Tiada Payung, Daun Pisang pun Jadi - Nasirullah Sitam

Tiada Payung, Daun Pisang pun Jadi

Share This
Jika kita kembali mengingat masa kecil, segala hal saat itu indah. Senang, sedih, marah, atau apapun itu akan menjadi kenangan manis. Sadar atau tidak, kita pasti tersenyum saat mengingat masa-masa kecil. Adakalanya kita sedih, tapi lebih banyak yang terbayang oleh kita adalah hal yang lucu, memalukan, dan menyenangkan. Pernahkah kita mengingat saat masih SD main air hujan? 

Waktu masih kecil, hujan bukan berarti sebuah hambatan kala berangkat ataupun pulang sekolah. Aku masih ingat waktu masih SD sering jalan kaki menuju sekolah dengan jarak 4km. Melewati hutan mangrove dan perkebunan (kalau musim jambu/mangga) sering bersua dengan gerombolan Kera. Lupakan dulu gerombolan kera, karena fokus kita saat ini adalah mengingat moment hujan.

Setiap hujan deras, banyak di antara kita berteduh di teras sekolah, di bawah pohon rindang. Tapi bagi sebagian anak laki-laki seperti aku dulu, hujan adalah berkah. Apapun harinya; Senin – Sabtu. Hujan dikala pulang sekolah adalah panggilan alam untuk bermain. 

Tidak percaya? Lihatlah di dusun-dusun seperti kampungku, ketika hujan turun, segerombolan anak laki-laki bukannya berteduh malah mencari bola dan bermain bola di lapangan depan sekolah. Suara teriakan guru yang melarang terabaikan, hukuman dan bentakan orangtua waktu pulang nanti terlupakan. Pokoknya yang penting kami bermain bola sambil hujan-hujanan, tidak peduli kalau sekarang hari Senin, baju kotor urusan nomor sekian.
Bermain saat hujan turun
Bermain saat hujan turun (sumber: www.pikiran-rakyat.com)
Ada yang lain? Tentunya ada. Hujan deras jarang membuat kami saat kecil pantang pulang. Kalau kita ingat pepatah “Sedia payung sebelum hujan” tentu pepatah itu jarang kami gunakan, terlepas apapun itu sebenarnya hanya sebuah kata kiasan. 

Jika hujan turun, kami tentu tetap pulang. Tanpa menggunakan payung, tidak punya mantel/jas hujan. Kami pasti pulang bergerombolan menggunakan daun pisang untuk dijadikan sebagai pengganti payung. 

Pernah melakukannya? Hemmm, kalau belum tentu kalian tidak tahu bagaimana sensasinya memotong pelepah pisang tanpa menggunakan pisau. Memotong pelepah pisang menggunakan batu, dan apapun yang dirasa oleh kami tajam.
Tanpa payung, daun pisang pun jadi
Tanpa payung, daun pisang pun jadi (sumber: www.kaskus.co.id)
Dan ketika hujan telah reda, gerombolan anak kecil itu pulang kerumah dengan baju kumal, tas basah, serta kerisauan hati yang mendalam. “Pasti ibu marah, pasti bapak marah, pasti aku kena hukuman untuk mencuci pakaianku sendiri sore ini.” Namun disisi lain, segerombolan anak itu tersenyum bersama dan bilang “Besok kita hujan-hujanan lagi.” Dunia terasa indah bagi kehidupan sewaktu masih kecil.
Janjian, besok kita hujan-hujanan lagi ya
Janjian, besok kita hujan-hujanan lagi ya (sumber: www.kaskus.co.id)
Aku selalu teringat akan cerita-cerita tentang hujan, tentang daun pisang, tentang bermain bola di tengah-tengah genangan air, atau tentang rasa takut tatkala mendengar petir menggelegar. Bagiku dulu hujan memang sebuah seruan untuk bergembira. 

Terlepas nanti terkena flu, masuk angin, kepala sakit, dan lainnya. Jika hujan datang, aku selalu berdendang. “Hujan mengingatkanku ketika masih kecil, menyeruak di antara jalanan tergenang air tanpa menggunakan alas kaki, dan berpayungkan daun pisang,”. 

Hujan membuat aku semakin sadar darimana diriku berasal, hujan membuat aku rindu dengan gerombolan anak kecil masa itu, hujan membuat aku menangis bahagia untuk mengenang masa kecil.

8 komentar:

  1. betul tuh dulu waktu kecil sering ujan-ujanan tapi sekarang udah besar malu mau ujan-ujanan teh hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heee, kalo aku masih seirng ujan-ujanan sambil naik sepeda :-D

      Hapus
  2. Foto dua anak SD yang sedang dipayungi oleh Daun Pisang, yang sebelah kanan mirip dengan foto masa kecilnya Pak Dahlan ISkan, mantan menteri BUMN era pak SBY

    BalasHapus
  3. Aku pernah pas kelas 2 SMK menggunakan daun pisang untuk berlindung dr air hujan. Indah memang rasanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kalau itu keren deh :-)
      Aku paling waktu SD - SMP, kalau SMA tempat kos tinggal loncat sama sekolahan :-D

      Hapus
  4. ahhh hujan selalu membawa cerita mas nasir keren kok emng hujan tuh kece badai...

    BalasHapus

Pages