Kuliner Selat Solo Mbak Ru, Tempatnya Masuk Gang Kecil - Nasirullah Sitam

Kuliner Selat Solo Mbak Ru, Tempatnya Masuk Gang Kecil

Share This
Selat Mbak Ru di Solo
Selat Mbak Ru di Solo
Di dalam gang kecil, kami menuntun sepeda. Rombongan ini hendak menikmati kuliner Solo. Pilihan kami adalah Selat Solo. Teman dari Solo yang mengajak kami berkeliling memilih Selat Mbak Ru. Lokasinya benar-benar di dalam gang kecil.

Siang ini pengunjung cukup ramai. Untungnya, mereka lebih banyak yang sudah menyelesaikan makan siang. Ketika rombongan kami datang dengan membawa sepeda. Sebagian besar beranjak pergi. Sepertinya mereka tahu, kami menyambangi tempat yang sama untuk santap siang.

Empat jam sebelumnya, aku menuntun sepeda naik gerbong KRL Jogja – Solo. Akhir pekan ini kami ingin bersepeda di Solo. Adanya KRL mempermudah para pengguna sepeda lipat untuk bepergian Jogja – Solo. Sepeda tinggal kita taruh di tempat yang tidak mengganggu pengguna KRL.

Hampir satu jam perjalanan, tibalah di stasiun Purwosari. Kami yang awalnya terpisah di gerbong lekas berkumpul. Stasiun Purwosari memang cukup mudah untuk akses bagi pengguna sepeda. Kita tinggal melewati pintu pembatas, dan sampai jalan. Berbeda dengan stasiun Balapan yang harus naik-turun lift untuk sampai pintu keluar.
Turun di stasiun Purwosari Solo
Turun di stasiun Purwosari Solo
“Kita keliling dulu, nanti tinggal menentukan destinasi tujuan.”

Agenda hari ini memang belum ditentukan destinasi tujuannya. Secara umum, teman-teman hanya ingin menikmati waktu bersepeda di Solo. Sehingga kami asal bersepeda saja. Kawan dari Solo mengajak kami melintasi Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Manahan.

Katanya, jembatan penyeberangan ini sedang hits di Solo. Banyak orang yang berfoto di fasilitas ini. Menariknya, JPO Manahan Solo tak hanya diperuntukkan pengguna jalan kaki. Pesepeda juga diberikan fasilitas melewati jembatan penyeberangan tersebut.

Pengguna sepeda diharuskan menuntun sepeda dengan meletakkan ban pada jalur yang ada di tengah. Jika posisi menanjak, kita harus membutuhkan tenaga lebih untuk mendorong. Sebenarnya yang paling susah malah saat menurun. Sepeda harus ditahan tanpa mengerem ban depan agar tidak terjungkal.

Usai dari JPO Manahan Solo, kami masih terus blusukan kea rah Masjid Zayed. Setelahnya baru memikirkan kuliner. Dua kawan pesepeda mengajak kami untuk makan selat Solo di warung Mbak Ru. Bagiku, nama Selat Mbak Ru tentu baru. Karena wisatawan yang ke Solo biasanya diajak ke Selat lainnya yang sudah terkenal.
Melintasi JPO Manahan Solo
Melintasi JPO Manahan Solo
Lokasi warung selat Mbak Ru tak jauh dari Pura Mangkunegaran. Tepatnya di jalan Sugiyopranoto. Menariknya, warung selat ini masuk gang sempit dengan lebar jalan tak lebih dari satu meter. Kami beriringan menuntun sepeda masuk gang.

Warung selat Mbak Ru lokasinya memang cukup masuk gang, sehingga bagi pengunjung yang hendak makan siang harus ekstra mencari tempat parkir. Sepeda motor ataupun mobil wajib parkir di tepian jalan utama. Bisa jadi sepeda motor yang berjejer di depan arah masuk gang merupakan milik para pembeli.

Berhubung kami membawa sepeda, seluruhnya kami masukkan gang. Parkir sepeda sengaja disandarkan pada sisi tembok, dan ditata berbaris satu-satu, sehingga tidak mengganggu orang yang hendak melintas. Pemilik warung mengarahkan kami agar sepeda ditaruh agak ke depan.
Kulineran Sekat Mbak Ru di Solo
Kulineran Sekat Mbak Ru di Solo
Beruntungnya, kami datang ketika sebagian besar pengunjung selesai makan siang. Kursi yang berada di gang lumayan ada pengunjungnya, tetapi meja panjang yang ada di dalam kosong. Kami menempati meja tersebut. Waktunya menulis pesanan.

Teman-teman pesepeda memesan menu yang beragam. Aku dan dua kawan lainnya memesan selat, sementara kawan ada yang memesan gado-gado sampai dengan mie rebus. Meski mie rebus ini tak tertulis di daftar menu, nyatanya beliau juga melayani.

Warung Mbak Ru memang tidak hanya menyajikan menu kuliner selat. Terlihat di tulisan atas, ada beberapa menu yang dijadikan opsi bagi pengunjung hendak makan siang. Ada kuliner Solo lainnya seperti Sup Galantin, Setup Makaroni, hingga menu seperti Gado-Gado, Tahu Acar, dan yang lainnya.
Tempat makan di lorong gang
Tempat makan di lorong gang
Sembari menunggu pesanan dibuatkan, aku berbincang dengan ibu yang sedang meracik bahan. Dari obrolan santai ini, aku baru tahu jika Warung Selat Mbak Ru dibuka pada tahun 2009. Beliau memanfaatkan tempat ini untuk warungnya.

Pesanan selatku sudah datang, waktunya menikmati makan siang. Di Jogja, aku pernah menyantap selat Solo ketika ada acara-acara kantor. Kali ini sengaja ingin menjajal bagaimana kuliner selat di Solo. Porsinya menggiurkan dengan sayuran yang masih segar.

Konon makanan khas Solo ini terpengaruh atau terinspirasi dari makanan Eropa. Lantas diracik sedemikian rupa sehingga sesuai dengan lidah orang Indonesia, khususnya para raja-raja Kasunanan Solo. Kini, kuliner tersebut menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk dicicipi.

Kuah selat ini rasanya segar. Aku sengaja meminta tambahan potongan cabai agar rasanya ada sedikit pedas. Bagiku, Selat Mbak Ru ini enak. Teman yang pesan serupa pun mengatakan jika selatnya direkomendasikan.
Waktunya menikmati kuliner selat Solo
Waktunya menikmati kuliner selat Solo
Iseng aku melihat ulasan di Google Maps, hampir semua yang pernah datang ke sini mengatakan jika Selatnya direkomendasikan. Hanya saja memang tempatnya yang kurang luas, serta tersembunyi, sehingga orang yang ingin berkunjung harus melihat tulisan agar tidak terlewat.

Harga seporsi selat pun terjangkau. Sepertinya ada perbaruan harga, karena pada menu perubahan angka menjadi 15.000 rupiah. Meski begitu, aku merasa harga kuliner di sini masih terjangkau untuk semua kalangan, terlebih bagi wisatawan.

Waktu sudah tengah hari, kami patungan membayar semua makanan yang sudah disantap. Sisanya masuk kas ketika kita hendak bersepeda bareng lagi di tempat lain. Untuk kalian yang hendak mengunjungi warung selat Mbak Ru, aku rekomendasikan naik ojek online agar tidak bingung mencari tempat parkirnya. *Selat Mbak Ru Solo, 27 Mei 2023.

14 komentar:

  1. jujur aku belum pernah makan selat solo
    heuheuheu, penasaran sih ama rasanya
    tapi belum kesampean

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kombinasi asam, gurih, ada agak manis-manisnya hehehhee

      Hapus
  2. Benar-benar hidden gem. Biasanya kalau ngomong selat solo, review akan mengarahkan tempat lain yang lebih dikenal masyarakat. Eeh, ini malah masuk gang sempit segala. Mungkin lokasi tersembunyi ini jadi ciri khas dan sensasi tersendiri.

    Aku juga suka selat solo. Kalau ke solo sehisa mungkin untuk makan ini. Di semarang juga ada, tapi lebih enak kalau makan di solo :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang di sini cukup ramai, tapi tidak seramai yang sudah dikenal dengan lahan lebih luas. Kalau rasa, kukira sama hehehehe

      Hapus
  3. Aku yg suami orang solo, rutin mudik, malah ga tau tempat ini mas 🤣. Sukaaa bgt Ama selat solo. Baru tau kuliner ini ya sejak nikah, dikasih tau Ama mertua. Langsung cocok Ama rasanya. Makanya tiap ke solo pasti yg dicari ini. Cuma blm pernah makan di selat mbak ru ini. Aku catet sih, kalo mudik lagi aku datangin mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pas ke sini, kudu nyari tempat parkir lebih dulu, mbak. Biar aman heeee

      Hapus
  4. pengen kalau pas ke solo nyobain selat solo deh, belom kesampaian...seringnya nggudeg...itu kubaru tau loh selat ada kuahnya...menu lain kayak sup gelantin en tahu acar sepertinya patut dicoba :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ada juga selat galatin kok. Enak loh hahahahha

      Hapus
  5. Selatnya sepertinya enak Om, jadi pengen ikut nyicipin. Saya sampai google Selat itu apa, karena belum pernah dengar hehe. Ntar pas ke Solo insyaa Allah mau nyobain Selat Solo Mbak Ru ini. Terima kasih infonya Mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya unik hahahaha, ada asam, manis, agak pedas menjadi satu.

      Hapus
  6. Aku nih yang sampai sekarang sangaaat penasaran dengan selat Solo. Secara pas liburan tahun lalu main ke Solo, ga jadi makan karena ga tahan antrean sanagt puanjaaaang, tapi bukan di Mbak Ru sih. Mesti dimampirin ah kapan2 ke gang kecil ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada beberapa selat yang memang populer di Solo, mbak. Saya sendiri datang ke selat yang tidak terlalu ramai heeee

      Hapus
  7. oalah itu toh selat,
    kirain selat apaan dah

    BalasHapus

Pages