Debat Masalah Pulsa dan Rokok dengan Sariman - Nasirullah Sitam

Debat Masalah Pulsa dan Rokok dengan Sariman

Share This
Berhenti Merokok sekarang juga
Berhenti Merokok sekarang juga (Sumber: http://www.hdwallpapersin.com/)
Namanya juga Sariman, sosok satu ini selalu membuat hal-hal yang serius menjadi lucu. Kadang bisa dongkol juga kalau bicara dengan dia, tapi jika seharian nggak ngobrol sama dia bakalan suntuk juga. Unik juga kamu, Man. Pagi ini dia kembali berulah. Kunikmati pagi ini ditemani kopi dan sebuah tulisan mengenai kemiskinan di salah satu kabupaten di Jogja. Kubaca tulisan ini sampai tuntas.

“Dua dari lima pengeluaran terbanyak di kabupaten ini kok rokok dan pulsa, ya?” Kataku sedikit berguman.

“Lha memangnya kenapa, bang?” Sela Sariman.

“Aneh saja, Man. Katanya kabupaten termiskin, tapi kok konsumtif banget. Beli Pulsa dan Rokok,” Jawabku sedikit membuat alasan.

“Wajar, bang,” Jawab Sariman polos.

Duh yang seperti ini malah membuat aku rada puyeng, Sariman sukanya itu ngeyel kalau diajak bicara. Setahuku kalau dikatakan masyarakat miskin di suatu tempat, ini artinya mereka belum mampu untuk membeli kebutuhan primer, kalaupun mampu hanya dengan biaya tertentu. Ini malah Pulsa dan Rokok pengeluarannya hampir sama dengan pengeluarkan untuk membeli sembako. Aneh kan?

“Wajarnya dimana, Man?”

“Bang, ditempatku saja orang yang kerjaannya manjat pohon Kelapa butuh pulsa. Sering loh bang kalau di atas itu mereka sambil telponan,” Jawab Sariman.

“Kok bisa, Man?”

“Lah kalau di bawah kan hp-nya nggak dapat sinyal, bang,” Jawab Sariman cengengesan.

Bajirgur ini bocah, ditanya serius malah jawabannya nyeleneh.

“Lah kalau sekarang rokok, Man,” Kembali aku bahas masalah rokok.

“Ada apa dengan rokok, bang?”

“Bukannya rokok itu dapat menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, dompet tipis, dan lainnya?” Kataku.

Sariman mikir sejenak. “Nganu bang, yang menyebabkan Kanker dan lainnya itu kan kalau rokoknya itu “dapat (dikasih gratis). Lah kalau mereka kan bukan “dapat” tapi beli bang, jadi aman,” Jawab Sariman kembali tertawa.

“Lha katanya miskin, Man. Masa miskin kok malah uangnya buat beli rokok,” Ujarku geregetan ke Sariman.

Mbok kasian bang, masa sudah susah nggak boleh senang. Mereka kan senangnya ngerokok. Ya biarin saja toh, bang,” Balas Sariman cepat.

Duh Gusti mimpi apa aku semalam. Sempat berdebat lebih lama dengan Sariman, bisa jadi ini kursi melayang kearahnya. Hah! Pagi-pagi sudah latihan sabar, jian tenan kok kui Sariman.
Baca juga postingan yang lainnya 

6 komentar:

  1. Hehe gak ada kerjaan dh ni masalah gini di debatin :)
    oh ya, blog anda sudah saya follow tolong follow balik blog saya ya, salam blogwalking!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Debatnya cupuk yang simpel-simpel, kalo terlalu berat nggak kuat :-D

      Hapus
  2. Hiehiei renyah dan legit debatnya. Mudah dicerna Hiheiheihiehiheee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heee, selalu ada yang beda kalo debat bareng Sariman, pak :-D

      Hapus
  3. Debat yang seperti inilah yang masyarakat inginkan, mereka tak mau muluk dan tingginya keterlaluan, dari sini mereka belajar *saya juga masyarakat lho :D

    BalasHapus

Pages