#JLFR (Jogja Last Friday Ride) Jogja Lautan Sepeda Onthel - Nasirullah Sitam

#JLFR (Jogja Last Friday Ride) Jogja Lautan Sepeda Onthel

Share This
Jum’at malam nanti 27 September 2013 Jogja kembali dipenuhi para pecinta sepeda. Kegiatan rutin yang dinamakan Jogja Last Friday Ride (#JLFR) kembali berlanjut. Mereka biasanya kumpul di Kridasono menunggu peserta, lalu mengayuh sepeda pada pukul 19.30 WIB. Sekedar menginfokan, JLFR kali ini yang ke 41.
Stiker JLFR 
JLFR bulan ini mengambil rute dari “Kridosono – Ronodigdayan – Taman Siswa – Sugiyono – Katamso – Alun-alun Lor – KH. A. Dahlan – Bayangkara – Suprapto – Diponegoro – Mangkubumi. Jadi bisa dibayangkan apabila kalian melewati sepanjang jalanan ini nantinya berpapasan dengan ratusan sepeda.
Rute JLFR #41 (Dok. Twitter JLFR)
Informasi dari akun twitter @Friday_Ride mengatakan JLFR ini bukanlah sebuah komunitas sepeda, tetapi sebuah akvititas untuk bersepeda. Kegiatan ini sebagai simbol protes yang dapat mereka lakukan untuk sosialisasi sepeda kepada masyarakat. Mereka berpendapat saat ini Jogja sudah terlalu penuh dengan kendaraan bermesin yang mengakibatkan kemacetan, boros BBM, dan tingkat kecelakaan tinggi.

Kegiatan sepeda bersama ini mayoritas diikuti oleh pelajar. Bukan tidak mungkin ke depannya sepeda menjadi sarana transportasi dalam bepergian (sekolah/kerja) dengan jarak lokasinya tidak terlalu jauh. Hal ini mengingatkan kita pada Sego-segawe, Bike to work ataupun komunitas lainnya.

Kembali ke kegiatan JLFR, harapannya masyarakat bisa memaklumi apabila pada malam sabtu nanti ratusan sepeda tumpah ruah di jalanan, dan mungkin akan mengganggu perjalanan anda untuk sementara waktu. 

Bagi sebagian kalangan merasa sedikit aneh karena banyak sepeda yang jalan bersamaan. Memang aneh bagi yang jarang melihat, namun tidak aneh bagi yang berada di Jogja dan secara kontinyu ikut gelaran JLFR.
Memadati jalanan Jogja
Sepeda juga kendaraan, jadi jangan pandang sedikit aneh apabila melihatnya berjalan bersama-sama. Mungkin sebagian Polantas akan sedikit bekerja keras ketika ratusan sepeda ini melewati perempatan. Tidak sedikit dari pesepeda yang mengabaikan lampu lalu lintas, saya berharap nantinya polisi dengan senang hati mengatur kami (pesepeda) agar dapat diberi jalan sementara, dan berharap para pengendara bermesin rela waktunya kami sita sementara untuk lewat.

Saya pribadi berharap dengan adanya kegiatan rutin seperti ini bisa menjadi contoh untuk kota-kota lainnya. Bagi teman-teman pelaku JLFR bersepeda itu bukanlah tuntutan, tapi merupakan rasa kepedulian diri terhadap lingkungan. Bagi teman-teman lain, bersepeda adalah kesenangan (hobi) yang dapat mereka lakukan disetiap hari, dan bagi saya pribadi, bersepeda adalah sarana saya untuk menuju tempat kerja.

Bagi saya, bersepeda itu tidak hanya sebulan sekali pas waktu JLFR saja. Tapi sebisa mungkin kita bersepeda saat kita memang ingin berpergian (tidak terlalu jauh). “Kakiku tidak akan pernah capek untuk mengayuh pedal ini”. Salam “pancal” bagi para pecinta sepeda/goweser…!!! *Tulisan ini saya posting juga di kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages