Menyapa Mentari Pagi di Tepian Pantai Teluk Penyu Cilacap - Nasirullah Sitam

Menyapa Mentari Pagi di Tepian Pantai Teluk Penyu Cilacap

Share This
Menyapa Mentari Pagi di Tepian Pantai Teluk Penyu Cilacap
Menyapa Mentari Pagi di Tepian Pantai Teluk Penyu Cilacap
Sedari malam hari hujan mengguyur Kota Cilacap. Aku berharap esok pagi cuaca cerah, agar aku bisa melihat mentari terbit dari ufuk timur Pantai Teluk Penyu. Seharian tadi aku menyempatkan berkeliling ke Benteng Pendem, lalu menyeberang ke Pulau Nusakambangan. Agenda yang sejatinya tidak aku rencanakan sebelumnya. 

Hingga tengah malam gerimis masih mengguyur kota. Sebuah tanda yang sulit diprediksi. Bisa saja esok cerah, namun tidak menutup kemungkinan besok pagi mendung. Bagaimanapun cuacanya, aku sudah merencanakan untuk mengunjungi Pantai Teluk Penyu esok pagi. Karena itulah aku sengaja menginap di hotel yang lokasinya hanya beberapa ratus meter saja dari pantai.

“Semoga besok pagi cerah,” Ujarku sebelum terlelap dalam mimpi.

Sisa-sisa genangan air tertinggal di sudut jalan. Subuh ini aku lari kecil menuju Pantai Teluk Penyu Cilacap. Hari masih cukup gelap, jalanan menuju pantai juga lengang. Tidak seperti siang hari, subuh ini belum ada petugas karcis berjaga. Mendekati pantai ternyata sudah banyak orang berlalu-lalang. Pantai Teluk Penyu kala pagi ramai pengunjung dan penjual makanan yang menggelar lapak.
Landmark Pantai Teluk Penyu, Cilacap
Landmark Pantai Teluk Penyu, Cilacap
Tepat di belakang tulisan “Teluk Penyu” sudah ada tikar dan orang duduk sembari menyeruput kopi. Nikmat sekali melihatnya, hembusan angin laut terasa dingin dan kopi menjadi penghangat diri. Ditambah keakraban para pengunjung yang berbincang santai. Penjual pun menikmati rejeki pagi dari para pengunjung yang singgah dan membeli segelas kopi di lapaknya.

Langit diselimuti awan tipis yang merata. Hati mulai sangsi tidak akan menyaksikan sunrise indah dari pantai ini. Untuk melepas rasa gundah, aku mencoba mengabadikan perahu-perahu yang tergalang di tepian pantai. 

Ada puluhan perahu kayu yang berjejeran tergalang, warna didominasi biru, merah dan putih. Di atasnya bendera Merah Putih maupun tambahan umbul-umbul terkoyak dan lusuh masih berkibar diterpa angin.

Pasir di pantai ini seperti pantai selatan lainnya. Warna pasir hitam gelap mengingatkanku pasir di Pantai Parangtritis, Bantul. Hamparan pasir berwarna hitam ini harusnya lebih indah jika tidak ada sampah yang berserakan. Sampah plastik dominan tersebar. Sayang rasanya jika pantai yang sudah bisa menggaet wisatawan terdapat banyak sampah tersebar.
Perahu tergalang di tepian pantai
Perahu tergalang di tepian pantai
Tidak salah lagi, kegundahan akan gagal melihat mentari pagi yang cerah terbukti sudah. Selimut awan menutup ufuk timur. Hanya ada kilauan cahaya mentari. Menandakan dia sudah cukup tinggi. Aku duduk termangu di tepian pantai, melihat sekelilingku sambil memikirkan apa yang akan kulakukan pagi ini.

Di sepanjang pantai, keriuhan pengunjung mulai terlihat. Pengunjung berkumpul di satu titik, lokasi yang terdekat dari landmark Pantai Teluk Penyu. Aku berjalan agak menjauh, mengabadikan suasana pagi dari ujung pantai. Empasan ombak di pantai membuat pasir seakan-akan berbuih, lalu hilang terserap pasir.
Ombak di tepian Pantai Teluk Penyu
Ombak di tepian Pantai Teluk Penyu
Pasti ada sudut menarik lainnya yang bisa ditulis. Tidak perlu disesali, aku segera bergegas berbaur dengan para pengunjung lainnya. Walau mentari sudah terlihat tinggi, nyatanya suasana pagi ini masih lumaya gelap. Kuambil kamera dan mengabadikan aktivitas orang-orang di sana. 

Gemericik suara ombak memecah kesunyian. Berlalu-lalang pengunjung Pantai Teluk Penyu mencari tempat duduk. Bercengkerama bersama keluarga, dan menghabiskan waktu bermain dengan orang dicintainya. Anak-anak kecil berlarian kala melihat air laut terempas di pasir. Ingin rasanya mendekat, namun takut terkena ombak.

Di sini peran orangtua terasa. Banyak orangtua yang menggandeng tangan si kecil untuk lebih dekat dengan air laut. Mereka bergembira, menikmati momen yang belum tentu tiap hari dirasakan. Mereka tidak risau kala mentari sudah di atas, namun tetap gelap. Inti dari liburan mereka adalah berkumpul dengan keluarga.
Pengunjung menikmati waktu pagi di pantai bersama keluarga
Pengunjung menikmati waktu pagi di pantai bersama keluarga
Pengunjung menikmati waktu pagi di pantai bersama keluarga
Di sudut lain pantai, segerombolan anak-anak SD berlarian. Teriakan mereka lebih kencang dibanding lainnya. Empat sekawan ini menikmati libur sekolah di pantai. Sebelumnya mereka sudah sepakat ke pantai bersama-sama naik sepeda. Kudekati sekelompok bocah ini, mereka tak merasa terganggu ketika aku berusaha mengabadikan aktivitasnya.

“Ombaknya datang!!” Teriak kencang salah satu dari mereka.

Ombak besar menggulung sebelum terempas di pesisir. Anak-anak ini tidak merasa takut, tak beranjak lari ke daratan. Mereka malah menyambut gulungan ombak dengan teriak riang. Ombak memecah tepat di dekatnya, dari kejauhan aku hanya mendengar gelak tawa mereka. Tawa kencang yang puas karena tubuhnya diterpa ombak.
Menari bersama ombak menggulung di tepian pantai
Menari bersama ombak menggulung di tepian pantai
Sebenarnya ombak itu merindukan pasir di tepi pantai. Lalu menghempaskan diri seakan-akan menyapa kawan lama yang baru bersua. Melihat keseruan anak-anak bermain di pantai, menikmati empasan ombak yang menerpa tubuhnya, lalu mereka berteriak kegirangan. Sepertinya mereka tidak mempunyai beban. 

Ketika ombak tidak besar, mereka duduk tenang di tepi pantai. Menatap samudra lepas nan luas. Bersabar menanti ombak laut besar datang dan menggulung kembali seperti biasanya. Mereka tahu sedari tadi aku mengikuti langkah mereka. Mengabadikan tingkah mereka. Bahkan setelah momen ini, salah satu dari mereka mengajakku main air. Sayang aku harus menolak ajakan tersebut.
Menanti ombak datang, menunggu dengan sabar
Menanti ombak datang, menunggu dengan sabar
Sebagai gantinya, aku memotret mereka dan mengirimkan beberapa file foto ke gawainya. Menyenangkan memang, setidaknya obrolan kami ini melupakan kegelisahanku yang tidak bisa mengabadikan sunrise karena mendung. Berbincang dengan anak-anak dapat membuat kita merasa dekat dengan mereka. Sehingga mereka tak sungkan ketika kita potret dari jarak dekat.

Putaran jarum jam tangan terasa bergerak cepat. Lebih 2 jam aku bersantai di Pantai Teluk Penyu. Berjalan menyusuri tepian pantai, dan mengabadikan beberapa momen. Pukul 07.30 WIB, aku berjalan kembali menuju hotel. Siang nanti ada acara pernikahan di gedung serbaguna dekat Masjid Agung Cilacap yang harus kudatangi.

Puas rasanya dapat berkunjung ke Cilacap, menyeberang ke Pulau Nusakambangan, dan menikmati suasana pantai di Teluk Penyu. Masih tersimpan rasa penasaran untuk mengunjungi Pulau Nusakambangan, menuju pantai-pantai lainnya yang belum kusinggahi. Sepertinya tahun ini aku akan kembali menuju Pulau Nusakambangan. Entahlah, ada semacam bisikan agar aku kembali ke sana. Doakan saja. *Menantikan mentari pagi di Pantai Teluk Penyu Cilacap pada hari Minggu, 22 Januari 2017.

20 komentar:

  1. Kadang saya merasa, waktu kecil dulu lebih bisa menikmati pantai. Langsung nyebur aja ke airnya, meski orangtua teriak" dulu suruh makanlah, ganti bajulah wkwkwk. Kalo sekarang mikir dulu, ntar ganti bajunya dimana, dll.

    Tapi memang, tiap pergi ke pantai, aktifitas manusia yang paling menarik ya lihat anak-anak itu mainan sama ombak hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha.
      Sama, sewaktu kecil kita tidak berpikir bagaimana ganti baju karena ada orangtua yang mengurusi. Sekarang, kita memikirkannya lebih dulu dan malas ribet ganti pakaian :-D

      Hapus
  2. Di Pantai dari pagi sampai sore bikan hati damai, deru ombaknya kadang bikin kita mikir atas keindahan semesta, kalo main airnya juga seru tapi gak berani jauh2 takut terseret ombak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pantai menjadi salah satu tempat paling menyenangkan kala beban terasa berat.

      Hapus
  3. Wah sunrise di pinggir pantai yg selalu dinantikan y Mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, walau kadang sunrise itu tidak sesuai dengan harapan.

      Hapus
  4. aah, gagal menikmati sunrise yaa. padahal sudah ada secangkir kopi dan hembusan angin pantai yang siap menemani pagi itu. Itu asyik banget lho mas sitam :D

    Mungkin lain waktu bisa menikmati sunrise dan secangkir kopi di tepi pantai mas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas,
      kemarin sudah mengadendakan kembali untuk balik ke sini. Masih ada banyak sudut Cilacap yang ingin saya kunjungi. Semoga tercapai

      Hapus
  5. Ngga ada bosannya mampir di Teluk Penyu, padahal rumah saya cuman beberapa meter saja dari lokasi ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheheh, pasti nanti kalau saya balik ke Cilacap lagi bakalan menghubungi njenengan mas.

      Hapus
    2. Siyap Mas, PM aja di fesbuk..

      Hapus
    3. Pasti mas. Diusakahan ke sana kembali :-)

      Hapus
  6. ah, seru banget bacanya.. bikin flashback ke masa keciil. jadi, yang bikin penasaran apakah ada penyu nya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhhe
      Terima kasih sudah membaca mbak. Pertanyaanmu itu bikin pesanaran aku juga, besok kalau ke sana aku coba tanya-tanya :-D

      Hapus
  7. Ah Sunrise dan sunset itu waktu-waktu ajaib yang mengagumkan dan sayang kalau terlewatkan. Btw saya belum pernah ke pulau nusakambangan. Ke cilacap pun lewat saja. Baiknya kesana bulan apa supaya ndak ujan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setahun ini sepertinya identik dengan hujan mas. Tapi biasanyabulan agustus agak nyaman :-)

      Hapus
  8. seru juga jalan2 di cilacap, pernah mampir kesini dan banyak tempat wisata yang berdekatan asyik untuk didatangin. Kebayang dulunya disini banyak penyu .. sekarang hanya tinggal nama .. untung pantainya masih bersih ... masih asyik untuk bermain main air

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang. Hanya ada beberapa sampah di dekat tempat galangan kapal. Kudu dibersihkan biar tidak malah menumpuk :-)

      Hapus
  9. Pasirnya agak gelap ya. Walaupun kalo nyebur ya tetep aja seneng. Secara di Palembang adanya sungai Musi doang :p

    omnduut.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya om, pasir di pantai selatan dominan hitam, tapi ada beberapa tempat yang pasir putih.

      Hapus

Pages