Tetesan air hujan menyatu dengan
embun pagi membasahi tiap ruas besi tua Jembatan Soka Pundong. Kami meninggalkan Jembatan Pundong menuju arah Watu Lumbung.
Sebuah tempat yang tahun 2015 mulai bersolek dengan konsep Kuliner, Wedangan,
sambil dimanjakan pemandangan Jembatan Kretek, serta menjulang tinggi gunung
yang terlihat di kala cerah. Lokasi Watu Lumbung memang masuk dalam daftar
tujuanku, niatku di sini nantinya akan menikmati wedang sambil ngobrol santai.
![]() |
Pemandangan dari Watu Lumbung |
“Seru kan kalau nanti di sana menyeduh teh dan makan pisang rebus,” Kataku tertawa.
“Masih sepi, ya? Kita kayaknya kepagian,” Celetuk mbak Dwi.
Ketiga temanku menyusuri jalan
setapak mencari sang empu. Sebuah radio di dalam ruangan berbunyi nyaring dan melantunkan
lagu. Ini artinya sang empu ada di sini. Usut punya usut, sang empu sedang
tertidur lelap. Kami jadi bingung membangunkannya atau tidak, aku melangkah ke
sudut lain, di sana ada beberapa piring dan gelas yang belum dibersihkan. Pasti
sang empu pemilik tempat ini habis bergadang dan baru istirahat. Kami putuskan
untuk bersantai saja, aku masuk ke sebuah banguan kecil yang bertuliskan
“Perpus”.

![]() |
Perpustakaan di Watu Lumbung |
“Banyak juga koleksinya,” Gumanku sendiri seraya membaca.
Sebelumnya, aku meminta maaf pada
pemilik tempat ini karena saat ke sini terlalu pagi dan memotret tanpa ijin.
Tapi niatku hanya ingin menulis saja, tanpa berniat mengkomersilkan setiap
tulisan di sini. Semoga sang empu Watu Lumbung bisa memaklumi.
“Nggak bisa pesan wedang, dong?” Celetuk Gallant.
“Minimal bisa bersantai sambil baca buku,” Seloroh kami.
Ya, Watu Lumbung memang sedang
bersolek. Bagiku ini sangat menyenangkan, tak hanya tentang kuliner; di Watu
Lumbung ini juga menyediakan fasilitas perpustakaan kecil yang berisi buku.
Kita dapat membaca koleksi buku seraya menikmati wedang. Atau sekedar bersantai
di tepian Gardu Pandang dengan membaca buku.
![]() |
Pemandangan dari Watu Lumbung |
![]() |
Gardu Pandang Watu Lumbung |
Kami bawa beberapa buku mengikuti
jalan setapak. Di sisi kiri terdapat papan tulis dengan segala coretan kesan.
Setiap pengunjung bisa meninggalkan jejak (tulisan) di sini dengan menulis nama
atau inisial. Atau malah menulis kesan selama berada di sini. Dari sini aku
dapat melihat indahnya Jembatan Kretek kala pagi. Kabut yang menggelayut
beranjak menghilang tersapu angin. Sementara sang mentari masih malu-malu
meneroboskan cahayanya. Kulihat jam ternyata masih pukul 07.25 WIB. Masih
sangat pagi dan sepi, di bawah sana seorang bapak asyik membersihkan lahannya,
sepertinya beliau juga mempunyai tempat untuk kuliner tepat di tikungan yang
menanjak.
Aku terdiam sesaat, melihat konsep
tempat kuliner yang indah. Di tanganku sebuah buku Hold Tight: Pegang Erat kulibas beberapa halaman saja. Kemudian
berjalan mengelilingi tempat ini. tidak hanya gardu pandang, di sini juga ada
deretan kursi bambu tepat di bawah Gardu Pandang, tak ketinggalan sebuah alat
musik gamelan di gazebo. Bahkan ada beberapa sepeda tua yang terparkir di
pinggir jalan.
![]() |
Formasi Lengkap ke Watu Lumbung |
“Lain kali ke sini agak siangan, biar bisa wedangan,” Ujarku masih penasaran pengen
wedangan di sini.
“Berarti harus agak sorean. Biar sekalian bisa motret,” Timpal Gallant.
Kami berkumpul di satu tempat,
kemudian aku mengabadikan teman-teman di sini.
Mbak Dwi dan Mbak Aqied foto berdua, serta Gallant (orang yang jarang
pengen difoto) sendirian, setelah itu kami berempat. Sementara temanku lainnya,
mas Febri masih asyik mengabadikan dirinya dengan sepeda.
Ya, kami memang gagal tak bisa
menikmati kuliner pagi; karena jam buka baru pukul 09.00 WIB. Aku tetap
berencana akan ke sini lagi untuk menuntaskan misi menikmati kuliner di sini.
Puas bersantai, kami meninggalkan Watu Lumbung. Mengikuti arahan mbak Dwi
sebagai tuan rumah. Kami tidak tahu kali ini harus ke mana lagi sebelum balik
ke Jogja. Khusus untuk mengelola Watu Lumbung yang tempatnya aku jadikan objek
berfoto; kami berterima kasih sekaligus minta maaf jika apa yang kami lakukan
ini kurang berkenan. *Kunjungan ke Watu
Lumbung Bantul pada hari Sabtu, 13 Februari 2016.
keren mas pemandangan dari gardu pandangnya,
BalasHapusperpusnya sederhana, tapi menarik sekali nampaknya
Benar mas, minimal koleksi tersebut berguna bagi pengunjungnya :-D
HapusWeitz,,, baru tahu mas aku ada Watu Lumbung disini tak jauh dari Jembatan Soka,,,,
BalasHapusBener - bener unik, warungnya ada perpustakaannya juga,,, lumayan banyak lho mas koleksinya,,,
Tapi kamu bawa pulang nggak mas bukunya? hahahaha,,, pizzzzzz a
Keren dah, keren :-)
Heeee, bisa dikunjungi loh, mas. Wah nggak lah; kan koleksinya hanya baca ditempat :-D
HapusJadi kapan mas sitam ulangtahun? Menunggu sunset di sini kayanya boleh juga yaa... maleme miedes haha
BalasHapusMbak Dwi mau menraktir? Asyik rejeki anak kos hahahahhah
Hapusaku jarang difoto karena aku lagi jelek kak :(
BalasHapusCukur rambut dulu biar rapi dan lebih ganteng hahahahha
Hapushmmmm .... enak bener baca buku di gardu pandang itu .. kerennnnn
BalasHapusyang bikin enak suasananya, kang :-D
HapusWah jadi pengen nih kalau bisa berkunjung kesana apalagi sama teman teman pasti rame kali ya kang ?
BalasHapusEnak lagi kalau sore sekalian liat sunset, kang :-D
HapusMenarik...menarik! *catat dalam list* :D
BalasHapusHeeee ke sini sore lebih aku rekomendasikan, mas :-D
HapusHalo, salam kenal.
BalasHapusKunjungan perdana nih dan langsung disambut dengan cerita menarik. Saya jadi penasaran pengen main ke Watu Lumbung nih.
Btw blognya asyik, sepertinya saya bakal betah main disini :)
Wah terima kasih udah dikunjungi "ransel hitam" :-D
HapusSaya masih baru kak di dunia blog. Salam kenal :-)
Subhanalloh indah sekali, saya baru tahu kalau di bantul ada gardu sepanjang itu dan juga tempatnya sangat nyaman, bisa betah lama2 kalau main ke tempat ini mah :D
BalasHapusIni sebenarnya palings eru kalau datang sore hari, sambil nyeduh minuman dan melihat sunset :-D
Hapuswah kece mas kayak bolang hehehe
BalasHapusHeeee, bolang tak nggak pernah tahu mau ngapain, mas :-D
Hapus