Soto Bathok Kebun Ayam Kampung Berbah, Sleman - Nasirullah Sitam

Soto Bathok Kebun Ayam Kampung Berbah, Sleman

Share This
Perjalanan setengah hari mengelilingi candi-candi yang aku ikuti bareng Jogja Women Cyclist dan tadi terakhir berhenti di Lava Bantal, rombongan sepeda pun terus berjalan untuk makan siang. Sudah dirundingkan kali ini makan Soto; sehingga kami pun menyusuri jalan Berbah yang arahnya ke Ringroad  dan Blok O. Mendekati pertigaan yang belok kanan ke Prambanan, kami berhenti di salah satu warung soto. Warung soto ini sepertinya belum lama dibuka. Terpampang tulisan merah bergaris tepi hitam dengan spanduk yang berwarna kuning “Soto Bathox Kebon Pitik Jowo”. Sepeda mulai menepi dan parkir disekitar area Warung Soto.
Soto Bathok Berbah
Soto Bathok Berbah
“Diparkir dalam juga nggak apa-apa,” Ucap seorang perempuan dari dalam warung.

Kami pun mencari parkiran sepeda yang sekiranya tepat. Banyak sepeda yang disenderkan di salah satu dinding atau tiang warung. Lebih dari 20 sepeda yang diparkir menyebar, menumpuk seperti kelompok kecil.

“Sotonya berapa porsi ya?” Kali ini koordinator rombongan sibuk menghitung pesanan.

Bergegas aku menuju tempat meracik soto, seperti namanya Soto Bathok; soto ini tidak menggunakan mangkuk kaca seperti biasa, namun menggunakan Batok Kelapa sebagai mangkuk. Soto Bathok ini sama seperti yang ada di daerah Sambisari (dekat Candi Sambisari). Dulu aku pernah menulisnya. Berbekal rasa penasaran mengenai penamaan yang mungkin sama karena pemiliknya satu orang.

“Ini sama soto Bathok yang di Sambisari sama, mbak?” Tanyaku pada mbak yang berjilbab dan menyuruh kami parkir sepeda di dalam.

“Beda, mas. Ini baru warungnya, dan saya pemiliknya,” Kata Mbak tersebut.
Pemilik Soto Bathok Berbah sedang meracik soto
Pemilik Soto Bathok Berbah sedang meracik soto
Pemilik Soto Bathok Berbah sedang meracik soto
Mbak Yaya, itulah nama pemilik warung Soto Bathok Berbah. Aku tidak tahu alamat lengkapnya, tapi beberapa kali aku tanya mbak Yaya; dia selalu bilang kalau ini adalah Jalan Berbah km1. Warung soto Bathok ini berdiri pada bulan September 2015. Jadi sekarang berjalan hampir lima bulan. Mbak Yaya dibantu dengan dua perempuan lainnya yang mengiris daging ayam serta meracik soto, serta dua lelaki yang bertugas memawa hidangan ke pemesan.

“Warungnya belum terlalu ramai, mas. Mungkin karena masih baru,” Ujar mbak Yaya.

Aku berkeliling warung melihat sekitar, sebelumnya aku sudah minta ijin pada beliau kalau nantinya aku akan tulis soto ini di blogku dengan harapan tempat ini bisa menjadi lebih ramai. Tepat di belakang sebuah tempat yang tidak terlalu lapang, terdapat enam meja besar dengan kursi memanjang. Setiap meja ini bisa mencapai 6 orang duduk berkelompok. Serta ada beberapa kursi di dekat kasir yang bisa menampung sekitar 5 orang. Tidak hanya itu saja tempatnya, di sisi kiri juga ada tempat yang lumayan lebih luas. Di sana juga ada banyak kursi dan meja berjejer. Lokasinya pun teduh karena konsepnya tidak memotong pepohonan, namun membiarkan pohon tersebut ada di dalam bangunan semi permanen dari bambu. Mungkin karena pepohonan ini suasana tidak terlalu manas walau atapnya adalah asbes.
Suasana di Soto Bathok Berbah
Suasana di Soto Bathok Berbah
Suasana di Soto Bathok Berbah
“Ini mas sotonya,” Kata pelayan yang membawakan tiga porsi soto untuk kelompokku.

“Makasih, mbak. Oya, minta irisan jeruk dan sambalnya, ya?” Pintaku.

Selang berapa menit kembali mbak tersebut menuju mejaku seraya membawa irisan jeruk dan sambal. Seperti inilah sotonya, hampir sama dengan soto ayam lainnya. Hanya yang membedakan mungkin mangkuknya saja. Untuk rasa pun cukup nikmat. Irisan daging ayam lumayan banyak, sehingga terlihat menggumpal di bagian atas. Untuk sesaat, aku diam khusuk menikmati soto tersebut. Tepat di depanku (kasir) terdapat tuksian besar mengenai harga soto dalam satu porsi; satu porsi soto ini dihargai Rp.6000. Untuk minumannya dihargai Rp.2000. Sangat terjangkau bukan?
Ini Soto Bathok Berbah
Ini Soto Bathok Berbah
Ini Soto Bathok Berbah
Selesai makan bersama, rombongan pun foto bareng pemiliknya. Aku kembali bertugas sebagai seski dokumentasi. Di sini pun muncul saran-saran yang diberikan pada pemilik spot (Mbak Yaya). Saran dari para rombongan adalah; selain hanya menyediakan kerupuk, ada paiknya mbak Yaya membuat gorengan (Tempe goreng, Bakwan dll) untuk menambahi menu di sini. Ada juga saran dari salahs atu ibu yang bilang secepatnya tempat sholat dan MCK segera dibuat, agar pengunjung bisa menggunakan jika sedang memerlukan.
Pesepeda pun berfoto bareng pemiliknya
Pesepeda pun berfoto bareng pemiliknya
Lumayan banyak saran dari para rombongan, namun yang pasti mereka pasti akan mampir ke warung ini jika sedang sepedaan ke daerah ini. Cukup strategis sekali tempatnya; jika kita dari Blok O, secara otomati melewati tempat ini, sehingga kita bisa mampir sejenak untuk menikmati Soto Bathok Ayam Kampung-nya mbak Yaya. Oya, aku pu senang saat di sini; karena waktu habis makan ternyata sudah dibayari oleh koordinasi rombongan. Wah, berkah anak kos sepertinya masih berlaku untukku. *Kuliner ke Soto Bathok ini berbarengan dengan Jogja Women Cyclist pada hari Minggu, 17 Januari 2016.
Baca juga kuliner lainnya 

38 komentar:

  1. harganya sih emang terjangkau sih mas
    tapi ongkos saya ke sananya itu loh
    seharusnya mbanya senyum dung pas difoto, ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu mbaknya lagi tegang diajak foto pembeli segitu banyak :-D

      Hapus
  2. sotonya enak, laparnya pas, waktunya pas, tempatnya pas, memang sempurna mas Rullah.
    kirim Bogor dong sotonya...hehe

    BalasHapus
  3. Wadahnya kelihatannya sama ya mas dengan Soto Batok yang ada di sambisari? wah mas Nasir pinter aja memfotonya euw,,, pilih yang bening, hahahaha. Wah kapan - kapan tak nyoba ah, dapat referensi baru. Enak ya mas makan siang dengan soto? :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, bisa dicoba, mas. Itu mbak yang kaos putih pemilik Soto :-D

      Hapus
  4. tempatnya nampak teduh dengan konsep sekitar kebun
    mangkoknya pake bathok unik juga, gimana rasanya mas?

    BalasHapus
  5. Harganya sangat terjangkau ya mas. Cuma 6000 rupiah bisa dapat soto yang keliatan nikmat sekali. Jadi pengen nyicipin soto bathok itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeee, di Jogja rata-rata memang segitu harganya, mas :-D

      Hapus
  6. ngiler liat fotonyaa, murah pulaaaa duhh duuhh
    di Jakarta soto kayak gitu harganya 20 ribu *nangis*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pindah Jogja, mbak hahahhaha. Dijamin murah-murah :-D

      Hapus
  7. Dilihat dari suasananya itu memang enak, maknyuss terlebih pas rasa pasti enak sekali

    BalasHapus
  8. seger ya pake irisan jeruk, mantapp

    BalasHapus
  9. harganya soto satu porsi terjangkau sekali :)

    BalasHapus
  10. soto nya bening dan kelihatan enak sayang di jakarta jarang nemu soto begini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo di Jakarta Soto Betawi ya? Aku belum pernah nyoba :-(

      Hapus
  11. Waah soto disana murah sekali ya, 6000 sudah dapat banyak. Dan ayamnya juga banyak.

    Btw, asik ya ikut komunitas seperti itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau ikut komunitasnya? hehhhehhhe, aku cuma jadi seksi dokumentasi, mbak :-D

      Hapus
  12. aduh.... ngiler banget. ini pasti enak dan gurih. apalagi dimakan dalam keadaan hangat. wihhh sedappp

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh tetep aku masih penasaran sama nasi liwet postinganmu, mas :-D

      Hapus
  13. Hmm.. Yummy kayaknya lezat sekali.. Tapi kok ada touge nya kaka.. Kalo disini soto tidak pakai touge..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heee, iya di sini ada. Tapi bisa pesan kok tanpa Touge :-D

      Hapus
  14. Adegannya seperti di sinetron mas, di photo sambil buat soto, senyum dikit dong ah.... ha,, ha,, ha,,,,

    BalasHapus
  15. Next destination buat nyari tempat makan yang unik, pakai batok kelapa sudah membuatnya terlihat unik. Kalo rasa...ntar aja yg penting mampir dulu

    BalasHapus
  16. sotonya mengundang selera kak

    BalasHapus
  17. di medan juga ada soto batok, pake batok kelapa juga.. tapi beda sih tampilan sotonya :D.. kalo di medan semua soto cendrung pake santan.. sementara yg di jogja ini bening ya kuahnya :).. tapi aku yakin sama2 enak ;).. kalo bening gini, udh berasa gurihnya apalagi ditambah banyak jeruk nipis dan sambel pedeees ^o^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, kalo di sini cenderung bening. Tapi tetap sambal dan jeruk nipisnya menggoda.

      Hapus

Pages