Lokomotif dan gerbong kereta api di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta |
Petugas satpam yang berjaga di ruangan penerima tamu membuka berkasku. Beliau memeriksa satu persatu kertas di dalam map plastik. Aku menunggu dengan sabar, menanti jawaban baik dari pihak humas Balai Yasa. Balai Yasa Pengok adalah bengkel kereta api terbesar di Indonesia. Dari literatur yang aku baca, ada beberapa Balai Yasa; tersebar di Jawa dan Sumatra.
“Berkasnya lengkap, nomor ID KAI1***. Surat izin dan kartu identitas juga terlampir,” Terang petugas satpam pada seseorang melalui telepon kantor.
Petugas satpam mendengarkan interuksi dari seberang telepon. Beliau mengangguk, lantas meletakkan gagang telepon ke tempat asalnya.
“Humas Balai Yasa memperbolehkan mas untuk motret. Hanya saja yang di dalam los (kegiatan apapun) jangan difoto. Silakan memotret lokomotif yang ada di luar los.”
Lega rasanya mendengar keterangan tersebut. Pihak Balai Yasa Yogyakarta juga menyertakan satpam yang menemaniku selama mengeksplor Balai Yasa. Los adalah tempat bengkel kereta api yang tertutup, tidak sepenuhnya tertutup. Ada beberapa los yang terbuka, dan di sana banyak orang yang bekerja. Sesuai aturan, aku harus menaati peraturan; tidak diperbolehkan memotret seluruh kegiatan yang ada di los.
Gerbang depan Balai Yasa Yogyakarta |
Balai Yasa Pengok diresmikan pada tanggal 06 Juni 1959 oleh Ir. Moh Effendi Soleh. Bengkel ini digunakan untuk pemeliharaan kereta api. Hal ini tertera pada prasasti yang tertulis di bagian depan pintu masuk.
Sebelum keliling area Balai Yasa, aku harus melengkapi perlengkapan sesuai prosedur. Petugas memberikan sebuah nametag khusus tamu. Setelah itu aku menuju bagian depan lobi. Di sana terdapat rak yang berisi helm. Tiap orang yang masuk diwajibkan menggunakan ID dan helm untuk keamanan.
Perjalanan kali ini aku didampingi satu petugas berjalan menuju arat barat. Di samping kiri kesibukan orang-orang bekerja di los terlihat. Tujuanku kali ini ingin memotret sebanyak mungkin lokomotif-lokomotif yang tersebar di sepanjang area Balai Yasa. Ada banyak jalur rel di dalam sini, kita tidak diperkenankan jalan di tengah rel.
Sepanjang Balai Yasa dibuatkan satu jalur untuk jalan kaki atau bersepeda keliling area bengkel. Jalur tersebut beralaskan paving dengan cat warna hijau. Sewaktu kami berjalan, kami berpapasan dengan petugas satpam yang habis mengecek rute menaiki sepeda. Petugas tersebut usai memeriksa rute rel kereta api di ujung.
Petugas keamanan mengecek area Balai Yasa menggunakan sepeda |
Aku menyapa petugas tersebut, mengabadikan sejenak dan kemudian lanjut melihat sekeliling area bengkel. Ada banyak lokomotif dan gerbong tua tersebar di setiap sudut. Lokomotif ini menjadi pemandangan langka bagi orang awam sepertiku. Kuabadikan besi tua yang mangkrak tersebut.
Perjalanan berlanjut menjauh dari bengkel kereta api. Gerbong kereta api makin banyak tergeletak, warna kusam dan cat mengelupas. Di ujung perbatasan dengan rumah warga, sebuah gerbang tinggi membatasi area ini. Dari sini terlihat jalur rel panjang menuju los kereta api.
Semacam besi panjang yang malang melintang, menjadi jalur lokomotif kala bergerak. Pohon papaya tumbuh berjejer, menjadi sekat antar rel. Jika diamati, aku berada di tempat yang unik. Gerbong panjang nan tinggi serasa memenuhi Balai Yasa. Indah sekali rasanya melihat besi tua yang tersebar di segala penjuru.
Aku tidak mengulas sejarah tempat ini, yang ingin aku tulis hanyalah pengalaman ketika berada di dalam Balai Yasa. Sengaja aku tulis karena untuk masuk ke tempat ini, kita harus mengikuti alur yang sudah ditentukan, termasuk izin. Beruntung kartu ID Lomba Foto KAI untuk memperingati 150 tahun perkeretaapian Indonesia bisa membuatku dengan mudah mendapatkan izin.
Jalur rel kereta api di dalam Balai Yasa Yogyakarta |
Balai Yasa Pengok Yogyakarta ini luas, lumayan menguras tenaga juga berkeliling jalan kaki. Sesekali aku melepas lelah dengan memotret lokomotif. Satpam yang bersamaku cukup santai diajak ngobrol santai.
“Kalau capek istirahat dulu mas, jangan dipaksakan,” Ujar petugas yang menemaniku.
Deretan gerbong maupun lokomotif tua berada di depanku. Warna kusam terkena sinar matahari, diguyur hujan, dan sebagian cat mengelupas. Menurut informasi yang kudapatkan, lokomotif diesel tertua di sini bertuliskan CC200 09 di bagian depan lokomotif. Saking banyaknya lokomotif yang ada di sini, aku tak sempat mencari lokomotif tertua tersebut.
Di depanku sebuah lokomotif tua nan usang bernomorkan BB 301 – sekian. Nomor belakangnya sudah hilang termakan umur. Tak terhitung olehku berapa umur lokomotif ini, begitu tua dan sudah lama di tempatnya. Sebenarnya aku tertarik ingin masuk ke dalam salah satu gerbong, namun kutangguhkan.
Tiap lokomotif dan gerbong tua kereta api di sini ditempeli sebuah tulisan besar. Tulisan tersebut berbunyi ‘Aset ini ditetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan undang-undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dilarang merusak, mengubah, atau memindahkan aset cagar budaya ini’.
Aku tertarik berfoto di dekat salah satu lokomotif tua. Kuminta petugas yang menemaniku untuk mengabadikan. Tidak butuh waktu lama, aku berdiri di samping lokomotif dan diabadikan.
Lokomotif BB20023 menjadi benda cagar budaya milik PT KAI |
“Terima kasih mas,” Ucapku.
Selama berkeliling, petugas yang menemaniku memberi keterangan tentang hal-hal baru yang kuketahui. Sedikit banyak aku menjadi paham tentang kereta api. Dari beliau juga aku tahu jika ada kereta api yang rusak di Jawa, maka kereta api tersebut akan diperbaiki di sini. Di Jogja, bukan di Balai Yasa lainnya.
Gerbong kereta api yang berada di sini pun beragam. Selain yang sudah kusam dan karatan, ada juga gerbong yang masih cukup bagus catnya. Besi-besinya juga masih bersih dari karatan. Ternyata gerbong ini sedang dalam tahap perbaikan dan memang masih digunakan mengangkut barang/penumpang.
Motif gerbong ada yang berwana polos merah, kuning, putih, ungu, dan lainnya. Ada juga yang bermotifkan batik. Aku jadi teringat gerbong kereta api prameks jika bermotif batik. Di sudut lain juga terlihat gerbong kereta api khusus wanita.
Perjalanan mengelilingi Balai Yasa sudah hampir selesai. Cukup jauh ketika ke arah barat, lokasi hampir sampai di Stasiun Lempuyangan, sedangkan sisi timur berbatasan langsung dengan Sapen. Sama dengan batas arah Lempuyangan, di Sapen juga terdapat rel yang ditutup dengan gerbang tinggi. Sesekali gerbang tersebut dibuka saat Balai Yasa sedang uji coba lokomotif melalui jalur rel yang berada di depan pekarangan rumah warga.
Sisi timur Balai Yasa cukup rindang, ada banyak pohon Jati. Di bawahnya jejer lokomotif serta gerbong panjang. Tim kebersihan sibuk membersihkan rumput ilalang dan semak belukar yang mulai tumbuh subur. Berbekal mesin pemotong rumput, mereka bersama-sama membersihkan semak yang ada di sekitar gerbong.
Petugas kebersihan membersihkan semak belukar di kawasan Balai Yasa |
Tidak jauh dari sini, tepatnya di bagian Gudang ada banyak komponen kereta api yang bisa aku lihat. Semacam mesin dan besi bulat mirip dengan ban tapi terbuat dari besi baja. Semua komponen tersebut diletakkan pada tempat terbuka. Berdekatan dengan Gudang dan bagian logistik.
Tidak terasa lebih satu jam aku berkeliling di area Balai Yasa. Mendapatkan banyak foto lokomotif maupun gerbong tua. Ada lebih dari 70 foto yang kudapatkan di sini, dan sebagian besar adalah koleksi lokomotif dan gerbong tua. Tidak semua foto aku posting, hanya beberapa saja yang kuunggah di blog. Sengaja foto-foto bagus ini kujadikan koleksi pribadi.
Sebelum berpamitan, aku mendapatkan informasi dari petugas kalau ada komunitas kereta api (aku lupa namanya) yang kadang mengagendakan berkunjung ke tempat ini. Mungkin bagi kalian yang ingin berkunjung ke sini, kalian bisa tanya-tanya terlebih dulu pada petugas berkaitan dengan prosedurnya. Oya, setiap aturan selama di sini wajib ditaati; termasuk tidak diperkenankan memotret bagian dalam bengkel.
Tiap tamu wajib menggunakan tanda pengenal dan helm ketika masuk ke dalam area Balai Yasa |
Kuucapkan terima kasih pada PT KAI, khususnya Balai Yasa Pengok, Yogyakarta atas izin dan pelayanan selama masuk ke dalam bengkel kereta api terbesar di Indonesia. Senang rasanya bisa berkeliling mengabadikan lokomotif serta mendapatkan ilmu baru. Sebuah pengalaman yang mungkin tidak semua orang bisa dapatkan. Melihat gerbong-gerbong tua dan penuh sejarah. *Yogyakarta, 01 Agustus 2017.
Wah ternyata melu lomba foto KAI yang pemenangnya menghebohkan dunya perr-railfans-an kemaren itu😁
BalasHapusYang terpenting aku bisa mendokumentasikan banyak lokomotif di sini mas. Sengaja nggak aku unggah, biar penasaran hahahhah. Yang aku unggah rata-rata sudah ada di google :-D
Hapusbeuh ini keren banget buat foto foto....
BalasHapusBenar, tapi wajib ikuti prosedur yang ada :-)
Hapuswah, keren ya! Jadi, ada apa sampe ga di perbolehkan motret? kalau gini jadi penasaran buat di kunjungi ya :D
BalasHapus1. Angker, 2. Pencurian onderdil, 3. Lokasi tes kereta jadi berbahaya
HapusTidak boleh dipotret karena pegawai sedang bekerja, takutnya kita mengganggu aktivitsa beliau. Selain itu, di dalam los kereta api ada beberapa spot/kegiatan yang memang tidak boleh dilihat secara umum, termasuk diabadikan.
HapusSelama ini hanya bisa memandangi lewat penjual Es Doger di luar pager. Wkwkwk. Aku ga nyangka kalau buat masuk itu harus pake prosedur yang cukup ketat.
BalasHapusEmang buka-tutup dari jam berapa sampai jam berapa mas?
Aku liat foto Mas Sitam, tumben-tumbenan formal tenan kostumnya *ooops
Jadi mau traktir Es Dawet Pengok? Kapan? hahahahha
HapusBuka jam kerja mbak.
Kan tujuannya berkunjung, jadi pakai sepatu dan baju rapi.
Ngajak kancaku Danang, ora usah nggo ijin.. hahaha. Sek kamar mandi ngisor tandon banyu raksasa kok ora diparani dap
BalasHapusNdak malah nyalahi aturan dab hahahaahh.
HapusTandon aku abadikan kok, nggak kuunggah; termasuk baca-baca sejarahnya juga dari warga setempat.
Wahaha aku malah belum pernah masuk. Setiap Balai Yasa (BY) punya spesialisasi sendiri-sendiri mas. Jadi ada BY yang khusus buat KRL (BY Manggarai), ada BY yang buat loko, ada yang buat kereta.
BalasHapusAku juga pengen motret pas di kampung Pengok terus ada momen kereta lewat tengah tengah kampung. Wkwkw.
Beberapa kali aku ketemu pas momen lewat sapen, tapi nggak bawa kamera hahahahah
Hapusaku belum punya foto di gerbong kereta tua gini :D masukin wishlist ah.
BalasHapusKalau ke sini wajib bawa surat izin koh. Kemarin aku bawa atas nama bloger
HapusWaah ... keren banget bisa masuk ke dalam Balai Yasa. Kalau gue, cuma bisa baca-baca artikel orang lain saja. Hehehe ...
BalasHapusDari membaca kita bisa mengetahui hal-hal yang baru :-)
HapusKeren ih xD
BalasHapusMisal tuh kalau udah rusak, kira2 boleh dibeli gak ya?
Saya mikirnya bisa banget kalau dibikin kafe2an gitu. Apalagi di Malang banyak banget mahasiswa yang kalau makan, skrg tuh ga cuma utk lepasin lapar doang....tapi butuh tempat yg cozy2 gitu wkwkw xD
Lah malah jadi ngomongin peluang bisnis xD
Ini milih cagar budaya, jadi harus dijaga dan ditaruh di sana. Kita dilarang memindahkan gerbong ataupun lokomotif dari tempatnya :-)
HapusHaha kamu udah cocok jadi teknisi kereta api mas wkwk.. owalah ini kalo ga salah deket sama UIN ya belakangnya bnyak penjual es-es
BalasHapusAku cukup jadi teknisi hati saja buahahhaha. Iya ini dekat UIN :-D
Hapusluas juga yaa.. itu kereta api dari taun brp ya?
BalasHapusBeragam mbak, ada yang sudah tua dan ada yang baru dan masih bisa digunakan. Biasanya yang masih bisa digunakan sedang dalam tahap perbaikan.
HapusAku mulai memperhatikan perkeretaapian sejak sering naik kereta api. Penasaran dengan sejarahnya, loko-lokonya,jadi pengin masuk. Apa bisa perseorangan ke sini? Surat izin yang dimaksud itu seperti apa?
BalasHapusKayaknya bakal naik kereta api ke mana lagi ini hahahahha.
HapusBisa mas, surat izin keperluan berkunjung untuk apa. Selama ada surat izin dan alasannya relevan, biasanya humas balai yasa bakal mengizinkan
pengen juga lihat2 dan explore depo KA seperti ini ... bener2 menarik, sejarahnya dan barang2 jadul begini malah jadi bagus untuk di foto ... ternyata mesti pakai perizinan segala ya ... tapi ini memang asset negara jadi tidak boleh sembarang orang masuk
BalasHapusIya kang, asset begara dan harus dijaga. Selain bisa buat foto, kita juga bisa mendapatkan banyak informasi berkaitan dengan kereta api kang
HapusBaru kali ini aku tau ada cagar budaya lokomotif.. Jd nama bengkel KA itu disebut balai yasa ya mas? Ntah kenapa kalo melihat loko2 tua begini, aku agak merinding.. Keinget jaman dahulu pas loko nya masih aktif . Kmrm di jepang, di salah satu museum ada lokomotif tuaa banget, tp msh terawat bgt. Cm krn gede bgt, trs hitam pula, akunya serem :p. Apalagi ditulis, digunakan saat masa perang.
BalasHapusBenar mbak, namanya balai yasa. Ada banyak kok di Indonesia balai yasa-nya. Lokomotif tua malah keren loh diabadikan :-D
HapusWoh, selama ini cuma lewat jalan yang ada di depan Balai Yasa itu ms..
BalasHapusTernyata seperti ini tah dalemnya..
Itu perizinannya bagaimana ya..?
Kok sampe berhasil masuk ke dalam..
Izinnya bawa surat keperluan berkunjung apa. Misalnya keperluan memotret, nanti disertakan kenapa ingin memotret dan lainnya. Intinya seperti kita membuat surat izin ke instansi.
HapusKalau di sini agak diperketat, karena selain banyak loko tua, di sini juga tempat bengkel. Jadi kita harus menaati tiap aturan dari pihak balai yasa
Hoo.. Ya ya..
HapusKirain musti bikin perizinan dari suatu instansi juga..
Nganu.. Apa bisa minta file surat izinnya ms..?
Kalau soal aturan ya sewajarnya kita menaatinya...
Selama ini cuma suka nongkrong di bawah pohon-pohon besar depan Balai Yasa sambil jajan dawet. Penasaran pengen masuk, tapi belum kesampean. Dan baru tau kalau mau masuk persyaratannya ribet. Jadi makin penasaran nih. Kayaknya di dalam seru.
BalasHapusLebih tepatnya ketat persyaratannya. Tidak semua pengunjung bisa dengan mudah masuk, karena memang di sini temat cagar budaya serta ada aktivitas bekerja. Sehingga ketika kita masuk, kita harus izin sesuai dengan prosedur yang ada.
HapusSebagai pecinta kereta api, sungguh aku iri kamu bisa ke bengkelnya langsung Nasi, hahahaa. Terima kasih sudah sharing yaaaaaa. Andai suatu waktu nanti aku bisa masuk ke sini juga pasti bahagia banget :)
BalasHapusHahahaha, kadang anak pesepeda yang jarang naik kereta api malah lebih beruntung Sat. Main Jogja lagi lah ahahhahaha
Hapus