Caption Menarik Tentang Foto Sepeda di Instagram - Nasirullah Sitam

Caption Menarik Tentang Foto Sepeda di Instagram

Share This
Foto bersepeda kala mendamping Srikandi ke Jembatan Gantung Selopamioro, Imogiri
Foto bersepeda kala mendamping Srikandi ke Jembatan Gantung Selopamioro, Imogiri
Sebuah obrolan menarik bagiku akhir pekan bulan lalu. Seorang perempuan salah satu dari rombongan Srikandi yang bersepeda mendadak menghampiriku. Dia langsung berkata;

“Mas Sitam, saya sering baca blogmu. Dan saya selalu membaca setiap postingan baru di blogmu.”

“Wah terima kasih sekali mbak. Jangan bosan-bosan membaca tulisanku.” Jawabku sembari tersenyum.

Tentu saja ucapan tersebut mengejutkan bagiku. Tak banyak srikandi (perempuan) hari ini bergabung bersepeda yang kukenal. Namun banyak dari mereka pernah membaca tulisanku bertema sepeda. Jadi semacam sentilan bagiku agar tetap bersepeda dan menulis perjalananku saat bersepeda menuju destinasi wisata di Jogja. 

Untuk kalian yang bingung mencari rekomendasi jenis sepeda yang tepat untuk dimiliki. Kalian bisa mencari informasi dan melakukan perbandingan sepeda di BestRekomendasi.id. Sebuah situs yang dapat membantu kalian dalam mengambil keputusan untuk membeli sepeda yang tepat.

Selain menuliskan setiap perjalanan di blog, kadang aku juga mengunggah foto tersebut di Instagramku. Tentu setiap foto aku barengi dengan caption agak panjang. Caption itu kadang tertulis tanpa sengaja, asal mengalir saja tanpa ada rencana sebelumnya. Berikut beberapa kutipan yang aku tulis di Instagram berkaitan dengan foto sepeda.
Seorang mahasiswa internasional sedang berangkat ke kampus menaiki sepeda
Seorang mahasiswa internasional sedang berangkat ke kampus menaiki sepeda
“Bersepeda itu pilihan, sebagaimana kita memilih menggunakan alat transportasi lain untuk beraktivitas. Yang terpenting adalah saling menghargai sesama pengguna jalan, dan tidak saling mencari kesalahan pengguna jalan lainnya.”

Saat aku mengabadikan momen ini, ada sesuatu yang menarik menurutku. Biasanya orang mancanegara yang di Jogja (entah mereka itu mahasiswa internasional ataupun pelancong) lebih suka mengendarai motor matic daripada menaiki sepeda. Di pagi ini, aku menyaksikan tiga turis yang menikmati waktu pagi dengan bersepeda. 

Semakin hari jalanan di Jogja padat merayap, tak jarang kemudian macet di ruas jalan tertentu. Tentu semakin banyaknya jalan macet membuat polemik tersendiri. Kita harus bisa saling menghargai sesama pengguna jalan, minimal dengan tidak melanggar aturan selama di jalan.

Mengapa harus demikian? Aku sekarang melihat banyak trotoar yang awalnya lengang dan hanya dilewati pejalan kaki berubah fungsi. Seperti di Jalan Solo, di jalan Kaliurang, atau di ruas jalan lain yang trotoarnya agak landai. Banyak kendaraan roda dua tidak sabar menunggu akhirnya menaikkan kendaraannya ke trotoar. Tujuan mereka agar cepat sampai di depan dan segera terlepas dari kemacetan.
Mari bersepeda menuju kampus
Mari bersepeda menuju kampus
“Dengan jarak yang tak lebih dari 5 KM, menaiki sepeda menuju kampus/kantor adalah pilihan yang tepat. Salut buat mereka yang menaiki sepeda secara rutin dengan jarak lebih dari 10 KM. Dan menyenangkan lagi karena hampir setiap ketemu sesama pesepada itu saling menyapa.“

Dokumentasi ini sebenarnya berbarengan dengan dokumentasi yang di atas. Ketika mereka hampir berbarengan menaiki sepeda. Aku serta merta mengabadikan dan menyebar senyum padanya. Mereka pun membalas dengan senyuman. 

Sebuah komunikasi sederhana namun sangat mengena bukan? Inilah salah satu hal yang paling aku sukai ketika bersepeda. Kenal atau tidak, kami seperti saudara dan saling menyapa. Kalaupun mereka tak menyapa, mungkin karena mereka sedang serius mengendarai sepedanya.

Aku bersepeda setiap hari kerja dari kos ke kantor dengan jarak tak lebih dari 3 KM. Tanpa harus melibas tanjakan, hanya menyusuri jalan-jalan gang agar tak banyak saingan kendaraan bermesin sekaligus menghindar dari kemacetan. 

Bagiku jarak segitu paling ideal memang bersepeda. Aku banyak mempunyai teman yang bersepeda lebih jauh setiap harinya. Mereka rela bersepeda lebih 20 KM (Pulang-Pergi) tiap hari. Bukankah itu sangat hebat? Dengan jarak segitu, mereka masih konsisten menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya.
Dua anak sedang menikmati akhir pekan menaiki sepeda
Dua anak sedang menikmati akhir pekan menaiki sepeda
“Apapun sepedamu tak jadi masalah. Yang penting kamu masih ingat cara bersepeda. Mau rutin sepedaan tiap hari, cuma pas akhir pekan, sebulan sekali atau setahun sekali pun tidak apa-apa. Toh intinya tetap sepedaan.” 

Sebenarnya ini sebuah sentilan saja. Aku tak bermaksud menyentil siapapun yang ada di sekitarku. Melihat kedua anak kecil ini menikmati akhir pekan dengan bersepeda, bahkan menaiki satu sepeda berdua seperti ini tentu menyenangkan. 

Ketika anak kecil itu dengan asyiknya bersepeda, kadang kita lupa kapan terakhir menaiki sepeda. Hanya berkata dan sebatas wacana jika esok aku ingin bersepeda. Jika memang ingin bersepeda, jangan terlalu banyak rencana saja. Tak perlu muluk-muluk ingin bersepeda jauh, yang penting kayuh pedal sepedamu.
Kalau ini bukan Bike to Work tapi Bike for Work
Kalau ini bukan Bike to Work tapi Bike for Work
“Sementara kalian masih berdebat mengenai harga sepeda, memakai helm atau tidak, dan lainnya. Lebih baik kita mengevaluasi diri, bersyukur masih bisa mengayuh sepeda dan menikmati hidup. Bukankah bersepeda bagi kita adalah hobi? Dan tidak seperti beliau yang memang menggunakan sepeda untuk bekerja. Jadi tak perlu kita berdebat kusir bukan?” 

Pernah aku sedikit gerah dengan perdebatan tanpa berujung. Ketika mereka memperdebatkan kenapa harga sepeda itu ternyata banyak yang mahal. Komponen sepeda pun harga jauh melambung tinggi, kenapa tidak menggunakan helm dan lainnya. Bagi orang yang paham tentu harga bukan masalah; kadang hobi itu memang harus mahal. Mereka rela merogoh koceh lebih dalam agar sepedanya sesuai harapan ketika dinaiki. 

Apalagi bagi teman-teman yang hobi roadbike atau downhill tentu harus memperhatikan banyak hal ketika akan berkecimpung. Harga sepeda sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Jika sepeda hanya untuk keseharian, aku rasa selama sepeda itu dalam kondisi baik, merk itu tak dipermasalahkan. Mereka sama-sama tetap bisa dikayuh.
Menantikan sunrise bersama sepeda kesayangan
Menantikan sunrise bersama sepeda kesayangan
“Ternyata menunggu sunrise jauh lebih jelas hasilnya daripada menunggu lainnya.” 

Untuk caption yang ini nggak usah dibahas. Aku sendiri bingung kenapa nulis seperti itu. Jadi ceritanya waktu itu aku sengaja nunggu sunrise di salah satu pantai dekat rumah. Dan beruntungnya yang aku tunggu benar-benar terlihat. 

Walau hanya mengabadikan menggunakan gawai tapi hasilnya cukup memuaskan. Ya, memang kadang menunggu hal yang belum pasti itu rasanya aneh. Coba saja yang ditunggu itu kepastian, seperti mentari yang selalu terbit kala pagi, dan terbenam kala senja. Ups!!

*Dokumentasi setiap foto sepeda itu di berbagai tempat mulai dari area Jembatan Gantung Selopamioro, Selokan Mataram, Area Candi Plaosan Lor, Ruas Jalan dekat Museum Dirgantara, dan Tepian pantai di Karimunjawa. Pemotretan menggunakan Smartphone dan Mirroless kurun waktu Juni – Agustus 2016.

94 komentar:

  1. saya gak bisa naik sepeda dek... dulu wkt masih kecil ingin belajar dilarang sm ortu. Takut saya kl udah bisa terus meluncur ke jalan raya lalu jedher...tabrakan... Nah, skrg kl mau belajar mikir2... namanya belajar kan pasti bakal jatuh dulu lah beberapa kali... tulang tua saya udah gak kuat nahannya *dasar penakut* :))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe, akalu sekarang sekiranya takut jangan dipaksakan buk :-D
      Tapi seru loh kalau misalnya bonceng sepeda :-D

      Hapus
  2. ebih sehat bersepeda dong ya dan pastinya akan membuat badan lebih seger.. Turis aja mau pake sepeda, masa kita sebagai pribumi harus gengsi dan harus pakai motor matic, kalau dia rasa tujuannya deket mending pakai sepeda aja deh itu kan baik untuk menjaga bumi karena mengurangi polusi :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Membiasakan bersepeda itu yang jadi tantangan hehehhee. Kalau memang jaraknya masih bisa ditempuh dengan sepeda sih sebaiknya bersepeda (itupun jika punya sepeda).

      Hapus
  3. 4 tahun lalu aku juga bersepeda ke kantor, lumayan keringatan pagi pagi sampai kntor hehe.. Tapi sehat mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bersepeda itu menyenangkan. Bisa membuat kita menjadi lebih sehat dan fresh :-)

      Hapus
  4. Jadi tersenyum nih baca caption yang ini : "Kalau ini bukan Bike to Work tapi Bike for Work" :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhaahahah. Pokoknya yang penting bike-bike aja :-D

      Hapus
  5. Ahamdulillah setiap hari saya juga masih konsisten Bike to Work

    BalasHapus
  6. wahhh keren bangettt kemana-mana naik sepeda, kalo naik sepedaaa gue biasanya olahraga aja sih di jogja, pagi-pagi lah tentunya... Tapi sekarang jogja makin hari makin panas.... gak tau kenapaa tapi asik kok kalo bersepeda... kapan-kapann loh sepedaaan bareng :D

    oiya salam kenal gue dari jogja :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, dinikmati aja selama di Jogja. Silakan gabung, hampir tiap pekan kami sepeadan kok bareng teman-teman :-D

      Hapus
  7. Aku plg suka caption yg terakhir! wkwkwkwk Uda sebulan terakhir nyoba gowes rutin jg, yah meski masih jarak masih pendek2 tp lumayanlah ya bs rutin dikit2. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang jauh. Coba sesekali Boyolali - Solo, kanjalannya flat itu hahahahha

      Hapus
  8. Pasti seru naik sepeda itu, selain bisa lepas dari macet juga menyenangkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap saja kena macet kalau lewat jalan raya hahahahhaha

      Hapus
  9. Jadi teringat waktu masa kecil dlu.. sering banget main sepeda sama temen2.. melewati rel kereta yang sering di inget, hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh asyik banget itu mas. Saya waktu kecil sukanya jalan kaki hehehhe

      Hapus
  10. Tinggal membiasakan diri di Jogja bersepeda, terutama klo bepergian sendirian di dalam kota. Soalnya klo di Canberra nyepeda udah rutin.. Semoga bisa kayak mas Sitam.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya balik Jogja beli Sepeda Lipat ini mas :-D :-D

      Hapus
  11. Beli Brompton Mas. Asik sepedanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harganya bikin gimana gitu mas hehehhehe. Selain brompton sepeda Ferari juga yahud :-D :-D

      Hapus
  12. Mas, aku lagi pengen tuku sepeda ki. kemarin temenku bawa sepeda. mereknya odessy po yo. mbuh tulisane pie. masa harganya cuma 1.1. keren gitu padahal. budget 2juta. dapat sepeda apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sepeda odessy ada. Mending kalau dana segitu buat beli Pasific, Nif.

      Hapus
  13. bersepeda itu menyehatkan, sayangnya kantor ku jauh, kalau agak dekat pengen setiap hari naik sepeda ke kantor

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahha, kalau jauh emang susah mau sepedaan ke kantor mbak. Kecuali transportasi umum seperti keretanya udah bagus, jadi bisa bawa sepeda lipat ke dalam kereta ahaha

      Hapus
  14. jadi pengen naik sepeda lagi --"
    oyaa semarang jalannya naik turun. harus nanjak dulu kalo mau ke daerah semarang atas..hehhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Arah ke Unnes kampus atas jalannya emang yahud heheheh. Aku belum pernah sepedaan di Semarang :-(

      Hapus
    2. sepedaan di semarang enaknya di sekitaran kota. tapi staynya juga di daerah semarang bawah :D

      Hapus
    3. Panas mas hahahha. Tetep enakan yang uphill, jadi kalau nggak kuat nanjak ya nuntun hahahha

      Hapus
  15. Anakku sepedanya baru, bisa ikut sepedaan ama Om Sitam tuh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik bisa aku ajak sepedaan muter alun-alun ahahahhaha

      Hapus
  16. iku sunrise ning legon bajak ya mas :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak mas ahahhahaa.
      Ini sunrise pantai dekat rumah. Yang dekat magrove (samping rumah).

      Hapus
  17. ayo terus bersepeda mas sitam ... terus kampanyekan ... sekarang sudah semakin banyak orang bersepeda. Kalau ada orang yang berdebat tentang harga sepeda dan tetek bengeknya ... ya artinya hanya cari alesan aja untuk ga bersepeda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget kang. Intinya sepedaan itu niat dan lakukan sekarang juga :-)

      Hapus
  18. Mantep tenan iki caption-captionnya, bikin Buku sajak tentang sepeda Mas, pasti joss! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ntar kalau nulis buku nggak ada yang baca mas ahahhahaha

      Hapus
  19. Dulu waktu sekolah saya juga setiap hari naik sepeda, tapi sekarang saat kuliah sudah tidak lagi karena jaraknya lumayan jauh. Memang benar saat bersepeda bisa saling menyapa dengan pengguna sepeda lain. Selain itu, bisa lebih menikmati perjalanan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa loh tiap akhir pekan pas nggak ada acara sepedaan. Minimal kulineran hahhahhahhah

      Hapus
  20. saya dulu sering tuh bersepeda ke gunung mas, makin kesini kesini sepedanya rusak :( jadi ngga berlanjut bersepeda lagi :(

    BalasHapus
  21. Mantap, sayang di kota-kota besar susah sepedaan di hari kerja..gak tahan polusinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain polusi, banyaknya kendaraan sehingga para pesepda dituntut untuk ekstra hati-hati.

      Hapus
  22. dulu suka banget sepedaan, sekarang dah jarang sepedaan..:(

    BalasHapus
  23. bersepeda selain menyehatkan juga membuat lingkungan bebas polusi ....:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain itu juga membuat kita lebih ceria jika jalannya nyaman

      Hapus
  24. kalau Indonesia bisa menekan penggunaan kendaraan bermotor pasti jadi asri dan adem ya suasana, minim polusi dan tentunya lebih sehat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sementara ini bersepeda sebagian besar orang hanya hobi diakhir pekan ehheheh. Tapi sudah cukup baik sih ada yang bersepeda :-D

      Hapus
  25. Masih membayangkan mau beli sepeda baru mas, biar bisa hits kayak mas sitam. Paling asik emang kalo dibawa jalan menyusuri pantai. Jalan dari rumah saya ke pantai udah oke tinggal orangnya mau pake sepeda ke sana pa enggak hehe. Salam kenal mas sitam, dari saya dari Jepara bagian jawa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya beli sepeda buat sepedaan dan olahraga mas. Sekalian buat nyalurin hobi, heheheheh. Jepara bagian Jawa maksudnya gmn ya? hahhahhaha

      Hapus
  26. Sepeda, kehadirannya begitu tulus menemani ya mas.. sahabat setia dalam perjalanan.. hihihi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ntar kalau sudah berkeluarga bakalan sepedaan bareng istri mas hahahahhaha

      Hapus
  27. aku dulu pas kecil sering banget naik sepeda kayak dua anak kecil itu wkwkwkw.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang harusnya bersepeda abreng pasangan loh, Gal..

      Hapus
  28. Jadi keingetan masa kecil dulu deh, nostalgianya pas lagi nakal2nya main sepeda, saking asyiknya nggak pulang2, baru pulang kalau udah maghrib :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe.
      Pas kecil emang gitu semua kelakuannya :-D

      Hapus
  29. Masa kecil dulu saya juga seneng naik sepeda keliling rumah nenek. Bahagia rasanya bisa lihat hamparan sawah yang dilatarbelakangi dengan matahari pagi :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hampir setiap orang pasti mengingat masa kecil saat sepedaan mbak :-)
      Seru rasanya waktu kecil tersebut.

      Hapus
  30. sya juga hobby banget gowes mas, ditunggu gowesnya ke jepang ya, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mas.
      Wah saya sering mendapat cerita teman-teman yang pernah ke Jepang dan bersepedaan di sana. Semoga bisa ke sana saya :-)

      Hapus
  31. bersepeda itu selain menyehatkan juga ramah lingkungang ya ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan juga dengan bersepeda dapat membuat lingkungan lebih baik :-)

      Hapus
  32. "Ketika mereka hampir berbarengan menaiki sepeda. Aku serta merta mengabadikan dan menyebar senyum padanya. Mereka pun membalas dengan senyuman. Sebuah komunikasi sederhana namun sangat mengena bukan?"

    Mungkin bule-bule itu senang yah tinggal di Indonesia, orang-orangnya ramah dan dengan segala budayanya yang beragam dan unik-unik.

    Ditunggu mas tulisan dan foto-foto selanjutnya. :D

    Keep writing and keep inspiring us. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bersepeda itu menyatukan segala golongan untuk saling bersapa mas.
      Terima kasih sudah membaca tulisan di blog saya :-)

      Hapus
  33. Alhamdulillah sejak trauma naek motor (gegara ditabrak orang mabuk) aku malah konsisten naik sepeda balap ke mana-mana...cuma yaaa...jadi emak-emak tomboi dan menarik perhatian gitu...pakai sandal tinggi tapi pas mau duduk di sadel caranya jagoan banget...#emang gak ada ya sepeda balap yang tanpa plangkangan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah emak pakai sepeda roadbike? Joss mak. Ngiri ahhahahahha

      Hapus
  34. Mas, minta ijin boleh copy share foto anak boncengan naik sepeda dekat candi itu? Jadi ingat waktu SD sering boncengan kaya gitu pakai BMX.

    BalasHapus
  35. Asiknya bisa jalan jalan bersepeda santai,
    Mungkin satu saat nanti kalau ada waktu luang baru bisa ikutan .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiap akhir pekan ramai di Jogja yang bersepeda

      Hapus
  36. 4 tahun lalu aku juga bersepeda ke kantor, lumayan keringatan pagi pagi sampai kntor hehe.. Tapi sehat mas

    BalasHapus
  37. menarik bacanya :D saya juga hobi gowes mas... tapi skrg makin padet aja jadwal kerjaan, makin susah aja buat meluangkan waktu hehe

    BalasHapus
  38. Dibandingkan kendaraan lain, naik sepeda jauh lebih menyenangkan dan menyehatkan. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selama jarak dan asksesnya aman, bersepeda menjadi salah satu pilihan yang tepat. Hanya saja di kota-kota besr, jalanan untuk bersepeda tidak terlalu aman.

      Hapus
  39. Pertanyaannya: kapan kita bisa sepedaan bareng, mas? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jawabannya mudh; kapan main ke Jogja, biar bia gowes bareng buahahahahha

      Hapus
  40. selain untuk kesehatan, mengurangi polusi...serta dapat menghemat biaya ..hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, banyak hal yang baik ketika kita bersepeda; selama kita bersepeda dengan tidak memaksakan diri hehehheh

      Hapus
  41. Saya banget ini mah, kemana-mana naik sepeda mulu. Mau jauh deket, panas hujan, gowes aja. Gimana yah, rasanya nyaman aja gitu naik sepeda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Joss mas, semoga tetap konsisten bersepeda saat luang ehheehhehe.
      Saya malah jarang konsisten akhir-akhir ini

      Hapus
  42. keren banget captionnya kak... pengen banget di kotaku banyak yang menggunakan sepeda biar tiap hari saya berangkat kerja gak ada polusinya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bersepeda itu memang harus dimuali dari diri kita sendiri :-)
      Siapa tahu kalau kita sudah naik sepeda, nanti ada yang mengikuti

      Hapus
  43. Bener banget, mas. Bersepeda sebenarnya biasa aja dan memang sudah dilakukan sejak lama. Gegara sekarang booming ja trus jadi gaya hidup sehat yang ada buntut 'merk' dll hahahaha jadi main gaya2 hisap dompet wkwkwkwwk :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak hahahahaha.
      Ini tulisan empat tahun lalu, dan sampai sekarang masih banyak orang mengutip kata-kata untuk instagram hahahahhaah

      Hapus
    2. AKu paling suka lihat pesepeda yang bawaannya segambreng sampai menutupi badannya. Ada tukang kerupuk, tukang jerami dll misalnya. Kayak ada filosofi kehidupannya gitu mas hehehe :D Kalau yang olahraga biasa kan biasaaaa ajah gt wkwkwkw :D

      Hapus
    3. Sebanrnya ini adalah bekerja yang menggunakan sepeda sebanar-benarnya, mbak :-)

      Hapus
  44. Sepeda alat transportasi yang gak hilang dimakan waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahkan sekarang sepeda kembali melejit kala pandemi.

      Hapus

Pages