Berbaur dengan Pengunjung di Pasar Tawangmangu - Nasirullah Sitam

Berbaur dengan Pengunjung di Pasar Tawangmangu

Share This
Gapura Pasar Wisata Tawangmangu, Karanganyar
Gapura Pasar Wisata Tawangmangu, Karanganyar
Terasa cepat waktu bergulir. Aku masih terlelap dalam depakan selimut tebal, enggan rasanya beranjak dari kamar. Hawa dingin kurasakan dari kamar. Kulongokkan ke arah jendela. Kabut tipis menutupi area Tawangmangu. Ini adalah godaan terberat, ingin rasanya bermalas-malasan seharian dan melupakan agenda selanjutnya.

Sedikit menggeliat, lalu memaksakan diri bangun. Aku menuju kamar mandi, hanya membasuh muka dan menggosok gigi. Belum ada niatan mandi. Agenda nanti adalah menuju Sarangan tepat pukul 09.00 WIB. Masih cukup pagi rupanya, ada banyak waktu yang bisa kugunakan di pagi hari.

Hotel Grand Bintang di Tawangmangu tidaklah istimewa, tak ada kolam renang dan sudut lain hotel yang bisa kueksplor. Aku hanya menyempatkan membuat kopi sachet yang tersedia. Siapa tahu kopi ini dapat mengusir hawa dingin. Lalu menikmati kopi tersebut dari teras kamar yang menghadap ke jalan.
Menikmati kopi di teras hotel
Menikmati kopi di teras hotel
Sebenarnya sudah saatnya sarapan di hotel. Aku bergegas menuju hotel bintang yang di seberang. Menurut resepsionis semalam, restorannya menjadi satu. Sayangnya sewaktu di sini aku berbarengan dengan komunitas dari Kudus yang mengadakan reuni. Sehingga restoran terasa ramai.

Melihat tak ada tempat kosong, aku bergegas keluar dan berpikir sarapan di luar saja. Pikiranku tertuju pada Pasar Wisata Tawangmangu, lokasinya tidaklah jauh dari hotel. Bergegas aku ke sana mencari sarapan.

Tidak ada agenda khusus, aku sudah sampai di dekat pasar. Sengaja aku menuju seberang pasar, di sana ada banyak berjejer warung makan. Aku memilih sarapan soto di salah satu warung. Di sini aku menikmati soto dan melibas banyak Tempe gorengnya. Aku sendiri lupa, berapa tempe goreng yang habis kumakan sewaktu di sana.
Sarapan soto di dekat pasar Tawangmangu
Sarapan soto di dekat pasar Tawangmangu
Selesai sarapan pagi, aku tidak lantas balik ke hotel. Kulihat pasar yang ada di seberang sana, sepertinya asyik jika berkunjung ke pasar kala pagi. Mumpung masih pagi, jadi aku sempatkan menyeberang jalan menuju pasar. Pasar Wisata Tawangmangu cukup ramai, ada banyak angkot yang ngetem, menunggu penumpang.

Cukup sedikit semerawut di depan pasar. Ada banyak kendaraan berlalu-lalang, ditambah orang silih berganti menyeberang. Aku menyeruak di antara orang-orang yang keluar-masuk pasar, berbaur dengan mereka yang jalan searah ke dalam pasar.

Di jalan masuk ke dalam pasar, ada banyak warga yang menjajakan jualannya. Di ujung kiri terdapat seorang bapak berjualan mainan tradisional yang terbuat dari bambu dan kayu. Sesekali dia memutar gasing kecil atau meniup mainan yang suaranya meniru kicauan burung. Rata-rata mainannya seharga Rp.5000.

Tepat di seberang penjual mainan, ada seorang bapak yang berjualan sate kelinci keliling. Di Tawangmangu, ada banyak orang berjualan sate kelinci keliling menggunakan pikulan. Aku sempat melihat sewaktu sore di depan hotel. Jadi teringat akan kisah Pak Temon, semalam beliau bercerita kisahnya kala masih berjualan sate kelinci menggunakan gerobak.
Penjual Sate Kelinci keliling
Penjual Sate Kelinci keliling
Melangkah lebih ke dalam, tepat di pintu masuk pasar terdapat banyak bunga yang terpajang. Kanan – kiri jalan ada bibit pohon maupun kaktus yang menarik untuk dibeli. Aku agak lama di sini, melihat-lihat bunga yang ada di dalam pot sembari sesekali bertanya jenis apa bunga/bibit pohon.

“Boleh difoto tidak mbak?” 

“Boleh mas. dibeli juga boleh kok,” Jawab mbak tersebut tertawa.

“Kalau itu saya sudah tahu mbak,” Timpalku tertawa.

Kamera masih menyala, aku memotret deretan Kaktus yang ada di dalam pot. Menarik ini untuk hiasan di depan rumah/kos. Hati masih bimbang, apakah beli di sini atau besok-besok berburu kala di Jogja.
Jejeran Kaktus dijual di depan jalan masuk pasar
Jejeran Kaktus dijual di depan jalan masuk pasar
Puas melihat-lihat koleksi tanaman di depan pintu msuk pasar, bertanya-tanya berkaitan harga dan lainnya, aku menuju ke dalam pasar. Anak tangga kulewati, di tiap tangga sudah ada banyak ibu-ibu setengah baya berjualan. Rata-rata yang berada di anak tangga, mereka jualan makanan.

Aku sudah di lantai dua Pasar Wisata Tawangmangu, menyatu dengan para pengunjung pasar lainnya. Di lantai dua ini lokasi untuk berjualan sayuran, buah, dan di ujung untuk jualan daging. Aku berdiri di ujung jalan, melihat sekelilingku. Silih berganti orang berjalan, dan terdengar ramainya orang saling tawar-menawar atau menjajakan dagangannya.
Suasana pasar terlihat dari lantai dua
Suasana pasar terlihat dari lantai dua
“Ayo mas, beli onde-onde?” Seorang ibu setengah baya menawariku dagangannya.

“Cari apa mas?” Tanya ibu lainnya.

“Gorengannya mas?”

Aku hanya membalas senyum, terus berjalan menyusuri jalan yang tersedia. Selain meja-meja dan petakan tempat yang tersedia. Di ujung tepian jalan pun digunakan untuk berjualan. Bermodal karpet kecil, digelar dagangannya di bawah. Bumbu-bumbu dapur seperti Lengkuas, Kunci, Mrica, Laos, dan lainnya ditata rapi berdampingan dengan timbangan.

Aku terus berjalan di bagian sayur. Mataku sibuk melihat sayuran yang dijual. Ada Wortel, Brokoli, Tempe, Kol, Kentang, bahkan Bawang Putih dan Bawang Merah menyatu. Di sini aku melihat bagaimana calon pembeli dan penjual saling berinteraksi. Saling tawar-menawar harga, jika cocok mereka melakukan transaksi.
Berbagai sayuran dan bumbu dapur yang dijual di pasar
Berbagai sayuran dan bumbu dapur yang dijual di pasar
Pasar Tradisional menjadi wadah bagi warga setempat untuk menggeliatkan perekonomian daerah tertentu. Hasil bumi dapat dijual di sini, dan tentunya dengan harga jauh lebih murah. Entahlah, dalam beberapa waktu, aku suka blusukan pasar. Rasanya ada hal yang menyenangkan kala aku dapat berinteraksi dengan para penjual.

Hiruk-pikuk para penjual menawarkan dagangannya tak lantas membuatku pusing. Aku malah menikmati suara-suara yang terdengar dari segala penjuru. Sesekali aku melihat sudut pasar, di salah satu sudut tembok terdapat tabung pemadam kebakaran. Di tempat umum seperti ini, tabung pemadam kebakaran menjadi benda yang wajib disediakan.

Masih di lantai dua, aku menyusuri sudut lainnya. Kali ini setiap lapak berjualan jajanan dan buah. Ada banyak jajanan pasar yang kutemukan, aku membeli beberapa jajanan pasar untuk bekal nanti ke Sarangan. Seperti berada di sarang kuliner, mata ini bingung memilih jajanan pasar apa saja yang akan kubeli.

Sebanyak lapak di sana tak ada satupun yang sepi. Pasti tiap lapak ada orang yang sedang menawar makanan. Aku menunggu momen ketika keduanya bertransaksi, momen ketika calon pembeli menyerahkan uang pada penjual. Lucu rasanya jika mengingat hal tersebut, kok sampai terpikir ingin memotret mereka yang sedang bertransaksi.
Penjual dan pembeli melakukan transaksi
Penjual dan pembeli melakukan transaksi
Cukup lama aku di pasar, sudah waktunya kembali ke hotel. Dua plastik kecil kujinjing, ini adalah hasil selama di pasar. Aku sengaja tidak mengabari bapak yang menyetir mobil untuk minta dijemput. Jarak pasar – hotel sekitar 650 meter, aku sengaja jalan kaki. Seru juga menyempatkan waktu berkunjung di pasar.

Kadang menyenangkan rasanya bila kita berkunjung ke pasar tradisional. Ada banyak hal yang bisa kita abadikan sewaktu di dalam pasar. Ikut berbaur dengan para pengunjung lainnya, menikmati suasana ramai yang identik dengan suara-suara menawarkan barang dagangan atau tawar-menawar harga

Jika ditanya apa aku pernah menawar harga di pasar? Jawabanku tentu pernah. Sering aku berkunjung ke pasar tradisional, membeli jajanan pasar atau lainnya. Jika barang yang aku inginkan itu memang bisa ditawar, tentu aku menawarnya. Kata yang paling sering aku pakai adalah; “harga pasnya berapa pak/bu?” itu adalah kalimat ampuhku.
Hasil buruan dari pasar
Hasil buruan dari pasar
Kendati hanya turun sekitar Rp.2000-Rp.5000, menurutku itu sudah menjadi pencapaian luar biasa. Bagi lelaki lajang, berkunjung ke pasar dan bisa menawar itu sudah merupakan hal yang istimewa. Tidak jarang lelaki ke pasar hanya menemani kerabat atau ibunya saja. Dan dia tidak pernah terjun langsung mempraktikkan bagaimana cara menawar barang *eh.

Sepertinya akan menjadi sebuah rutinitas mengunjungi pasar di tiap lokasi kala menginap. Menarik tentunya dapat singgah sejenak di pasar, lalu mengabadikan aktifitas di sana, membeli jajanan pasar, dan melanjutkan kembali agenda yang sudah direncanakan. Jadi kapan kamu terakhir ke pasar tradisional? *Kunjungan ke Pasar Wisata Tawangmangu pada hari Minggu, 20 November 2016.

34 komentar:

  1. Bari tahu kalau disana ada pasar wisatanya. Pengen juga travelling kesana boss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini pasar tradisional mas, lokasinya dekat area wisata Tawangmangu.

      Hapus
  2. Hahaha emang kalo cowok ki susah nawar ya mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penting yakin mas, turun 5000 kita udah bangga hahahhaha

      Hapus
  3. Jumlah tempe nya lupa mas? Waduh... Mbok bayar sak eling e tho? Waaa.... Pelanggaran kie :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buahahahha, kayaknya lebih dari 5 yang aku makan mas :-D

      Hapus
  4. Kalo inget tawangmangu akit paling sukaaaaaa ama buah2annya mas. Sumpah manis2 dan seger yaaaa.. Kmrn ke sana beli mangga, nyesel banget cm 2 kg.. Manisnya kayak gula :D. Lgs cepet ludes di rumah .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lokasinya mendukung untuk melibas buah-buahan yang segar mbak

      Hapus
  5. Kalau mau nebas, setengah harga dulu mas. Itu kata nenek :) wkwkwkwk

    BalasHapus
  6. Yawla... Dolan ndek pasar wae iso dadi blog post yah mase iki jiaaan. wkwkwkwk aku loh, PR ga rampung2. Wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Koe yo podo wae. Dolan neng nedi wae dadi video :-D

      Hapus
  7. Udah lama banget gak kesini. Dulu kelas 4 Sd KAYAKNYA. dan sukses pengen kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Blusukan pasar sambil motret bagus loh mas :-D

      Hapus
  8. heuheuheu wes suwe aku ora dolan dolan nang pasar tradisional

    BalasHapus
  9. Kaktusnya bagus :))
    Aku kalau ke Tawangmangu biasanya yang jadi jujugan ya sate kelinci, jbelum pernah bisa ke pasar tradisionalnya begitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gimana mau beli kaktus untuk tambahan taman di depan rumah?

      Hapus
  10. wahhh tiap baca postmu, aku rasanya pengen ngikut nyempil jalan jalan sama km whaha, jadi aku ga perlu nawar nawa lagi, krn udah ada yg nawarin gituuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha
      Apa aku aja yang nyempil ke Caen, atau ikutan ke Kalimantan :-D
      Ditunggu postingan tentang setiap sudut Caen loh :-D

      Hapus
  11. Beli wortel banyak juga mau bikin bakwan yo mas heheheeh. Ikih fotonya apik ;)

    BalasHapus
  12. Senangnya belanja di pasar itu harganya murah-murah...

    BalasHapus
  13. Babang blusukan ke pasar tradisional paling suka nyari buah lokal yang belum pernah dicoba sebelumnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku beberapa kali beli buah di pasar tradisional. Belinya nggak banyak sih. Hanya untuk dimakan saat perjalanan

      Hapus
  14. Pernah lihat pasar ini pas perjalanan ke Jogja kemarin haha. Laki-laki bisa nawar segitu dah baguuuus mas :D

    BalasHapus
  15. Seru blusukan di pasar tradisional yaa

    BalasHapus
  16. puluhan tahun tidak makan lagi sate kelinci sudah lupa rasanya, jadi penasaran .. kayaknya mesti ke tawangwangu dulu untuk makan sate kelinci .. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya malah baru kali pertama itu makan sate kelinci kang :-)

      Hapus
  17. Artikel Blog Pean Bagus2 Banget Kang, Seneng Aku Bacanya

    BalasHapus

Pages