Caraku Mendapatkan Ide dalam Menulis Cerpen, Puisi, atau Novel - Nasirullah Sitam

Caraku Mendapatkan Ide dalam Menulis Cerpen, Puisi, atau Novel

Share This
Masih ingatkah kita sewaktu masa kecil suka membaca buku cerita? Lalu apa ayang kalian baca untuk kata pembukanya? Alkisah, Pada zaman dahulu, Dahulu kala, atau apa? Setidaknya segelintir kata ataupul kalimat yang saya tulis ini pastinya begitu familiar diotak kita pada saat awal kita bisa membaca cerita.

Saya tidak tahu kenapa akhir-akhir ini cerita tantang anak-anak menjadi sangat “langka” untuk ditemukan. Kalaupun ada itu hanya cerita lama yang dikemas seperti baru, saya kadang berpikir apakah memang sudah tidak zamannya lagi menulis cerita anak-anak.  Yang saya takutkan lagi kalau nasib cerita anak tidak jauh beda dengan basib lagu anak-anak yang sudah mulai terkikis oleh banyak hal lainnya.

Pada zamanku, cerita anak itu masih begitu banyak. Selain konsistennya salah satu majalah anak-anak, ada juga banyak buku cerita yang menceritakan tentang hikayat atau cerita-cerita rakyat di Indonesia. Dan semua itu menambah semangat saya untuk melahap setiap cerita yang ada.

Pada dasarnya, anak kecil lebih mudah belajar membaca itu ketika kita sodorkan buku bacaan yang menarik bagi dia. Yang bisa membuat imajinasi mereka selalu berkembang dan bisa membuat dia semakin bersemangat untuk membaca.

Cerita-cerita anak kecil yang diawali dengan kata “Alkisah, Pada dahulu kala, Diceritakan, atau apapun itu” membuat sang pembaca berimajinasi dia sedang berada dinegeri antah berantah yang masih begitu kental dengan kerajaannya.  Kumpulan cerita itu sering disebut dengan kata “Dongeng”.

Setiap selesai membaca dongeng, biasanya anak kecil langsung paham apa tujuan atau pelajaran yang didapatkan dari cerita itu. Karena setiap dongeng selalu disisipkan dengan pelajaran mengenai sifat, tingkah laku dan lainnya. Tujuannya agar anak tersebut bisa mengikuti atau belajar dan berusaha menjadi lebih baik lagi.

Sisipan pelajaran yang ada pada dongeng biasanya lebih cepat bisa dicerna oleh anak kecil, maka dari itu jika kita menulis sebuah cerita anak cukuplah tidak bertele-tele ataupun tidak terlalu panjang lebar ketika menulis. Selain itu juga diperhatikan kata-kata yang digunakan jangan sesuatu hal yang sedikit tidak dipahami oleh pembaca. Ini dikarenakan setiap anak lebih suka membaca cerita yang simpel dan tidak menjemukan. Mulai dari nama tokoh, karate, dan dialognya.

Walau pada akhir-akhir ini dongeng sudah mulai tergusur oleh novel remaja, atau lainnya. Harapan saya tetaplah ada secuil orang yang tetap setia memberikan hasil karyanya untuk dapat dikonsumsi pada anak kecil. Tentunya kita masih kangen cerita-cerita yang seperti “Kancil dan Buaya, Cerita Panji Laras, dan cerita lainnya” yang masih kita ingat lainnya.

Memang tidak mudah untuk menulis cerita anak/dongeng yang bagus, tapi setiap usaha pasti ada hasilnya. Dan karena itu terkadang saya menulis sebuah cerita anak yang suatu saat ingin saya publikasikan. Entahlah melalui apa pubikasinya, yang penting bisa dibaca oleh anak kecil pada saat mendatang.

Pada intinya saya menulis ini karena saya merasa kangen dengan cerita anak/dongeng yang bisa say abaca sebelum tidur, yang bisa saya nikmati ketika sedang ada waktu luang, yang bisa membius saya ketika saya sedang tak tahu mau berbuat apa. Semoga rasa ini tidak hanya terjadi pada saya, tetapi juga terjadi kepada setiap pembaca lainnya. 
Baca juga postingan yang lain Nggak butuh dengan Hari Valentine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages