Memotret Sunrise dan Siluet Candi Prambanan - Nasirullah Sitam

Memotret Sunrise dan Siluet Candi Prambanan

Share This
Kala sunrise di area Candi Prambanan
Kala sunrise di area Candi Prambanan

Di tahun 2016 ini aku mulai latihan memotret, berbekal kamera mirroles Nikon J3; aku mencoba mencari tempat-tempat yang sejatinya bisa dijadikan objek berfoto. Tidak banyak pengetahuanku tentang dunia fotografer, hanya sekedar mengabadikan dan kemudian menjadi kepuasan sendiri saat berhasil memotret. Apapun itu hasilnya hasilnya, jelek, lumayan, bagus, itu nggak kupikirkan. 

“Waduh jam 5,” Ujarku sendiri agak kelabakan. Padahal hari ini aku rencananya ingin mengabadikan sunrise di sekitar Candi Prambanan. Aku sudah menghitung waktu yang akan kutempuh jika naik sepeda, sekitar 35 menit dari kos. lima belas menit pertama aku gunakan untuk mengumpulkan tenaga, menghilangkan rasa kantuk dan sholat subuh. 

Tepat pukul 05.15 wib, aku menyusuri jalan Solo yag sedikit gelap menuju Prambanan. Kulihat gumpalan awan tidak terlalu tebal, namun cukup cerah pagi ini. Sehingga semakin bersemangat aku mengayuh pedal sepeda. Dari kejauhan rona kemerahan mulai tampak dari balik bukit. Aku mulai mengatur ritme kayuhan karena kaki mulai merasakan capek. 

Lokasi tujuan sudah dekat, aku di area Candi Sari terus mengayuh sepeda, berkejaran dengan waktu agar dapat mengabadikan sunrise. Cahaya keemasannya semakin jelas, dan ini menandakan sebentar lagi cahaya tersebut berpendar diikuti mentari terbit. 

Sepeda kubelokkan ke arah kiri, menyusuri sepanjang jalan dekat Ramayana Ballet; terus melaju sampai di Jembatan yang menghadap ke Candi Prambanan. Perkiraanku salah, ternyata mataharinya tidak tepat di atas candi, malah tertutup oleh dedaunan sisi kirinya. 

“Pak, kalau mau masuk ke sana lewat mana, ya?” Tanyaku ke seorang bapak yang berjualan Angkringan dekat Jembatan. 

“Lewat Ramayana Ballet, mas.” 

Aku berputar balik menuju arah Ramayana Ballet. Sebelumnya mengucapkan terima kasih pada bapak yang berjualan Angkringan. Di sekitar tanah lapang dekan jembatan ini ada sekelompok siswa yang sedang berkemah. Keriuhan pun terdengar sampai sisi jalan. Setibanya di pintu masuk Ramayana Ballet, pagar pintu hanya terbuka sedikit. Aku menuntun sepeda, dan menghampiri petugas yang berjaga meminta izin masuk. 

“Silakan, mas,” Jawab bapak dari atas motornya. 
Memainkan cahaya pencerahan dan membidik sunrise di Candi Prambanan
Memainkan cahaya pencerahan dan membidik sunrise di Candi Prambanan

Aman, bergegas aku sedikit melaju kencang di dalam area ballet ini. masih sepi, hanya aku sendirian saja. Belum ada orang lain yang bermain di sini. Sepeda kuarahkan ke sisi kiri melewati jejeran pepohonan dengan jalur setapak. Sampai akhirnya pada hamparan rumput hijau di antara pepohonan yang rindang. 

Dari sini tampak Candi Prambanan dengan jelas berwarna siluet karena di belakangnya cahaya mentari sedang ingin merangkak naik. Kubidik beberapa kali gambar seraya memainkan pencahayaan kamera. Membuat sang bidikan menjadi lebih terlihat siluetnya. Tidak hanya itu, cahaya mentari pun masih terlihat kekuningan. Warna khas ketika mentari ingin terbit. Sangat indah untuk terus dipandang.

Lambat laun mentari mulai naik, cahaya kekuningan mulai pudar. Dari kejauhan Candi Prambahan malah lebih eksotis. Terlihat lebih gagah karena dari belakang terpancar cahaya terang mentari. Namun gumpalan awan membuat mentari tak bisa leluasa memperlihatkan bentuknya. Hanya kilauan warna yang menerobos di antara gumpalan awan tipis. 

Cahaya tersebut menerobos sampai ke bumi. Aku beranjak dari tempat dudukku, bergeser lebih dari lima langkah, mencari tempat yang membuat mentari tepat di belakang candi. Dari sini sebuah pemandangan yang indah kudapatkan. Aku rasa, aku bisa memotret siluet dengan bagus di sini. Mentari tertutup awan tipis, dan sinarnya terhalangi oleh candi. Mainkan, jepret! Jepret!
Siluet Candi Prambanan kala pagi hari
Siluet Candi Prambanan kala pagi hari

Beruntunglah pagi ini lumayan cerah, sehingga aku dengan leluasa dapat memotret moment sunrise (walau agak terlambat). Aku diam duduk dihamparan rumput bersandarkan batang pohon. Sesekali harus mengusir semut kecil yang menggigit kulit kakiku. Tanah yang lembab membuat para Semut berkeliaran dan merasa terganggu tapak kakiku, sehingga mereka beramai-ramai menggigit. 

Kulihat tidak jauh di sana kesibukan anak-anak yang sedang berkemah, dentangan lagu dangdut memecah kesepian; sesekali diselingi teriakan salah satu Pembina yang mengharapkan para peserta kumpul dan senam pagi bersama. Aku masih asyik duduk sendirian melihat hasil bidikan kamera, terdengar suara sepeda motor mendekatiku.

Beliau ternyata petugas yang berjaga, aku menahan nafas, berusaha santai dan tersenyum seraya menyapa bapak tersebut. Selang berapa menit, beliau kembali. Hembusan nafas panjang itu tandanya semua baik-baik saja. Kuraih tas dan mengambil lensa bawaan yang lebih kecil, aku ingin mengabadikan Candi Prambahan dengan lensa lebih kecil sehingga terlihat lebih jauh. Begitu siap mengabadikan, terdengar suara Pesawat yang terbang di atas.

Kucari pesawat tersebut, menahan tombol sampai pesawat tersebut lewat atas candi baru kuabadikan. Benar saja, dari kamera terlihat pesawatnya namun kecil, tanpa pikir panjang langsung abadikan. Beruntung walau kecil tapi terlihat kalau ini adalah sebuah pesawat.

Terlalu tinggi sih, tapi tidak masalah. Bisa jadi yang terbang ini adalah pesawat pada penerbangan jam pertama di pagi hari. Aku mulai bergeser sejenak, kemudian mengabadikan lagi candi dengan samping sebuah lampu penerangan yang berbentuk bulat.
Lanskap siluet candi prambanan
Lanskap siluet candi prambanan

Siluet selalu menggoda untuk diabadikan, bukan kah seperti itu kenyataannya? Dalam beberapa waktu kurun terakhir, aku suka sekali mengabadikan diri saat sedang siluet. Kombinasi warna hitam han putih membentuk lekukan objek yang secara kasat mata dapat kita lihat bahwa ini sebuah bangunan; manusia, atau benda besi macam sepeda. 

Tidak hanya itu saja, kita tentu bisa berkreasi sepuasnya tanpa harus tampil rapi, nyentrik, atau apalah. Kan semuanya hanya ada warna gelap dan terang (hitam & putih). Aku menancapkan tripod di tanah, sesekali memutar lensa agar objeknya pas tidak terlalu kecil maupun besar. 

Kemudian mengatur pencahayaan, kalaupun tidak seperti itu; aku tancapkan Tripod ini pada kaki yang terpendek, sehingga hanya setinggi 25cm saja, lalu mendongakkan kamera agar objek terlihat dari bawah ke atas, sehingga cahaya semakin gelap, namun langit tetap saja terlihat terang. 

Beruntungnya, pagi ini awan tidak merata menyelimuti langit; awan membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang terpisah, hanya di beberapa sisi mereka lebih tebal dan pekat. Kuatur setelan kamera 10 detik, lalu mengayuh sepeda dari sini kiri secara perlahan seraya menghitung sampai angka 10. 

Jika lebih peka, aku mendengar suara jepretan kamera dari jarak tidak lebih 5 meter. Berkali-kali aku lakukan kegiatan seperti ini dari kedua sisi, sampai akhirnya merasa puas dengan dua hasil gambar siluetku bersama sepeda dan berlatar belakang candi.
Masih tentang siluet candi prambanan
Masih tentang siluet candi prambanan

Usai sudah waktu berburu siluet dan sunrise di area Candi Prambanan. Aku mengemasil tripod dan kamera, memasukkan ke dalam tas. Lalu menuju sepeda dan menaikinya menuju arah tadi saat aku masuk. Di sini (area Ramayana Ballet); banyak orang yang menikmati akhir pekan seaya jogging, sepedaan, atau sekedar duduk bareng keluarga/teman. 

Aku berhenti dan memarkirkan sepeda di salah satu sudut; bergabung dengan dua orang pesepeda juga yang berasal dari Jangkang & Mutihan, tidak lama kemudian bergabung bapak-bapak warga Bogem ikut gabung, kami ngobrol tentang sepeda, rute, destinasi sepeda, dan lainnya. 

Tepat pukul 08.00 wib, aku izin pulang lebih dahulu; target sebelum jam 9 sampai kos pun berjalan dengan baik. “Selamat datang, akhir pekan!”. *Bersepeda mencari sunrise di area Candi Prambanan ini pada hari Sabtu, 23 Januari 2016. 

38 komentar:

  1. wah bagus2 ya hasilnya..saya suka foto pertama.gimanaa gitu.heehe

    BalasHapus
  2. Wah keren kang,,,, aku kesini tapi nggak pernah merasakan sunrise nya. kapan - kapan tak coba dah. Wah, sekarang ceritanya naik tingkat nieh kameranya,,,, sebelumnya emang pakai kamera apa kang Nasir?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pagi benar-benar indah, mas. Dulu pake pocket, mas. Sebelumnya hanya pake kamera hp biasa :-)

      Hapus
  3. keren pengambilan fotonya maklumlah saya kan g bisa motret
    hahaha
    makanya bang kalo mau motret sunrise itu jangan sendiri, cieee yg digodain semut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak lagi kalau ada modelnya cewek di sana haahhahah

      Hapus
  4. Keren sekali foto sunrise nya !
    Mau liat koleksi foto yang lain juga dong, lagi cari kamera mirrorless juga nih :3 siapa tau bs jadi refrensi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih hehehhehhe, wah banyak mirroless kok yang bagus-bagus :-)

      Hapus
  5. Keren mas...
    Kebetulan saya dan isteri rencananya mau ke Prambanan sana...
    Aku belum pernah je.. padahal kalau naek motor kan paling 3 jam dari banyumas ini...
    huhuhuhu....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa berkunjung ke Prambanan, mas. dan juga bisa menikmati indahnya candi Prambanan :-)

      Hapus
  6. Gilakkkk fotonya cakep banget. Gelap terang gitu. Suka sama foto2nya...

    BalasHapus
  7. WAAAAAA FOTONYA KEREN BANGET PARAHPARAHPARAHH :'D Liat foto foto diatas jadi makin jatuh cinta sama matahari terbit-terbenam :'D Foto keempat keliatan WOW banget tuh candi nya :))

    "Siluet selalu menggoda untuk diabadikan"
    Setuju bangett

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau parah kudu dibawa ke Rumah Sakit loh :-D
      Sunrise dan sunset memang nggak kalah indah :-D

      Hapus
  8. Enak banget bisa jalan-jalan dan hunting di Prambanan sore hari, apalai kalau suasna tidak mendung jadi keren hasilnya.

    BalasHapus
  9. Wah mantap mas..
    pas banget ya pas langitnya biru gitu..
    foto siluet yang pertama juga bikin ngiler :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeeee, banyak tempat yang bisa dijadikan objek berfoto, mas :-D

      Hapus
  10. wowwww .... AMAZING
    ngiri .. pengen foto yang seperti ini juga ... di jakarta ngga ada candi ... paling monas :)

    BalasHapus
  11. Kan, postingane dadi kepengen dolan wae :'(
    Tapi jepretannya sudah terlanjur keren. Yha!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeeee, aku yo kurang dolan, mas. Mung mutero tak ben blogku iso terus update hehehehehhe

      Hapus
  12. Aaaah, epic mas foto-fotonya :D sunrise sama siluetnya dapet semuaaaa. WKwkw nggak pernah aku motret begituan kalau ke prambanan wkwkw kalau manjat-manjat candi sih, pernah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wehhh malah manjat-manjat candi hehhhhhehhe, gak boleh diulangi ya :-D

      Hapus
  13. Terakhir ke Candi Prambanan sepuluh tahun lalu jadi kangen pengen kesana lagi gara gara liat foto sunrise nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah 2006 hehhehhehe, ayo ke sini lagi mas. Jogja sekarang lebih padat kendaraannya :-D

      Hapus
  14. Saya juga suka memotret siluet gitu. Selalu menarik. Saya pikir di Prambanan cuma bisa nyunset, eh ternyata nyunrise juga bisa. Ya daripada mahal-mahal naik ke Borobudur buat nyunrise kan ya :D

    Kredit khusus, saya paling suka foto siluet Prambanan secara wide dengan pesawat di atasnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, mas :-D
      Prambanan bisa buat liat semua mas :-D

      Hapus
  15. kenapasih postingannya keren keren -_- fix inimah jd pengen ke jogja mas :D lanjutkan mas selalu setia mengujungi blog mu hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mbak, hehehehhe. Ayoo main Jogja. Jogja selalu istimewa

      Hapus
    2. salam kenal juga mas hehe, ia inhsaallah awal tahun 2017 main kekampung :D

      Hapus
    3. Wah 2017 masih lama, mbak hehehehhe. Secepatnya aja ke sini ahhahahah

      Hapus
  16. makin jago motret dih... ajar2 dulue hehe...
    oya nas,, nnti kalau sy ke karimun boleh lah ya sy mampir :D
    tpi nda tau juga kapan k sana hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini juga masih latihan motret kok mas. Silakan main ke Karimunjawa hahhahah

      Hapus
  17. Mas tapi opo iso mlebu Yen pagi" seperti jam 5.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jam 5.30an mas, entah sekarnag diijinkan atau tidak. Kalau untuk jogging sih diijinkan. Pas aku di sini diijinkan bawa sepeda

      Hapus

Pages