Tatkala Singgah di Masjid Namira Lamongan - Nasirullah Sitam

Tatkala Singgah di Masjid Namira Lamongan

Share This
Masjid Namira Lamongan menjelang pagi
Masjid Namira Lamongan menjelang pagi
Senja menampakkan rona jingga menebar di ufuk barat. Aku melongokkan wajah dari dalam kaca jendela, menatap romansa senja yang mengagumkan. Kereta Api Kertajaya Tambahan melaju kencang dari stasiun Tawang menuju tujuan akhir di stasiun Pasar Turi Surabaya. Nantinya aku akan berhenti di stasiun Lamongan.

Empat jam di dalam gerbong ke sembilan, gerbong paling belakang, dan tempat duduk paling belakang pula. Aku dengan kedua temanku Aji & Hanif bercanda, memamerkan foto-foto lawas kala masih SMA. Sementara ibu yang duduk di sampingku tak merasa terganggu, beliau lelap tidur, bahkan sampai tak sadar jika kepalanya bersender di bahuku.

Masih di gerbong yang sama, bagian urutan nomor tengah, Mbak Mira terjebak duduk di antara remaja-remaja kekinian. Mereka berkumpul sembari main kartu, membiarkan Mbak Mira sendiri asyik dengan gawainya sembari menatap jendela. Tak terkecuali Mak Indah Juli yang berada di ujung gerbong; beliau terus berbincang santai dengan putri ketiganya.
Senja terabadikan dari kaca jendela kereta api
Senja terabadikan dari kaca jendela kereta api
Satu per satu stasiun dilewati. Aku tidak bisa mengingat nama-nama stasiun tersebut. Satu stasiun yang teringat jelas tentunya stasiun Cepu. Tiap titik perhentian kereta sebenarnya terpampang di dinding gerbong. Aku sendiri bangkit dari kursi menuju belakang. Mengabadikan senja yang ingin berlalu.
*****

Fajar menyingsing, aku beserta rombongan masih tidur di salah satu perumahan di daerah Sukomulyo, Lamongan. Rencananya dinihari ini kami mengunjungi masjid Namira. Salah satu masjid termegah di kabupaten Lamongan. Masjid ini berada di Jl. Raya Lamongan - Mantup, Jotosanur, Tikung, Jotosanur, Kabupaten Lamongan.

Tidak jauh perjalanan kami sampai masjid. Memasuki kawasan masjid, aku melongkok dari jendela mobil. Sangat luas area masjid Namira. Dari referensi yang kubaca, sekitar 7.500 m2 luas keseluruah area masjid. Sisi selatan tanah lapang sudah berpaving dikhususkan bagi bus-bus yang parkir.

Untuk mobil pribadi diarahkan lokasi di sebelah utara, tepatnya dekat jalan keluar dari masjid. Walau dinihari, sudah banyak Jemaah yang berkumpul. Mendengarkan tausiyah dari salah satu ustad. Aku berjalan menuju tempat wudu, sisi kiriku menjulang tinggi Menara dengan puncaknya bertuliskan Allah.
Pintu utama bagian timur Masjid Namira, Lamongan
Pintu utama bagian timur Masjid Namira, Lamongan
Sebuah mobil PDAM terparkir tidak jauh dari Menara, aku sempat melihat petugas mengeluarkan pipa besar. Sepertinya saat ini sedang ada aktivitas mengisi air mineral pada bak-bak masjid. Hilir mudik para jemaah yang usai melaksanakan salat subuh. Aku terus masuk ke dalam tempat wudu pria, luas sekali lokasinya. Sempat kulirik di dekat Menara, terdapat petugas yang menjaga ruangan dan melayani peminjaman mukena & sarung.

Usai salat subuh, aku duduk di depan masjid. Sembari menanti teman-teman yang menunaikan salat, kusempatkan mengabadikan masjid saat pagi. Di depan masjid, petakan sawah tertutup dua jalur pintu masuk dan keluar kendaraan. Mentari pagi mulai terlihat, menyisakan sedikit semburat cahaya.

Para jemaah masjid Namira berangsur keluar dari dalam masjid. Tausiyah pagi sudah usai, tiap Jemaah dipersilakan mengambil nasi bungkus yang sudah disediakan pihak masjid. Aku pun turut diarahkan untuk mengambil sarapan. Hanya aku menganggukkan kepala, tapi aku tetap duduk di pondasi taman depan masjid.

Dua ember besar berisi air diletakkan di depanku. Satu ember dicampur dengan air sabun. Kedua ember ini nantinya digunakan para jemaah cuci tangan setelah sarapan. Satu per satu jemaah datang mendekati ember, dan meletakkan gelas plastik, menyuci tangan, lalu meninggalkan masjid. Tidak sedikit dari mereka yang menggamit nasi bungkus sebagai bekal saat perjalanan.

Masjid Namira konon milik perseorangan, aku takjub dengan orang-orang yang menyisihkan harta untuk membangun masjid seperti ini. Adanya masjid Namira membuat para bus pariwisata yang hendak berziarah/pulang berziarah dari Tuban dan sekitarnya menyempatkan singgah di Lamongan. Masjid ini bukan hanya untuk beribadah, namun dipergunakan juga untuk mandi dan lain sebagainya.
Masjid Namira kala siang hari
Masjid Namira kala siang hari
Jika saat subuh aku tidak berani menyempatkan mengambil gambar di dalam masjid, akhirnya aku putuskan hari kedua untuk mengambil gambar. Aku datang agak siang, dan mengabadikan dalam masjid Namira. Sebuah plang bertuliskan batas pengambilan foto agak dekat dengan mimbar. Kemudian digeser petugas lebih ke belakang. Aku sedari tadi berada di dekat pintu keluar/masuk masjid.

Silih berganti orang datang menunaikan salat sunnah, pun dengan yang ingin mengabadikan pemandangan di dalam masjid. Aku masih duduk di shaf belakang, tepat beberapa meter dari tabir kain pembatas untuk wanita. Menunggu masjid agak sepi, dan mengabadikannya.
Menunaikan salat sunnah di dalam masjid
Menunaikan salat sunnah di dalam masjid
Sebuah kiswah berukuran raksaka menjulang tinggi di tempat imam. Ada juga kiswah-kiswah kecil yang di sekelilingnya. Semua diberi kaca pelindung. Dari tempat dudukku, kuabadikan kiswah tersebut.

Aku tidak berani maju ke depan, di sana sudah ada rombongan yang hendak menunaikan salat Sunnah berjamaah. Seorang petugas masjid menemui salah satu rombongan, dan mengarahkan untuk salat jamaah di belakang/bagian sudut ruangan masjid.

“Mohon maaf pak, salatnya di sudut sana saja, takutnya mengganggu para jemaah lain yang hendak salat sendiri/jamaah.”

Aku terdiam, kudengarkan baik-baik ucapan petugas tersebut. Ternyata yang petugas agak keberatan adalah jamaah puteri ikut mendekat, sementara dan seharusnya Jemaah puteri ada di dalam tempat perempuan. Agar mereka tetap bisa salat berjamaah, petugas mengarahkan agar salah mereka di belakang, tepatnya di sebelah kananku duduk.
Kiswah masjid terabadikan di antara jamaah yang ingin menunaikan salat berjamaah
Kiswah masjid terabadikan di antara jamaah yang ingin menunaikan salat berjamaah
Hanya dua jepretan yang kuambil dari dalam masjid, aku keluar ke teras, menunggu teman rombongan kembali. Sembari duduk di teras, aku sempat melihat petugas kebersihan mengambil dua tong sampah besar yang sudah tidak muat isinya. Rata-rata di dalamnya adalah kardus makanan dan gelas air mineral.

Masjid Namira menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi, khususnya bagi yang melakukan wisata religi. Ketika teman rombongan sudah lengkap, aku meninggalkan masjid tersebut. Ya, masjid Namira memang indah, dan tidak pernah sepi tiap harinya. *Lamongan, 24-26 Desember 2017.

34 komentar:

  1. mengenai masjid perseorangan, di Lombok banyak banget mas..
    ada dlm satu kampung, dua masjid besar cuman berjarak 20 meter.

    itulah kenapa Lombok dijuluki pulau 1000 masjid

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mendengar julukan tersebut mas. Dan memang kata teman-teman dari Lombok, di tempat mereka ada banyak masjid.

      Hapus
  2. Jepretan senja itu gunung apa mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang tahu tepatnya mas. Tapi pas motret ini saat kereta dari Semarang mau berhenti di Stasiun Cepu.

      Hapus
  3. Foto senjanya cakep banget.
    Masjidnya juga megah.
    Adem kayaknya tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas cerah bang, jadi memang terasa bagus senjanya. Pun dengan masjidnya.

      Hapus
  4. Aku udah beberapa kali ke Namira dan takjub terus. Guede dan uadem. Enak. :D
    Tapi tiap ke sana selalu pas duhur. Sesekali pengen nyobain Subuh atau Magrib kayaknya lebih rame. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas subuh rame banget kok, Lan. Pokonya nyaman banget hahahha

      Hapus
  5. Terimakasih namira, kau menyelamatkan kami dr krisi air mandi selama di Lamongan. Wasalam.

    BalasHapus
  6. Mas nggak jadi ngambil nasi bungkusnya? *eh
    Tiap denger Namira kok inget Aya :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kan cuma mendengarkan ceramah dari luar. Biar itu untuk mereka yang khusuk di dalam masjid hahahahah.
      Kok bisa ya? Buahahahha

      Hapus
  7. kenapa nama masjidnya Namira mas? trus menara masjidnya emang miringkah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh lah ini yang aku bingung mbak hahahahha.
      Menaranya nggak miring kayaknya, mungkin dari sudut pengambilanku yang kelihatan miring

      Hapus
  8. Pertama foto senjanya indah banget kak, sungguh.. Syahdu banget ya salaaam.. Kedua, aku baru tahu kl ada masjid semegah dan segede ini milik perseorangan.. Subhanallah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Foto senja sahdu karena pakai filter jendela gerbong kereta :-D

      Hapus
  9. ohoooo, sunsetnya keren!

    ini mesjid terkenal banget. inget pas puasa lalu masuk TV dan selalu penuh ya. Semoga di kasih kesempatan buat shalat di sini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aslinya jauh lebih keren itu sunset.
      Aku malah baru tahu kalau masjid ini begitu terkenal :-D

      Hapus
  10. Balasan
    1. Ahahahaha; tapi niat berburu foto di Alun-alun Lamongan gagal :-(

      Hapus
  11. Ngeliat foto mesjidnya dr luar, aku kok ngerasa menaranya miring yaaa.. Ato krn angle fotonya aja mas?

    Tiap kali traveling, sebisa mungkin aku slalu cari mesjid2nya yg terkenal di tempat yg aku datangin. Syukur2 bisa dpt mesjid di kota/ negara yg mayoritas non muslim. Dan masuk ke tempat ibadah gitu, berasa lgs adeeem banget. Apalagi kalo mesjidnya luas, langit2 tinggi dan penuh ukiran.. Lgs bisa khusyuk sholatnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya sudut pengambilanku mbak yang membuat miring.

      Benar banget mbak, menyempatkan salat di masjid tempat dikunjungi itu menjadi hal yang menyenangkan.

      Hapus
  12. Bangunan Masjid nya sangat bagus banget. Eh ia menaranya itu miring ya, Mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masjidnya memang megah :-)
      Itu miring karena sudut pengambilan fotoku mas. Sepertinya begitu.

      Hapus
  13. Masjide megah banget mas. Semoga masjide juga ramai dikunjungi. :D Kalau ke Lamongan, masjid Namira perlu disinggahi ni.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ramai banget yang berkunjung mas. Rata-rata mereka yang pulang/mau berangkat ziarah ke Tuban.

      Hapus
  14. hebat ya .. pribadi yang membangun mesjid besar dan indah seperti ini.
    Apalagi ramai dikunjungi pahalanya semakin besar, semakin berkah.

    BalasHapus
  15. Di Pekanbaru jg ada masjid Namira.. apa masih sodara ya yang bikinnya... tapi lebih luas yang di Lamongan sih...

    BalasHapus
  16. Bentar deh. Itu motoin gunung, trus ada rel nya...difoto dari jendela KA. Kok bisa ya ._. posisinya gimana tuh? ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Posisinya dari gerbong paling belakang. Di gerbong tersebut ada jendela yang menghadap ke belakang, bukan samping (kalau samping malah pintu keluar)

      Hapus

Pages