Mencoba Sensasi Offroad Jeep di Desa Wisata Bejiharjo - Nasirullah Sitam

Mencoba Sensasi Offroad Jeep di Desa Wisata Bejiharjo

Share This
Mencoba Sensasi Offroad Jeep di Desa Wisata Bejiharjo
Mencoba Sensasi Offroad Jeep di Desa Wisata Bejiharjo
Malam di homestay Dewabejo terasa meriah, sembilan orang bercengkerama sembari menikmati camilan yang sempat dibawa. Pemilik homestay (Mas Arif) dan rekannya sudah ijin ke sekretariat. Kami masih larut dalam obrolan seru, bertemu dengan teman-teman blogger dan akan berkeliling desa wisata di Jogja.

Desa wisata pertama yang kami kunjungi adalah Dewabejo. Desa Wisata Bejiharjo ini terletak di Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul. Bejiharjo awal tahun 2010-an dikenal para wisatawan dengan destinasi unggulan Gua Pindul. Namun kami ke sini tidak menyusuri gua tersebut. Ada banyak potensi wisata di sini yang bisa digali dan eksplor.

Menjelang dinihari hampir seluruh teman bloger sudah bangun. Bahkan ada yang sempat mandi sebelum subuh. Aku dan Rifki duduk di teras homestay. Kami menikmati kopi serta berbincang santai menunggu pagi. Tak terasa, teman-teman lainnya ikut merapat. Pagi ini kami menyapa Desa Wisata Bejiharo dengan riang.
Homestay milik Mas Arif di kawasan Pindul
Homestay milik Mas Arif di kawasan Pindul
Dari teras homestay, tampak di depan adalah petakan kolam ikan dan sawah membentang diselingi pepohonan kelapa di jalan kecilnya. Selokan kecil yang menjadi aliran air bersih digunakan seorang ibu untuk mencuci. Sementara itu Mbak Dwi dan Mas Halim sudah menyeberang ke pematang sawah. Memotret keindahan pagi yang terselimuti mendung.

Terdengar suara Jeep meraung kencang dari jalan besar. Tiga buah Jeep berwarna merah, putih, dan hijau beriringan menuju homestay. Mas Arif beserta dua rekannya datang serta bersiap mengajak kami bermain basah-basahan. Kali ini basah-basahannya adalah main Offroad Pindul.

“Kita berhenti di sekretariat dulu. Sudah ada teh panas dan camilan yang disediakan,” Terang Mas Arif.

Bergegas kami memilih jeep, ada tiga perempuan dan enam lelaki. Setiap Jeep dibagi ada perempuannya. Aku, Dwi, dan Hanif memilih Jeep berwarna putih. Aji, Rizka, dan Rifqy mendapatkan Jeep hijau. Sedangkan Aya, Mas Halim, dan Mas Alid di Jeep merah. Usai berhenti di sekretariat dan mengisi BBM, ketiga Jeep ini menyibak jalan perkampungan menuju Kali Oyo.

Jalan lebih kecil, kanan – kiri adalah rumah warga. Selama perjalanan, kami banyak disapa warga dan melambaikan tangan. Sontak kami merespon dengan melambaikan tangan dan tersenyum. Seru rasanya dapat berinteraksi dengan warga walau hanya dalam senyuman dan lambaian tangan saja.
Jalan menuju trek offroad Pindul
Jalan menuju trek offroad Pindul
Jalan beragam, tiba waktunya melibas jalan aspal tak beraturan. Namun Jeep pun melenggang mulus tanpa ada aral. Jejeran rumah warga berganti pohon Jati yang rimbun dan masih kecil. Kuperkirakan baru sekitar 6 tahunan. Jalan menjadi tanah liat bercampur lumbur dan kubangan di mana-mana. Waktunya beraksi!

Offroad Jeep di sungai? Ini menjadi pengalaman pertamaku. Kuperhatikan dua jeep yang melaju lebih dulu. Jeep seakan-akan meronta kala melibas trek penuh kubangan tanah lumpur dan air. Aku menghela nafas, kuabadikan mereka yang asyik beraksi. Akupun akan merasakan seperti dua jeep yang sudah lebih dulu.
Jeep hijau melintasi kubangan berisi air
Jeep hijau melintasi kubangan berisi air
Tanpa menunggu aba-aba, kumasukkan kamera ke dalam tas kecil dan kupeluk sembari memegang besi di depan. Geberan suara Jeep adalah sinyal nyata jika aku nantinya akan merasakan guncangan hebat. Benar saja, Jeep melesat kencang. Melibas rute tanpa permisi. Ranting-ranting pepohonan seakan-akan tak mau kalah. Dia menyabet lengan dengan puas.

Kuperhatikan Mas Arif yang di sampingku. Kedua tangan lihai mengontrol setir sekaligus mengoper gigi. Ada kode khusus dari ketiga sosok yang menyetir Jeep untuk membuat suasana menjadi lebih heboh. Gerakan jari yang belum sepenuhnya kupahami. Sampai akhirnya aku paham tentang itu. Tak akan kujelaskan, jika kalian ikut Offroad Pindul bakalan terasa bagaimana guncangan, sensasi, dan kejutannya.
Melibas trek berlubang dan penuh lumpur
Melibas trek berlubang dan penuh lumpur
Teriakan dari ketiga jepp saling bersahutan. Tak ada yang menghiraukan bagaimana cipratan lumpur mengenai wajah dan badanku. Aku terus berpegang erat pada besi. Sesekali menengok wajah Hanif dan Dwi yang sudah berluluran lumpur.

“Ampun mas!!”

Teriakan itulah yang sering kuteriakkan. Rute Jeep seakan-akan tidak habis. Padahal hanya berputar di situ saja. Mas Arif kembali menggeber gas, melaju kencang. Membuat Jeep ini seakan-akan tak terkendali. Aku berteriak sekuatnya, tanganku tak mau lepas dari pegangan. Dengan sengaja Jeep ditabrakkannya pada rerimbunan bambu.

“Gila kamu mas!!"

Tidak hanya Mas Arif, kedua pemuda yang menyetir jeep lainnya hanya nyengir tertawa sepuasnya melihat raut kami yang tegang. Tentu di antara teriakan kami bersembilan, yang paling keras dan heboh adalah Aya dan Alid. Sesekali teriakan mereka membahana, terdengar oleh kami semua yang ada di sana.

Satu bocoran saat melibas trek pertama. Jalanan berupa kubangan, masuk ke dalam kubangan air setinggi ban, dan melibas rute lumpur di tengah-tengah kebun Jati. Trek inilah yang menegangkan. Saat Jeep ditarik gas kencang, melewati jalan penuh lumpur dan berkelok, tentu setiap orang akan berteriak sekuatnya.

Ditambah lagi pada sudut-sudut tertentu kubangan lumpur dalam. Sehingga mau tidak mau Jeep selip. Para sosok yang bertugas menyetir harus lihai melewatinya. Jeep maju sedikit, kemudian mundur kencang, dan langsung dioper gigi maju kencang. Kami di dalam seperti terpontang-panting. Hanya bisa pasrah sembari berteriak kencang. Kalaupun mau mengumpat juga dipersilakan.

Trek selanjutnya malah lebih menantang. Ketiga Jeep akan melaju di tengah-tengah Kali Oyo. Kuamati pakaianku, lumuran tanah liat bercampur lumpur menutupi warna asli kaos yang awalnya putih.

“Stop!!!” Teriak Mas Arif kala Jeep pertama melewati jalan sempit menuju sungai.

Ban kanan jeep terlalu melebar, sehingga lepas dari tanah. Jika dilanjutkan, bukan mustahil malah terguling. Ketiga teman di atas jeep disuruh turun, kami juga turun melihat jeep yang akan tergelincir jika sempat jalan beberapa sentimeter lagi.

“Tarik pakai satu jeep dulu. Kalau nanti susah, langsung dengan dua jeep.”

Mas Arif mengambil tuas panjang yang sering digunakan para Offroader kala Jeep mereka terselip. Dikaitkan keduanya; Jeep yang terperosok meraung kencang berjalan mundur, sementara Jeep satu yang menarik menghentak kencang. Raungan kencang terdengar, Jeep hanya bergerak sedikit.
Menark Jeep hijau yang terperosok
Menark Jeep hijau yang terperosok 
Akhirnya diputuskan ditarik dua Jeep, satu lurus ke belakang, dan satu Jeep lebih condong ke arah kiri, sudut lain agar jeep tidak semakin terperosok. Tiga Jeep menggeber mesin kencang menciptakan cipratan lumpur di mana-mana. Kami bersembilan malah asyik mengabadikan saja sembari berdoa cepat dievakuasi.

Offroad di Pindul biasanya sekitar 2 jam, namun akan lebih lama jika ada insiden seperti ini. Paling sering yang membuat lama adalah ketika salah satu Jeep ada yang selip. Usaha tidak sia-sia, Jeep beranjak bergerak. Permainan kembali dilanjutkan. Kami akan mengarungi Kali Oya menggunakan Jeep.

Dep! Aku tertegun kala ban depan sudah di dalam air. Tas kupeluk erat agar tidak basah, sementara Jeep melaju berlahan sampai sepenuhnya di dalam air. Begitu sampai di sungai, mas Arif maupun kedua Jeep lainnya tampak tersenyum puas. Satu hal yang membuat aku semacam senam jantung adalah merasakan sendiri bagaimana jeep melaju kencang melawan arah air.
Menggeber jeep di tengah Kali Oya
Menggeber jeep di tengah Kali Oya (Sumber: Mas Halim)
“Wooooa!!”

Kedalaman Kali Oyo tepat setinggi ban Jeep. Tiga Jeep melaju tanpa aral, aku semakin bersemangat bercampur was-was. Dalam pikiranku saat ini bagaimana tiba-tiba nabrak batu atau terperosok di lubang dan membuat Jeep terbalik. Entahlah, bagaimana dengan kameraku nantinya.

Semburan air bercipratan dari sela-sela besi pengoper gigi. Basah kuyup sudah, jika tadi kami bermain dengan lumpur, sekarang lumpur berganti dengan air. Seperti tadi, senam jantung rasanya belum mau berakhir. Lima belas menit sudah ketiga Jeep meliuk-liuk di dengan sungai, akhirnya ketiga Jeep berhenti terjejer.

“Silakan foto di atas Jeep. Kalau bisa jangan injak kap mesin ya,” Pinta Mas Arif.

Kami bersembilan adalah sosok-sosok yang telah disatukan oleh rasa persaudaraan tinggi. Entahlan, tak ada kata jaim saat bersama. Ini menjadi catatan penting bagi kami yang jalan bareng. Kurasa, kami benar-benar kompak saat jalan bareng. Belum banyak kuikuti acara jalan bareng, namun ini bagiku yang paling berkesan. Semoga di acara yang sama lainnya, kami tetap kompak.
Formasi lengkap para peserta Eksplor Dewsita Jogja
Formasi lengkap para peserta Eksplor Dewsita Jogja (Sumber: Insan Wisata)
Mas Arif dan dua rekan lainnya tidak hanya lihai dalam menyetir Jeep. Mereka pun cekatani kala harus memotret kami dengan berbagai pose. Angkat topi untuk teman-teman Dewabejo, walau baru berkumpul semalam tapi rasanya seperti teman lama yang kembali bersua.

“Sudah puas? Kita kembali ke daratan.”

Bergegas kami menaiki Jeep lagi, ketiga Jeep ini berlaju kencang. Lebih mudah naik ke daratan daripada turun ke sungai rasanya. Tanpa ada aral yang berarti, ketika Jeep sudah di daratan kembali. Lagi-lagi melibas rute penuh kubangan, hari ini suara kami habis tak bersisa.

Entah apa yang ada dibenak ketiga sosok yang menyetir Jeep. Tanpa aba-aba Jeep dinaikkan ke bongkahan batu yang berada di ujung, berbatasan langsung dengan sungai di bawahnya. Suara teriakan kami sudah habis, hanya menyisakan raut wajah kaget dan tegang.

“Biar saat difoto bareng lebih bagus,” Ujar salah satu rekan sembari terkekek.
Berekspresi selepas uji adrenalin offroad pindul
Berekspresi selepas uji adrenalin offroad pindul (Sumber: Insan Wisata)
Ide yang menarik memang. Untuk kesekian kali kami foto bersama, kali ini tidak di sungai. Puas sekali rasanya sudah mencoba liburan unik, menikmati Offroad di sungai. Dewabejo menawarkan paket Jeep dengan harga Rp.400.000/Jeep. Tentu menarik rasanya jika berlibur ke Bejiharjo tidak melulu berkunjung ke Gua Pindul saja. Ada aktifitas lainnya yang harus dicoba, salah satunya dengan Offroad Jeep.

Offroad Jeep adalah salah satu kegiatan yang mendebarkan dan memacu adrenalin. Pastikan kamu benar-benar berani mencobanya. Jika dirasa takut, kalian bisa meminta pengemudi untuk melintasi rute dengan santai. Setiap pengemudi jeep lebih mementingkan keselamatan kalian kok, tenang saja.

Hari sudah menjelang siang, kami menyelesaikan rute Offroad lebih dari 3 jam. Entah karena kami keasyikan foto bareng dan sempat satu jeep terperosok. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Kalian pun bisa mencobanya. Yang jelas, Desa Wisata Bejiharjo mempunyai banyak destinasi pilihan liburan yang bisa kalian coba, dan Jeep Pindul ini salah satu inovasinya.

*Rangkaian kegiatan Travel Blogger Explore Desa Wisata Jogja (Hastag #EksplorDeswitaJogja) dipersembahkan oleh Forkom Desa Wisata Yogyakarta 24 - 26 Februari 2017.

Offroad Desa Wisata Bejiharjo

Alamat: Sekretariat Dewabejo Goa Pindul
Gelaran 1 Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul
Twitter: @goapindul_GK

Update Informasi

Berkaitan meluapkan Sungai Oya di akhir tahun 2017. Rute Offroad yang ini sudah tidak ada lagi. Tapi pihak dari Dewabejo tetap menyediakan rute Offroad  yang tidak kalah seru dengan rute sebelumnya. Informasi lebih lengkap bisa menghubungi Pokdarwis Dewabejo.

30 komentar:

  1. wuih seru banget mas, ber kotor kotor ria
    belum pernah nih nyobain yang ginian...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ajakin si kecil offroad mas. Tapi bilang ke yang nyetri kudu hati-hati :-)

      Hapus
  2. woww .. seru dan tegang ... paket offroadnya bener2 menantang .. sampe nyebur ke dalam kali begitu, bayarnya kayaknya lumayan juga ..tapi ngga apa2 deh dapet keseruan seperti ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang, ada harga ada rupa dan ada kesan hahahahhah

      Hapus
  3. Balasan
    1. Siapa tahu besok-besok kita bisa main bareng mas :-)

      Hapus
  4. Bisa merontokkan perasaan-perasaan yang ga penting :p
    Mas Sitam di depan. Curaang.

    BalasHapus
  5. Doh ikut tegang bacanya mas😀
    Penuturanmu memang lengkap dan membuat yg membacanya bisa merasakan ketegangan yg kamu alami hehe.
    Tim deswita ncen hokya 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, salam dari deswita untuk kamu mas. Ingat besok kalau ada acara nyusur kota lama di Semarang aku dikabari :-)

      Hapus
  6. woohh siap siap berkotor ria ki nek offroadan ngene wkwk

    BalasHapus
  7. Eh foto jeep yang pas lewat tengah hutan emang kadang bisa jadi hitam putih atau emang browser saya ya? Hehehe.

    Seru sekali offroad di sungai ini. Tapi untuk mencoba kayanya nanti dulu deh 😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo dicoba mbak hahahhha
      Nggak mbak itu karena krusor mbak tepat difoto jadinya menjadi hitam - putih :-)

      Hapus
  8. Untung yang sering dipegang itu perseneling gigi dan tuas 4wd, gak kebayang kalau tanganmu yang dipegang Mas, bisa jadi konten itu...wkwkkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyemm hahahhaha
      yang jelas waktu naik Jeep di Ledok Amprong itu bisa jadi konten hahahahah

      Hapus
  9. Bayangin mas Alid teriak-teriak kesetanan, kayaknya seru banget, wkwkwk. Btw, lumpurnya mungkin bagus buat peeling dan lulur alami :D

    BalasHapus
  10. Ngene iki emang kudu rame2 koq, nek berdua yo kurang syahdu, opo meneh dewe yo hikz...pingin dolan rame

    BalasHapus
  11. Entah kenapa foto bareng di jeep Pindul itu paling keren hahaha. Tawany amasih nyaring. ^^
    Trus kaos juga jadi ada kenang-kenangan noda lumpur yang nggak bisa ilang sampe sekarang hahaha. Kudu cari endorse sabun colek nih biar bisa ngiklan sekalian. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senyumnya masih josss hahahah
      Ini masih belum kehabisan stok permen pedes mas :-D

      Hapus
  12. Wah offroad nya sangat menantang banget ya Mas. Trua homestay nya asyik banget itu..

    BalasHapus
  13. Sensasi yang luar biasa dari offroad jeep, kapan saya bisa kayak gini... hehe :D

    BalasHapus
  14. Dari jaman kalian aplot poto poto off road ini bikin keinget jaman dahulu off road an di Meru Betiri Banyuwangi yg sampe nyebrang sungai juga.

    BalasHapus

Pages