Santap Siang Selat Solo Tenda Biru Pak Bejo - Nasirullah Sitam

Santap Siang Selat Solo Tenda Biru Pak Bejo

Share This
Kuliner Selat Solo
Kuliner Selat Solo
Solo sepertinya menjadi salah satu kota yang paling sering kusambangi di tahun 2023. Kemudahan akses dari Jogja menggunakan KRL membuat aku jauh lebih gampang untuk mengunjungi destinasi wisata yang terjangkau sekaligus kulineran.

Seperti yang aku lakukan saat ini. Setengah hari di Solo untuk kulineran sembari mengunjungi beberapa museum yang terjangkau dengan jalan kaki. Pukul 10.00 WIB, kami berdua sengaja berjalan kaki menuju Selat Solo Tenda Biru Pak Bejo.

Alasan menyambangi kuliner tersebut pastinya karena keingian istri. Dia sedari kemarin sudah membuat rangkaian kunjungan destinasi dan tempat kuliner dengan jarak terjangkau. Mencari destinasi-destinasi yang lokasinya berdekatan dan terjangkau.

Menjelang siang cukup terik. Kami berjalan mengikuti panduan peta di gawai. Jarak Selat Tenda Biru Pak Bejo dari Omah Lowo terhitung 1.2 kilometer. Dengan begitu, kami berdua sengaja putuskan untuk berjalan kaki. Iseng-iseng bonus olahraga.
Selat Solo Tenda Biru Pak Bejo
Selat Solo Tenda Biru Pak Bejo
Selat Tenda Biru yang kami tuju di jalan Dr. Wahidin. Jika kubaca dari berbagai ulasan, warung ini merupakan tempat yang baru. Selain di sini, Selat Tenda Biru yang lama dan masih buka. Setengah jam berjalan, akhirnya kami sampai di lokasi.

Memanfaatkan bangunan lama, Selat Tenda Biru ini cukup luas area parkirnya. Tak ketinggalan corak warna biru pada bagian atas tembok menjadi penanda. Menjelang siang ini sudah banyak pengunjung yang berkunjung. Kulangkahkan kaki menuju area warung.

Meja kasih langsung berhadapan dengan pengunjung yang datang. Tapi pegawai yang menyambut kedatangan pengunjung berada di ruangan sampingnya. Bagian kasir hanya melayani pembayaran. Aku masuk menuju meja resepsionis.

“Untuk berapa orang, kak?” Tanya salah satu pegawai sembari memegang buku menu dan secarik kertas nota.

“Hanya berdua saja,” Jawabku sembari tersenyum.
Ruangan di Selat Tenda Biru Solo
Ruangan di Selat Tenda Biru Solo
Pegawai tersebut lantas mengarahkan kami ke meja nomor empat. Meja ini memang dikhususkan untuk pengunjung yang datang berdua. Satu meja kecil dilengkapi sepasang kursi yang berhadapan. Beruntung sisi luar ada penutup semacam dinding berornamen dan ada sirkulasi udaranya.

Pukul 10.30 WIB warung sudah sangat ramai. Beruntung warung selat ini berada di tempat baru yang cukup luas untuk menampung banyak pengunjung. Untuk mereka yang datang rombongan, lebih baik harus menginformasikan sebelumnya agar tempatnya dipersiapkan.

Bagi mereka yang datang bersama keluarga dalam jumlah tak banyak. Mereka bisa duduk di meja panjang. Sudah ada informasi jika meja di sini tidak boleh digeser atau digabungkan dengan meja yang lainnya demi kenyamanan bersama.

Di atas meja sudah tersedia nota yang bisa kita tulis pesanan untuk makan. Sebelum menuju Solo, kami sudah terlebih dahulu mencari pesanan yang hendak kami santap. Aku memilih selat daging, sedangkan istri ingin mencoba selat galantin.
Daftar menu dan harga di Selat Tenda Biru Pak Bejo
Daftar menu dan harga di Selat Tenda Biru Pak Bejo
Tidak ketinggalan dua minuman lemon tea yang kami pesan. Selain itu, kami menambahkan mendoan sebagai camilan. Usai ditulis, nota aku bawa ke meja resepsionis dan mengkonfirmasi seluruh pesanan. Aku sendiri meminta izin untuk memotret sekitar.

Selat Solo Tenda Biru mempunyai banyak pilihan menu makanan. Selain selat, masih ada nasi gudeg, hingga makanan yang lainnya. Sebenarnya di sini salah satu yang paling direkomendasikan adalah Sop Matahari. Sayangnya kami hanya berdua, sehingga tidak mungkin memesan makanan lebih banyak.

Jika kubaca dari berbagai ulasan, Selat Solo Tenda Biru ini merupakan salah satu warung yang direkomendasikan oleh wisatawan. Meski sekarang tak lagi menggunakan tenda biru, tapi penamaan tenda biru masih tetap melekat.

Selat Solo merupakan salah satu makanan yang khas yang mempunyai citarasa unik. Kombinasi rasanya gurih, manis, asam, dan sedikit pedas pada kuahnya yang tampak agak pekat. Daging sapi pada selat yang kusantap lembut dan empuk.

Sebelumnya, aku pernah menikmati Selat Solo Mbak Ru, pada dasarnya kedua selat ini rasanya mirip. Hanya saja yang membedakan hanya lauknya. Karena sebelumnya aku tidak memilih selat daging. Untuk penyajian dan rasa, sama-sama enak dan bagus.
Santap Pagi Selat Solo Tenda Biru
Santap Pagi Selat Solo Tenda Biru
Keasyikan meniukmati selat Solo, membuatku hampir lupa jika masih ada satu pesanan yang belum disajikan. Mendoan yang kami pesan sedari tadi belum diantar, sementara selatnya sudah tinggal sedikit lagi habis. Aku mengkonfirmasi ulang ke pramusaji yang melayani pengunjung.

Ternyata, mendoan yang kami mesan masih dalam antrean digoreng. Sehingga cukup harus sabar menanti. Mendoan di sini tidak dipotong besar-besar. Sekilas mirip tempe cocol yang ada di beberapa warung kopi di Jogja. Tak masalah, toh tujuan kami awalnya memang selat solo-nya.

Menjelang siang, warung Selat Solo Tenda Biru Pak Bejo mulai ramai. Sepertinya kami sudah selesai. Bergegas aku menata piring agar lebih rapi sebelum ditinggalkan. Waktunya aku menuju meja kasir yang berada di paling depan untuk membayar.

Total makanan dan minuman yang aku bayarkan 58.000 rupiah. Bagi wisatawan, tentu harga ini cukup terjangkau, terlebih sedari awal kami memang sudah menyiapkan dana sendiri untuk kulineran di Solo. Ada yang pernah makan Selat Solo? *Solo; Minggu, 16 Juli 2023.

6 komentar:

  1. Ok, aku bakal datangin kalo nanti ke solo. Udah lama ih ga makan selat. Dulu pas mama mertua masih ada, asisten mama sering bikin tiap ada perayaan di rumah, ntah ultah, wedding anniv. Buat keluarga suamiku, selat itu kayak makanan spesial yg selalu ada di setiap acara spesial juga :).

    Aku sendiri baru tahu setelah nikah mas. Sebelumnya ga pernah cobain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Solo memang ada banyak kuliner selat, mbak. Bisa dicobain satu-satu biar tau yang sesuai dengan selera masing-masing

      Hapus
  2. lumayan murah juga harga paket gudeg dan minuman minumannya
    mendoannya ternyata lariss ya, sabar menunggu digoreng

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, kemarin sempat mengkonfirmasi dulu apakah lupa atau memang belum dibuatkan

      Hapus
  3. mas sitam, kayake dirimu perlu nulis beberapa selat solo yang cukup terkenal di solo. Itu masih ada beberapa warung selat yang bisa didatangi. Sebagai penggemar selat, tentu aku akan senang sekali..wkwkwk
    kalau ke solo sering aku sempatkan untuk makan selat solo :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang ramai dan sering direkomendasikan biasanya Bu Lies, semoga ada waktu ke sana

      Hapus

Pages