Memotret Gunung Batur dari Restoran Grand Puncak Sari - Nasirullah Sitam

Memotret Gunung Batur dari Restoran Grand Puncak Sari

Share This
Rumah Makan Grand Puncak Sari Kintamani
Rumah Makan Grand Puncak Sari Kintamani
Lansekap gunung Batur terlihat tanpa ada halangan, pun dengan Danau Batur di bawahnya. Sementara itu masih terlihat bekas lelehan lava hitam gunung Batur yang berwarna hitam. Sebagian orang mengenalnya dengan nama Black Lava.

Pemandangan ini mendominasi saat bus yang kami naiki menuju restoran Grand Puncak Sari Kintamani. Rencananya, kami makan siang di restoran tersebut sebelum melanjutkan perjalanan menuju destinasi yang lainnya. Sepertinya agenda hari ini cukup padat.

Jalanan menanjak dan berjalan lancar. Dari Alas Harum Tegalalang menuju restoran Grand Puncak Sari jaraknya lebih dari 20 kilometer. Tentu saja perjalanan terasa cukup lama, terlebih kendaraan yang kami naiki adalah armada bus besar.

Beruntungnya, jalanan menanjak ini menyuguhkan pemandangan yang cukup indah. Sisi kiri bagaimana perkebunana masyarakat Bali yang meluas, serta di sisi kanan lansekap Gunung Batur. Sesekali pemandangan indah tersebut terhalang deretan bangunan kafe dan restoran.
Lansekap Gunung Batur Kintamani, Bali
Lansekap Gunung Batur Kintamani, Bali
Mendekati restoran, bus berhenti di area parkir yang sudah disediakan. Kami berjalan kaki menyeberang jalan. Restoran Grand Puncak Sari merupakan bangunan modern ala kafe dengan baluran dominan puth. Bagian tengah berwarna hijau dengan logo dan tulisan hitam.

Kami diarahkan menuruni anak tangga. Restoran Grand Puncak Sari Kintamani ini merupakan salah satu restoran yang penyajiannya prasmanan. Rombongan kami sudah mendapatkan tempat khusus yang luas, bisa makan siang di dalam ruangan ataupun di bagian luar.

Restoran Grand Puncak Sari sepertinya sengaja membuat tempat yang tak hanya menawarkan makanan enak, tetapi pemandangan indah. Tentu saja ini menjadi nilai tambah bagi setiap restoran. Tak sedikit wisatawan yang memilih restoran dikarenakan pemandangan yang indah dapat dilihat dari tempat tersebut.

Pemandangan dari luar restoran memang menyenangkan. Kita dapat melihat lansekap gunung Batur tanpa ada penghalang. Tak sedikit wisawatan yang makan siang di Grand Puncak Sari mengabadikan pemandangan tersebut. Kursi-kursi yang ada di area terbuka sudah penuh pengunjung.
Makan siang di Grand Puncak Sari Kintamani
Makan siang di Grand Puncak Sari Kintamani
Terik siang tak begitu terasa. Kami berada di dataran tinggi. Bahkan suasana cenderung sejuk. Waktu makan siang sudah selesai. Kami masih mempunyai banyak waktu untuk bersantai. Sembari menikmati kudapan yang tersedia, aku mengambil beberapa foto ke arah gunung Batur.

Dari tempatku memandang, tak hanya gunung Batur yang terlihat. Ada gunung Abang yang tak jauh dari gunung Batur, serta tampak gunung menjulang tinggi di belakangnya. Gunung tersebut adalah Gunung Agung. Pemandangan yang lengkap, ada tiga gunung sekaligus.

Selain gunung, tentu adanya danau Batur menjadi lebih indah. Danau Batur menjadi salah satu destinasi yang menarik bagi sebagian wisatawan di Bali. Terdapat jalur tracking, untuk akses ke sana, wisatawan harus menggunakan kendaraan.

Bahkan, di sekitaran danau Batur biasanya dimanfaatkan sebagian orang sebagai spot foto prewedding. Tentu saja harus merogoh kocek yang lebih dalam. Seperti di destinasi alam yang lainnya di Indonesia, setiap tempat seperti ini berpotensi menjadi tempat tujuan para pelancong.
Menikmati makan siang sembari melihat lansekap Gunung Batur
Menikmati makan siang sembari melihat lansekap Gunung Batur
Danau Batur merupakan danau terbesar di Bali. Sehingga, tidak sedikit pelancong yang menjadikan danau Batur sebagai salah satu destinasi tujuan. Hanya saja, memang lebih banyak para pelancong datang sendiri, bukan berkelompok layaknya bus besar.

Lansekap danau Batur memang menakjubkanb. Berbagai perbukitan tampak dari segala arah. Salah satu bukit yang acapkali disambangi adalah Bukit Trunyan. Tak sedikit para pencinta lansekap alam dari ketinggian datang ke bukit tersebut.

Hanya saja, dari berbagai ulasan, salah satu yang harus diperhatikan adalah pengelolaan destinasi tersebut, serta sampah plastik yang mendapat perhatian. Bagi mereka yang berkunjung ke danau Batur, di sana sudah ada penyewaan boat serta ada dermaga.

Tak hanya desa Trunyan yang merupakan desa terjauh, ada juga desa Songan. Menurut obrolan dengan pemandu kami, beliau menceritakan belum ada akses jalan darat yang menghubungkan. Sehingga, semua transportasi ke desa-desa tersebut menggunakan kapal.
Danau Batur dari kejauhan
Danau Batur dari kejauhan
Desa Trunyan, merupakan desa yang memiliki tradisi menarik, salah satunya terkait dengan pemakaman. Konon, di desa Trunyan, penduduk yang meninggal tidak dikubur, melainkan diletakkan di bawah pohon yang bernama Taru Menyan.

Menurutku, Kintamani mempunyai potensi yang sangat besar untuk pariwisata di Bali. Dari sini, kita tahu tak hanya budaya, adat, serta lansekap pantai yang sering berlintasan di lini masa kita tentang Bali. Nyatanya, kawasan Kintamani pun menggota.

Kusesap minuman dari restoran Grand Puncak Sari, sesekali terus melihat antusias para pengunjung yang mengabadikan diri dengan latar belakang danau Batur. Aku pun tak mau ketinggalan, meminta isti untuk mengabadikan dari spot yang sudah disediakan.
Spot foto di Grand Puncak Sari berlatar belakang Gunung Batur
Spot foto di Grand Puncak Sari berlatar belakang Gunung Batur
Meski aku datang bersama rombongan, namun tetap bisa kunikmati perjalanan panjang tersebut. Menurutku, duduk santai menatap lansekap gunung dan danau Batur ini merupakan salah satu kejutan yang menyenangkan saat liburan dengan jumlah peserta ratusan.

Aku suka dengan lansekap di Kintamani, khususnya yang berkaitan dengan Batur. Tentu saja masih berharap suatu ketika dapat menginjakkan kaki di tepian danau Batur bersama keluarga. Sepertinya menarik jika nantinya menyewa kendaran sendiri dan duduk santai di tepian danau Batur.

Waktu beranjak sore, jadwal kunjungan destinasi masih ada beberapa lagi. Terdengar pemandu mengarahkan kami naik bus. Sayup-sayup mereka mengucapkan kata Penglipuran. Ya, perjalanan ini masih cukup panjang untuk sampai desa wisata Penglipuran. Aku lebih baik tidur. *Kintamani; 02 September 2023.

8 komentar:

  1. seru yaa bisa makan sambil menikmati pemandangan gunung batur dengan udara yang sejuk.
    Pengelolaan tempat wisata memang harus memperhatikan masalah sampah. Semakin ramai tempat wisata dikunjungi, maka potensi sampah yang dihasilkan akan semakin besar. Tentu saja ini mesti menjadi perhatian semua pihak terkait. Merindukan tempat wisata yang bebas dari sampah :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mas, meski ini kunjungan dalam rombongan besar, tempatnya emmadai, dan makanannya salah satu yang menurutku paling enak selama kami di sini. Kebersihan memang harus terjaga, agar semuanya bisa saling menikmati

      Hapus
  2. Lanskap pemandangannya kerenn..

    Tempat wisata dengan budaya setempat yang masih lestari, sangat menarik dikunjungi sekaligus belajar banyak tentang budaya di Indonesia..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mas, memang ketika bidaya dan tempatnya terjaga, sebagai wisatawan, kita bisa menikmatinya

      Hapus
  3. Selalu bagus pemandangan itu kalau Gunung Batur. Belum pernah mencoba makanan di resto itu. Sepertinya wajib ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dicoba pas ke Bali, enaknya rental motor sendiri biar lebih fleksibel

      Hapus
  4. salah satu tempat fav ku kalo ke bali... trakhir kesana ama suami , sewa motor selama seminggu. tapi duduknya di kafe lain.. sepanjang itu banyak kafe cakep2 kan soalnya... jadi betaaah banget.. apalagi sambil nyesap kopi ya mas ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, menariknya di sini juga ada semacam mini bar yang menyediakan berbagai minuman, termasuk kopi swaseduh.

      Hapus

Pages