Memandang Gunung Merapi dari Puncak Becici, Muntuk, Dlingo - Nasirullah Sitam

Memandang Gunung Merapi dari Puncak Becici, Muntuk, Dlingo

Share This
Sesuai dengan arahan sekelompok anak SSB Muntuk, perjalanan naik sepeda aku lanjutkan. Usai menikmati sejuknya  Hutan Pinus, Dlingo, bergegas kukayuh sepeda ke arah Muntuk. Tujuan kali ini adalah Puncak Becici, sesuai keterangan pada plang hanya berkisar 1.5 KM. 

Aku masih buta jalan, sehingga mengayuh pedal sepeda santai. Jalan menanjak sedikit, lebih banyak turunan. Belum terpikir jalan pulang melalui rute mana, pokoknya nikmati saja jalan menurun. Sepanjang jalan terlihat warga setempat sedang kerja bakti membersihkan tepi jalan.

Aku sejenak menyapa, lalu bertanya lokasi Puncak Becici. Sebenarnya aku melihat plang tulisan “Puncak Becici 600 meter”. Tapi karena banyak warga setempat kerja bakti, aku tetap bertanya. Ini adalah salah satu cara agar aku lebih dekat dengan warga, dan beliau pun ramah-ramah.
Plang bertuliskan Puncak Becici
Warga setempat sedang kerja bakti
Warga setempat sedang kerja bakti
Tulisan dan plang petunjuk kearah Puncak Becici, Dlingo
Tulisan dan plang petunjuk kearah Puncak Becici, Dlingo
Dari seorang bapak menginformasikan jika lokasi puncak Becici masuk ke dalam jalan setapak. Ada plang petunjuk arahnya. Aku sedikit lebih paham rute. Sembari mengucapkan terima kasih, aku kembali mengayuh pedal sepeda mencari lokasinya. Benar saja, di kiri jalan ada plang petunjuk arah. 

Jalanannya tanah liat serta sedikit licin karena air hujan. Kubelokkan sepeda mengikuti jalan setapak. Ternyata jalan kecil ini cukup ramai dilewati warga setempat. Laju sepeda kupelankan.

Tidak jauh dari jalan utama, terdapat bangunan rumah yang dijadikan parkir. Aku memarkirkan sepeda, dan bertanya berapa bayar karcisnya. Seorang bapak beserta dua anaknya mengatakan karcisnya 2000 rupiah, aku langsung membayar. Kemudian aku berusaha melobi agar sepeda diperbolehkan naik ke puncak. 

Awalnya bapak tersebut agak ragu, namun kemudian memperbolehkan. Aku tidak langsung menuju puncak, kusempatkan berbincang dengan ibu-ibu yang mengurusi bibit pohon Pinus. Mereka mengatakan sedang mereboisasi pohon pinus di bukit. Setelah itu aku menyusuri jalan setapak menuju Puncak Becici.
Bangunan untuk parkir kendaraan
Bangunan untuk parkir kendaraan
Jalan setapak menuju puncak Becici
Jalan setapak menuju puncak Becici
Sekelompok ibu yang sedang mengurusi bibit pohon pinus
Sekelompok ibu yang sedang mengurusi bibit pohon pinus
Walau jalannya hanya satu, tetap saja diberi plang petunjuk arah agar mempermudah pengunjung. Selain itu juga ada tulisan pada sebuah pohon Pinus yang bertuliskan “Hutan Adalah Paru-paru Dunia." Pesan tersirat agar kita tetap menjaga hutan. 

Namun ada pemandangan menarik pada batang pohon Pinus. Setiap batang terdapat semacam mangkuk buatan kecil untuk penampungan getah yang sudah disayat/deres. Aku lihat semua pohon Pinus yang di sini ada sayatan/deresan getah. Karena penasaran, aku bertanya pada seorang bapak yang menanam jagung. 

Ternyata memang dideres oleh PT. Kegiatan ini sudah berlangsung lama, mungkin Pinus ini punya PT, aku tidak tahu. Karena di sini memang tidak ada papan tulisan Hutan Lindung layaknya di hutan Pinus yang dekat jalan raya tadi. 
Masih jalur menuju puncak Becici
Tulisan Hutan adalah Paru-paru Dunia
Tulisan Hutan adalah Paru-paru Dunia
Batang pohon pinus yang diambil getahnya
Batang pohon pinus yang diambil getahnya
Hampir sampai di puncak Becici jalannya kecil. Di sisi kanan adalah jurang lumayan dalam. Harus hati-hati saat menaiki sepeda. Di atasnya lagi tersusun anak tangga kecil terbuat dari tanah liat. Jalan setapak ini berdekatan dengan jurang. Pada baigan tertentu, di sisi kanan terpasang pagar kayu dan bambu. 

Sejenak aku berhenti untuk menikmati pemandangan. Cukup indah, Gunung Merapi terlihat jelas dari sini. Kusandarkan sepedaku di pagar dan mengabadikan. Bisa jadi kalau aku datang jauh lebih pagi tentunya sangat indah.
Tepat di dekat puncak Becici
Tepat di dekat puncak Becici
Menyandarkan sepeda di dekat Puncak Becici, Dlingo
Menyandarkan sepeda di dekat Puncak Becici, Dlingo
Dengan sigap aku naiki tangga terakhir sampai sebuah dudukan terbuah dari bongkahan batang kayu. Aku melihat keindahan alam dari Puncak Becici. Benar kata anak SSB Muntuk kalau tempat ini menyajikan pemandangan indah.

Selain sepi dan udara bersih, sepanjang mata memandang terlihat sawah-sawah, rumah warga, dan tentunya gunung Merapi dan Merbabu yang menjulang tinggi sebagai pembeda. Untuk sesaat aku menikmati suasana sunyi ini. Belum tentu beberapa tahun ke depan tempat ini masih sunyi.

Puncak Becici ini lebih indah kalau kita datang pada sore hari, karena menurut informasi dari warga setempat (dua anak warga yang bertemu denganku di puncak) mengatakan, jika sore hari kita dapat melihat matahari terbenam indah. Ini artinya kita dapat melihat sunset dari Puncak Becici.

Belum terbayangkan bagaimana pemandangan kala senja di tempat ini. Bagiku, Puncak Becici lebih indah dari Bukit Bintang saat senja. Aku sedikit menyimpulkan tersebut karena pemandangannya di sini lebih asri dan menghadap ke sisi utara serta barat.
Pohon penanda puncak Becici
Pohon penanda puncak Becici
Pemandangan dari puncak Becici, terlihat Gunung Merapi dari kejauhan
Pemandangan dari puncak Becici, terlihat Gunung Merapi dari kejauhan
Pemandangan dari puncak Becici, terlihat Gunung Merapi dari kejauhan
Aku mengabadikan sepeda, kemudian meminta dua remaja (kelas 3 SMP setempat) untuk mengabadikan aku bersama sepedaku. Kemudian aku meminta mereka berdiri di samping sepeda, dan aku abadikan. Jika tidak ada mereka berdua, tentu aku akan kesulitan mengabadikan dengan sepeda.

Terima kasih untuk dua remaja yang menemaniku di sini. Dari mereka, aku dibantu menyusuri rute menuju Perempatan Terong. Perempatan yang bisa membawaku ke kawasan Dlingo dan sekitarnya.
Mengabadikan sepeda di puncak Becici
Mengabadikan sepeda di puncak Becici
Mengabadikan sepeda di puncak Becici
Mengabadikan sepeda di puncak Becici
Dua remaja setempat yang menemaniku di puncak Becici
Dua remaja setempat yang menemaniku di puncak Becici
Aku turun menuju jalan arah dan mengambil jalur belok kiri ke arah perempatan Terong. Katanya dari sana aku bisa pulang ke Jogja bisa melalui Pleret atau melalui Patuk. Kukayuh pedal sepeda menuju perempatan Terong.

Entah nanti mau ambil jalur mana, ambil jalur Pleret, Patuk, atau malah blusukan lagi di kawasan Dlingo yang lainnya? Aku tidak tahu, yang penting aku kayuh pedalku sampai perempatan Terong. Sepertinya rencana bakalan berubah saat sampai di perempatan Terong. *Puncak Becici; Minggu, 07 Desember 2014.

Pemutakhiran Informasi
Dua tahun berselang, informasi berkaitan dengan Puncak Becici makin banyak. Postingan di media sosial erat berkaitan dengan senja di Puncak Becici. Akhirnya tempat ini menjadi salah satu destinasi populer di Jogja.

Menariknya lagi, selang tiga tahun; tepatnya tahun 2017. Puncak Becici menjadi sorotan para wisatawan manca. Hal ini dikarenakan adanya kunjungan Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama yang menyempatkan waktu menyusuri pinus di Puncak Becici.

24 komentar:

  1. Wah kuat ya. Sepedanya di angkat.
    Wuiihhhhhhhhh

    BalasHapus
  2. Wah bagus nih pemandangannya, apalagi sambil sepedaan :D

    BalasHapus
  3. jadi sehat nih sampek punacak pake sepeda. hehee pemandangannya bagus mas..

    BalasHapus
  4. wah kecee mas saya malah baru tau ada puncak becici kapan" dah kalo ada sponshor tak jalan ke sana hehe mantap mas rullah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaa, kayaknya model-modelnya nanti pada pengen kesana mas. Paketan Hutan Pinus + Becici :-D

      Hapus
  5. waahh lagi bagus bgt, merapinya keliatan.. pas kesini mataharinya udah ketutup :D

    BalasHapus
  6. baru tau ada puncak becici, nyesel kemaren ga mampir :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal hanya berjarak 3 km dari Mangunan loh :-)

      Hapus
    2. asem :D insyaalloh besok mampir

      Hapus
    3. Haaaa, sekalian mutar dlingo, lanjut cari lokasi lain yang masih alami mas :-)

      Hapus
  7. Blusukan dan akhirnya menemukan pemandangan gunung merapi yang indah dari puncak becici yang uar biasa Kang, apalagi masih banyak hamparan sawah, menambah rasa kangen tuk segera kembali pulang nih Kang. he,, he,, he,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahahahha, abis mutar-mutar di Singapura lanjut balik Indonesia lagi kang, ayooo blusukan lagi :-D

      Hapus
  8. Akhir-akhir ini sedang "booming" wisata gardu pandang yang menyajikan pemandangan alam. Di sisi lain menarik karena menjadi alternatif untuk melepas penat di waktu liburan yang singkat. Di sisi lain juga semoga pembukaan wisata-wisata serupa di tempat lain (Tebing Keraton, Punthuk Setumbu, dll) bersifat ramah lingkungan. Seperti kita tahu, tabiat kebanyakan orang Indonesia masih saja tak memandang sampahnya sendiri sebagai tanggung jawabnya.

    Btw, Merapinya gagah ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga berpikiran seperti itu mas. Kemarin saya sempat main ke sini lagi. Banyak yang sudah berubah, harapan kita sama mas. Semakin banyak yang berkunjung, semoga tetap terjaga kebersihan dari sampah yang berserakan..

      Hapus
  9. Mantap bener ini puncaknya.
    Musti segera merapat kesana ini.
    Thanks min info wisata asiknya.
    Salam Jelajah Jogja Istimewa :)

    BalasHapus
  10. mampir mas ke bromo sini, ga kalah bagus kok pemandangannya hehe :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengen banget mas, hanya saja belum ada waktu. Padahal teman-teman pesepeda dari Jogja sudah banyak banget yang bersepeda sampai Bromo.

      Hapus
  11. Td aku melihat jalur tanah nya utk tempat lewat sepeda, lgs jiper hahahaha. Kyknya sempit, mana di sisi satunya seperti jurang :p. Kyknya aku jalan kaki aja kalo mau ke atasnya mas :p

    Tapi aku akuin, cakeeeeeep bgt tempatnya dr atas gitu ya mas. Apalagi pemandangan gunungnya dr kejauhan :). Aku hrs kesana sih kapan2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhhaha, emang bagusnya pas jalanan seperti itu mbak. Lebih greget rasanya :-)

      Hapus

Pages