Kaki-kaki kecil ini
terus menapaki hamparan pasir luas. Padangan terjurus pada hempasan ombak
menerpa tepian pantai. Aku terus berlari mengabaikan sapaan angin laut,
membiarkan batu-batu karang menatapku dengan penuh tanda tanya. Aku ingin
melepaskan semua beban dipundak ini dengan berlari. Berlari lebih kencang,
lebih jauh, kemudian menghempaskan diri ini ditengah-tengah samudra. Semoga
bebanku ikut terbawa arus laut kali ini. Seperti itulah pikiranku saat kecil,
saat harus menangis dan berteriak kencang disalah satu sudut pantai. Aku hanya
ingin berlari.... Berlari.... Terus berlari....
![]() |
Ilus: Berlarian ditepi pantai (Sumber: www.terragalleria.com) |
Terpikirkan juga saat itu aku ingin berlayar sendirian
ditengah samudra. Menantang badai dan menertawakan ombak yang menerjang
sampanku. Dengan teriakan lantang aku keluarkan semua sumpah serapah ditengah
lautan. Aku tidak pernah menggubris apakah nantinya badai ini datang lebih
lama, ataukah ombak ini marah dan membentuk luapan besar menjadi tsunami dan
melahapku bersama sampan kayu kecilku. Mungkin saat itu bebanku hilang bersama
kehidupanku.
![]() |
Ilus: Berlayar menerjang badai lautan (Sumber: imgarcade.com) |
Beranjak lebih remaja aku masih berlari. Menerobos setiap
sela-selah kayu dan belukar diantara kegelapan. Terkadang harus terjatuh dan
terhadang akar pohon yang besar, kemudian aku bangkit dan berlari lagi.
Kuhabiskan tenaga ini hanya untuk berlari lebih kencang, berharap beban ini
tertinggal jauh dibelakangku dan tersesat. Tentu aku akan tertawa saat diri ini
bisa meninggalkan beban dihutan belantara, aku pasti puas dan berdoa semoga
beban itu tidak akan pernah kembali.
![]() |
Ilus: Berlari menerobos hutan belantara (Sumber: www.shutterstock.com) |
Aku juga pernah berkhayal untuk hidup seperti saat manusia
jaman dahulu. Hidup berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain dengan
tujuan dapat melangsungkan hidup. Aku justru berpindah satu tempat ke tempat
lain untuk menghilangkan jejak dari kejaran beban pikiran. Membuat sampan dari
kayu, menuju pulau yang lebih jauh. Kemudian berlayar lagi menuju pulau yang
terpencil, dan begitu seterusnya. Sampai rasa beban ini merasa letih untuk
terus mengejarku. Akupun tersenyum merasa menang dan menjadi lebih pongah.
![]() |
Ilus: Menghilang ke pulau terpencil (Sumber: packrafting.org) |
Waktu semakin cepat berlalu, dan kehidupan menjadi lebih
modern. Kali ini aku tidak lagi berlari untuk melepaskan diri dari beban
pikiran. Ada kalanya kukayuh pedal sepeda melewati jalanan yang sulit dan
terjal. Menyusuri jalan setapak yang tidak pernah terdeteksi oleh GPS. Atau
menerbangkan diri menggunakan pesawat menuju tempat lebih jauh, kemudian
menarik gas sepeda motor sekencang-kencangnya. Yah, aku berharap pelarianku
dari beban pikiran ini mulai jenuh dan putus asa. Itu harapanku saat itu.
![]() |
Ilus: Memacu kendaraan lebih cepat (Sumber: victoriacumbow.com) |
Namun ternyata apa yang aku harapkan tidak akan pernah sama.
Sejauh apapun, sepanjang apapun aku terus menjauh, beban itu tetap setia dan
masih sanggup mengejarku. Kali ini aku berdiri dan tidak ingin berlari lagi.
Sudah bukan waktunya lagi aku berlari. Aku mulai berjalan pelan namun pasti.
Mencoba merasakan dan mengenal lebih dekat beban apa yang sedang ada
dipundakku. Aku tahu, apa yang harus aku lakukan terhadap beban kali ini. Aku
sadar, beban ini tidak akan pernah bisa menghilang selamanya.
![]() |
Ilus: Menatap dan menghadapinya sekarang (Sumber: glossynews.com) |
Ketika aku terus berlari, yang ada dalam pikiranku hanyalah
ingin menghilang sesaat. Aku tidak pernah menikmati apapun disaat aku berlari.
Kini, aku hanya ingin berjalan. Aku tatap ke depan dengan pasti. Berjalan
ternyata lebih bisa menikmati apa yang kurasa. Aku tahu didepanku itu indah,
jadi akan sangat sia-sia jika aku lewati hanya dengan berlari cepat. Aku
putuskan, kali ini aku berjalan pelan dan pasti. Berusaha bercanda dengan
beban, kemudian melepaskan beban itu dengan terseyum.
Baca juga postingan yang lainnya
Beban hidup merupakan ujian peningkatan kualitas diri, jika mampu dihadapi sebaiknya diselesaikan ya... Kalo berlari terus bisa pegel2 hehe
BalasHapus:-D
HapusEmang bener mas, capek kalo lari terus haaaa..
Wah gak bisa bayangin kalau hidup kita kembali ke jaman silam. Kalau perlu ke jaman batu seperti dulu sekali. Apa benar ada mesin waktu ya
BalasHapusWah itu yang bisa jawab Doraemon pak :-D
HapusHeeee
beginilah hidup, kadang harus berlari, berjalan dan kadang harus berhenti :)
BalasHapus..... dan kembali berlari lagi :-)
Hapus