tentang penjara atau penjahat. Nyatanya di saa ada potensi wisata yang bisa dikembangkan lagi.

      Hapus
  8. Waaah bentengnya sampe di selimutin semak2 gt yaa... Jd ingetin ama rumah hobbit :D.

    BalasHapus
  9. Mbak mbak bertopi nya gak difollow up, om?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak sempat, asya tergoda sama bentengnya kaakkakaka

      Hapus
  10. Wuih Pantai yg ada di Nusakambangan sepertinya jarang terexplore ya Mas. Itu Goa nya sepertinya Goa jaman Belanda ya dan seperti penjara..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya sudah banyak yang mengunjungi mas, hanya saja jarang yang menuliskan :-)

      Hapus
  11. wah wisata sejarah ini mah seru. apalagi di pulau - pulau gini

    salam kenal mba

    BalasHapus
  12. Dibayanganku, nusa kambangan itu sangat terisolasi, tdk ada kapal hilir mudik, dan horror. xixixi ternyata leh uga bt wisata yak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weh malah banyak banget kapal hilir-mudik yo. Mau ke sana kah? Agendakan hahahhaaa

      Hapus
  13. hati-hati mas, jangan sampai hatimu terpenjara di nusa kambangan. kalau ngga bisa pulang gimana coba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang mas, hatiku sudah terikat kok. Tidak terpenjara *eh

      Hapus
  14. Aku kok selalu heran walaupun sebuah benteng ada namanya, kenapa tetap saja disebut benteng pendem. Jadi namanya berasa pasaran namanya, ahahha padahal ya bentenya itu nongol, gak kependem, hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaa, kalau yang Cilacap memang awalnya terpendam kalau dibaca di skripsi :-D
      Yang penting bukan cinta yang terpendam *eh

      Hapus
  15. Aku dari dulu penasaran sama Nusa Kambangan ini dan pengennya berkunjung langsung suatu waktu nanti. Karena kamu sudah menuliskan benteng klingker ini, tak masukin di bucket list juga ah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Nusakambangan memanga da banyak potensi yang bisa diekslpor. Tinggal menunggu dari pengelola untuk mempromosikan.

      Hapus
  16. wah wah wah .. mainnya kok ke nusakambangan, heeeee

    BalasHapus
  17. Keren banget bentengnya.
    Dari luar biasa aja, di dalam ternyata keren banget.

    BalasHapus
  18. Waduhhh....pengalaman yang unik sekali menyusuri pantai nusakambangan...meskipun saat membaca di awal-awal agak ngeri juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe
      Sebenarnya Nusakambangan itu tidak ngeris eperti yang orang bayangkan :-)

      Hapus
  19. Setelah baca ini jadi semakin mupeng ama Benteng Klingker, apalagi pondasi tiangnya masih kokoh begitu. Bayar berapa untuk menyeberangnya, Sitam? Trus lokasi Mercusuar Cimiring jauh atau berdekatan dengan benteng? ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau informasi dari warga setempat sih tidak terlalu jauh, cukup kuatlah kalau kita trekking ke Mercusuarnya. Kemarin nyeberang 150k sendirian di kapal :-D

      Hapus
  20. Katanya sih dulu, antara Benteng di Nusakambangan dan Benteng pendem di seberangnya ada koneksi bawah laut..

    BalasHapus
  21. Bentengnya keren sekali. Apakah ini sudah masuk cagar budaya mas?
    Seandainya dikelola dengan baik, mungkin bisa jadi income tersendiri bagi masyarakat sekitar
    ditambah bila ada informasi sejarah bentengnya akan lebih mantap.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk cagar budaya dan lainnya saya belum tahu pasti. Mungkin saya tidak melihat adanya papan pengumuman kalau ini cagar budaya. Sebenarnya ini adalah potensi yang sayang kalau hanya terbengkalai saja.

      Hapus

Pages