Perjalanan setengah hari mengelilingi
candi-candi yang aku ikuti bareng Jogja Women Cyclist dan tadi
terakhir berhenti di Lava Bantal,
rombongan sepeda pun terus berjalan untuk makan siang. Sudah dirundingkan kali
ini makan Soto; sehingga kami pun menyusuri jalan Berbah yang arahnya ke Ringroad dan Blok O. Mendekati pertigaan yang belok
kanan ke Prambanan, kami berhenti di salah satu warung soto. Warung soto ini
sepertinya belum lama dibuka. Terpampang tulisan merah bergaris tepi hitam
dengan spanduk yang berwarna kuning “Soto Bathox Kebon Pitik Jowo”. Sepeda
mulai menepi dan parkir disekitar area Warung Soto.
Soto Bathok Berbah |
“Diparkir dalam juga nggak apa-apa,” Ucap seorang perempuan dari dalam warung.
Kami pun mencari parkiran sepeda yang
sekiranya tepat. Banyak sepeda yang disenderkan di salah satu dinding atau
tiang warung. Lebih dari 20 sepeda yang diparkir menyebar, menumpuk seperti
kelompok kecil.
“Sotonya berapa porsi ya?” Kali ini koordinator rombongan sibuk menghitung pesanan.
Bergegas aku menuju tempat meracik
soto, seperti namanya Soto Bathok; soto ini tidak menggunakan mangkuk kaca
seperti biasa, namun menggunakan Batok Kelapa sebagai mangkuk. Soto Bathok ini
sama seperti yang ada di daerah Sambisari (dekat Candi Sambisari). Dulu aku
pernah menulisnya. Berbekal rasa penasaran mengenai penamaan yang mungkin sama
karena pemiliknya satu orang.
“Ini sama soto Bathok yang di Sambisari sama, mbak?” Tanyaku pada mbak yang berjilbab dan
menyuruh kami parkir sepeda di dalam.
“Beda, mas. Ini baru warungnya, dan saya pemiliknya,” Kata Mbak tersebut.
Pemilik Soto Bathok Berbah sedang meracik soto |
Mbak Yaya, itulah nama pemilik warung
Soto Bathok Berbah. Aku tidak tahu alamat lengkapnya, tapi beberapa kali aku
tanya mbak Yaya; dia selalu bilang kalau ini adalah Jalan Berbah km1. Warung
soto Bathok ini berdiri pada bulan September 2015. Jadi sekarang berjalan
hampir lima bulan. Mbak Yaya dibantu dengan dua perempuan lainnya yang mengiris
daging ayam serta meracik soto, serta dua lelaki yang bertugas memawa hidangan
ke pemesan.
“Warungnya belum terlalu ramai, mas. Mungkin karena masih baru,” Ujar mbak Yaya.
Aku berkeliling warung melihat
sekitar, sebelumnya aku sudah minta ijin pada beliau kalau nantinya aku akan
tulis soto ini di blogku dengan harapan tempat ini bisa menjadi lebih ramai.
Tepat di belakang sebuah tempat yang tidak terlalu lapang, terdapat enam meja
besar dengan kursi memanjang. Setiap meja ini bisa mencapai 6 orang duduk
berkelompok. Serta ada beberapa kursi di dekat kasir yang bisa menampung
sekitar 5 orang. Tidak hanya itu saja tempatnya, di sisi kiri juga ada tempat
yang lumayan lebih luas. Di sana juga ada banyak kursi dan meja berjejer.
Lokasinya pun teduh karena konsepnya tidak memotong pepohonan, namun membiarkan
pohon tersebut ada di dalam bangunan semi permanen dari bambu. Mungkin karena
pepohonan ini suasana tidak terlalu manas walau atapnya adalah asbes.
Suasana di Soto Bathok Berbah |
“Ini mas sotonya,” Kata pelayan yang membawakan tiga porsi soto untuk kelompokku.
“Makasih, mbak. Oya, minta irisan jeruk dan sambalnya, ya?” Pintaku.
Selang berapa menit kembali mbak
tersebut menuju mejaku seraya membawa irisan jeruk dan sambal. Seperti inilah
sotonya, hampir sama dengan soto ayam lainnya. Hanya yang membedakan mungkin
mangkuknya saja. Untuk rasa pun cukup nikmat. Irisan daging ayam lumayan
banyak, sehingga terlihat menggumpal di bagian atas. Untuk sesaat, aku diam
khusuk menikmati soto tersebut. Tepat di depanku (kasir) terdapat tuksian besar
mengenai harga soto dalam satu porsi; satu porsi soto ini dihargai Rp.6000.
Untuk minumannya dihargai Rp.2000. Sangat terjangkau bukan?
Ini Soto Bathok Berbah |
Selesai makan bersama, rombongan pun
foto bareng pemiliknya. Aku kembali bertugas sebagai seski dokumentasi. Di sini
pun muncul saran-saran yang diberikan pada pemilik spot (Mbak Yaya). Saran dari
para rombongan adalah; selain hanya menyediakan kerupuk, ada paiknya mbak Yaya
membuat gorengan (Tempe goreng, Bakwan dll) untuk menambahi menu di sini. Ada
juga saran dari salahs atu ibu yang bilang secepatnya tempat sholat dan MCK
segera dibuat, agar pengunjung bisa menggunakan jika sedang memerlukan.
Pesepeda pun berfoto bareng pemiliknya |
Lumayan banyak saran dari para
rombongan, namun yang pasti mereka pasti akan mampir ke warung ini jika sedang
sepedaan ke daerah ini. Cukup strategis sekali tempatnya; jika kita dari Blok
O, secara otomati melewati tempat ini, sehingga kita bisa mampir sejenak untuk
menikmati Soto Bathok Ayam Kampung-nya mbak Yaya. Oya, aku pu senang saat di
sini; karena waktu habis makan ternyata sudah dibayari oleh koordinasi
rombongan. Wah, berkah anak kos sepertinya masih berlaku untukku. *Kuliner ke Soto Bathok ini berbarengan
dengan Jogja Women Cyclist pada hari
Minggu, 17 Januari 2016.
Baca juga kuliner lainnya
harganya sih emang terjangkau sih mas
BalasHapustapi ongkos saya ke sananya itu loh
seharusnya mbanya senyum dung pas difoto, ah
Itu mbaknya lagi tegang diajak foto pembeli segitu banyak :-D
Hapusyuk diramaikan :3
BalasHapusKode traktiran kayaknya hahahahha
Hapussotonya enak, laparnya pas, waktunya pas, tempatnya pas, memang sempurna mas Rullah.
BalasHapuskirim Bogor dong sotonya...hehe
Haaa jauh, mas :-D
HapusWadahnya kelihatannya sama ya mas dengan Soto Batok yang ada di sambisari? wah mas Nasir pinter aja memfotonya euw,,, pilih yang bening, hahahaha. Wah kapan - kapan tak nyoba ah, dapat referensi baru. Enak ya mas makan siang dengan soto? :-)
BalasHapusHeeee, bisa dicoba, mas. Itu mbak yang kaos putih pemilik Soto :-D
HapusLah jadi mauu :3
BalasHapusAyo silakan hehehhehhe
Hapustempatnya nampak teduh dengan konsep sekitar kebun
BalasHapusmangkoknya pake bathok unik juga, gimana rasanya mas?
Pas banget kalau dibuat sarapan, mas :-D
HapusHarganya sangat terjangkau ya mas. Cuma 6000 rupiah bisa dapat soto yang keliatan nikmat sekali. Jadi pengen nyicipin soto bathok itu :)
BalasHapusHeeee, di Jogja rata-rata memang segitu harganya, mas :-D
Hapusngiler liat fotonyaa, murah pulaaaa duhh duuhh
BalasHapusdi Jakarta soto kayak gitu harganya 20 ribu *nangis*
Pindah Jogja, mbak hahahhaha. Dijamin murah-murah :-D
HapusDilihat dari suasananya itu memang enak, maknyuss terlebih pas rasa pasti enak sekali
BalasHapusSuasananya nyaman, mas :-D
Hapusseger ya pake irisan jeruk, mantapp
BalasHapusIrisan jeruknya bikin makin seger :-D
Hapusharganya soto satu porsi terjangkau sekali :)
BalasHapusDi Jogja memang terjangkau semua :-D
Hapussoto nya bening dan kelihatan enak sayang di jakarta jarang nemu soto begini
BalasHapusKalo di Jakarta Soto Betawi ya? Aku belum pernah nyoba :-(
HapusWaah soto disana murah sekali ya, 6000 sudah dapat banyak. Dan ayamnya juga banyak.
BalasHapusBtw, asik ya ikut komunitas seperti itu :D
Mau ikut komunitasnya? hehhhehhhe, aku cuma jadi seksi dokumentasi, mbak :-D
Hapusaduh.... ngiler banget. ini pasti enak dan gurih. apalagi dimakan dalam keadaan hangat. wihhh sedappp
BalasHapusWahh tetep aku masih penasaran sama nasi liwet postinganmu, mas :-D
HapusHmm.. Yummy kayaknya lezat sekali.. Tapi kok ada touge nya kaka.. Kalo disini soto tidak pakai touge..
BalasHapusHeee, iya di sini ada. Tapi bisa pesan kok tanpa Touge :-D
HapusAdegannya seperti di sinetron mas, di photo sambil buat soto, senyum dikit dong ah.... ha,, ha,, ha,,,,
BalasHapusHeeee, malahan, kang :-D
HapusNext destination buat nyari tempat makan yang unik, pakai batok kelapa sudah membuatnya terlihat unik. Kalo rasa...ntar aja yg penting mampir dulu
BalasHapusBisa ke sini, mas :-D
Hapussotonya mengundang selera kak
BalasHapusKudu ke sini loh hahahhaa, nikmat pokoknya :-D
Hapusdi medan juga ada soto batok, pake batok kelapa juga.. tapi beda sih tampilan sotonya :D.. kalo di medan semua soto cendrung pake santan.. sementara yg di jogja ini bening ya kuahnya :).. tapi aku yakin sama2 enak ;).. kalo bening gini, udh berasa gurihnya apalagi ditambah banyak jeruk nipis dan sambel pedeees ^o^
BalasHapusBenar mbak, kalo di sini cenderung bening. Tapi tetap sambal dan jeruk nipisnya menggoda.
Hapus