Pohon Kayu Putih di jalan arah ke Mangunan dari Bukit Hijau BNI |
Sekian
lama tidak bersepeda menuju destinasi wisata di Jogja membuatku ada rasa rindu. Rindu mengayuh pedal, menikmati
setiap tanjakan, menuntun sepeda, dan tentunya rindu mengabadikan diri bareng
sepeda di tempat tertentu. Jika tidak salah, dalam beberapa kesempatan
bersepeda di Jogja, aku hanya mengambil jalanan yang rutenya datar. Seperti
waktu menyusuri candi bareng sebagian teman Pitnik, pun juga bersepeda bareng Jogja Women Cyclist. Itupun belum
kutulis di blog.
Mendekati
akhir pekan, aku tak sengaja melihat postingan di Instagram mengenai lokasi
wisata baru di Jogja. Aku berinisiatif mengirimkan gambar tersebut di grup WA
sepeda. Kesepakatan pun didapatkan, hari sabtu kami akan menuju TKP melalui
jalur Bukit BNI Imogiri. Terang saja, jalan itu terdapat tanjakan yang beragam.
Aku mengiyakan, sekaligus menyiapkan fisik agar tidak kaget saat melalui
tanjakan tersebut. Tepat hari sabtunya, aku dan kedua temanku langsung
menyusuri jalan Imogiri Timur dan menikmati teduhnya waktu pagi. Beruntungnya,
aku bisa mengabadikan cahaya yang menerobos di antara dahan dan dedaunan.
Cahaya mentari menerobos di antara dedaunan yang rindang |
“Pas banget waktunya. Jarang-jarang kita
bisa mendapatkan momen seperti ini,” Ujarku kegirangan.
Benar
sekali, cahaya pagi yang menerobos di antara dedaunan dengan sedikit kabut
tipis adalah pemandangan yang indah. Setiap orang pasti ingin mengabadikannya.
Aku rasa, selama aku bersepeda dan menenteng kamera agak mumpuni. Ini adalah
watu yang paling kucari. Pagi hari yang teduh dan secercah cahaya.
Kesenangan
ini bersifat sesaat. Karena di depanku sudah mulai terlihat tanjakan. Jadi,
untuk sementara aku masukkan kamera ke dalam tas dan mulai melintasi tanjakan
tersebut. Inilah nikmatnya bersepeda, olahraga yang menyehatkan sekaligus
menyenangkan. Belum sarapan makanan, sudah menikmati tanjakan. Tanjakan pertama
lolos dengan nafas terengah-engah. Namun tanjakan kedua yang lebih tinggi di
tambah tikungan membuatku harus turun dari sadel. Mungkin saat seperti inilah
waktu yang tepat untuk bilang;
Setiap tanjakan itu dinikmati |
“Selamat
Berakhir Pekan!!”
Jalan
menuju Bukit Hijau BNI cukup rindang. Banyak pepohonan yang membuat suasana
menjadi lebih nyaman. Perkebunan Jambu Mete terhampar di sini. Aku melihat ada
tulisan besar Bukit BNI di antara pohon Jambu Mete. Tak kuabadikan, aku masih
sibuk menuntun sepeda. Tepat di tengah perjalanan, sebuah gazebo kiri jalan
tampak lengang. Menurut temanku ini adalah Bukit BNI yang dimaksud.
Mari nuntun sepeda, jalannya asyik dan asri |
“Lah di sana tadi ada tulisan Bukit BNI
besar loh. Sumpah!!” Aku ngotot memberi tahu.
“Iya tadi aku juga lihat,” Ridwan
menambahi.
Febri
pun terdiam dan penasaran. Dia berkata kalau tak melihatnya. Karena kami
penasaran, aku langsung melontarkan ide untuk mencarinya. Sampai di ujung
tanjakan ada sebuah jalan setapak ke arah kanan. Aku melaluinya, dan melihat
area kebun singkong milik warga. Seorang bapak pemilik kebun sedang mengupas
Singkong kutanyai mengenai perihal tulisan BNI besar.
“Iya mas. Di sana, ikuti saja jalannya.
Nanti di akan jalan, tempatnya nggak jauh, tapi agak disemak-semak.”
Sedikit
pencerahan kami dapatkan dari bapak tersebut. Kami lewati jalan setapak
berbatuan, berhubung sepedaku bannya kecil. Jadi aku harus semangat nuntun. Di
sinilah kelebihannya bersepeda, kalau jalan kecil bisa dituntun atau malah dipanggul.
Tidak sulit menemukan tulisan Bukit BNI yang menjulang tinggi ini. Kami
akhirnya menemukannya. Lah ini tulisan di tempat semacam hutan buat apa ya? Di
sampingnya ada gazebo kecil yang kami buat untuk rehat sambil melepas lelah.
Target ketemu, ini tulisan besar "Bukit Hijau BNI" yang terlihat dari jalan |
Kupandangi
tulisan Bukit Hijau BNI yang menjulang di tempat ini. Bingung juga mau
mengabadikan dari mana biar terlihat semua. Aku menyibak rerimbunan di dekat
sana, namun lokasi yang agak di tebing membuatku kesulitan mengabadikan.
Bahkan, saat ingin motret sepeda di sini sja aku terjatuh. Nasib bener kurang
mujur. Akhirnya aku mengabadikan sepeda saja di salah satu tempat yang latar
belakangnya perbukitan.
“Di sana ada gardu pandang baru loh. Namanya
Watu Lawang, nanti kita singgah
sebentar,” Kata Febri pada kami.
Tak ada tempat strategis, semak-semak pun jadi |
Aku
hanya mengiyakan saja sembari menggaruk kaki yang gatal terkena semak-semak.
Sementara itu Ridwan terlihat akrab menerima telepon dari seberang. Ternyata
yang telpon adalah ibunya, dia bercerita kalau sekarang sedang bersepeda bareng
kami. Seru juga cerita ke ibu tentang sepedaan.
Melintasi Lahan Pohon Kayu Putih
Tak ada
pemandangan spesial di sini. Jika memang ingin mengabadikan tulisan sebesar
reklame yang bisa kita temui di pinggir jalan ini, kita lebih bagus
mengabadikan di jalan waktu tanjakan sebelum sampai gazebo Bukit Hijau BNI yang
ada di bawah tadi. Perjalanan kami lanjutkan ke arah Mangunan dan Hutan Pinus.
Belum terlihat tanjakan, yang ada malah pemandangan indah perbukitan dari sudut
lain. Lahan lapang ini membuat mata dengan bebas melihat ke arah perbukitan
tanpa terhalang pepohonan. Indah sekali pemandangannya, untuk sementara kami
melupakan tanjakan dan sengatan mentari yang mulai terasa.
Pemandangan perbukitan dari tepi jalan |
Semakin
sepeda dikayuh ke depan, pemandangan pun tak kalah indah. Kali ini yang aku
lihat adalah lahan Pohon Kayu Putih. Sepanjang jalan ini dipenuhi Pohon Kayu
Putih. Hanya saja batang Pohon Kayu Putih ini menjulang tinggi dan daunnya
sedikit. Pemandangan yang menarik untuk diabadikan. Segera aku menghentikan
sepeda, dan memotret Febri yang sudah lebih dulu di depanku.
Ruas jalan menuju Watu Lawang Mangunan |
Pohon-pohon
Kayu Putih ini terlihat mencolok. Jika pepohonan lain kulitnya cenderung lebih
gelap, kalau pohon ini malah berbeda. Batangnya tampak berwarna putih. Selain
itu dedaunannya pun tak banyak, ranting-ranting kecil yang ada daunnya tak
merata. Jika dilihat sekilas malah seperti tiang listrik. Aku memang pernah
melihat acara di televisi mengenai lahan Pohon Kayu Putih di area Gunungkidul,
tapi baru kali ini aku menyaksikan langsung pohonnya. Udik banget ya aku?
Dimaklumi lah, namanya juga anak pantai. Tahunya sebagian besar hanya pohon
Kelapa dan rimbunnya Pandan Laut yang tiap tepian daun dipenuhi duri.
Lahan Pohon Kayu Putih di setiap sisi jalan antara Imogiri - Mangunan |
“Foto di sini kayaknya asyik,”
Celetukku ke Febri dan Ridwan.
Mereka
hanya diam saja memperhatikan polahku. Aku yakin banget kalau kedua temanku itu
pasti heran. Biarlah mereka terus melihat tingkahku, yang penting aku
mengabadikan dulu pohon Kayu putih ini. Sepeda kutepikan, dan aku mendekat
pohon tersebut. Kudongakkan kepala melihat ke atas. Langit biru ini cukup bagus
jika kuabadikan. Aku berjalan lebih dalam dan memilih batang Pohon Kayu Putih
yang ingin kuabadikan.
Batang-batang Pohon Kayu Putih |
“Febri, tolong aku dipotret di sini ya,” Pintaku
lagi.
Tenang
saja, kupastikan dia tidak bakal nolak untuk memotretku. Karena banyak foto dia
di kameraku. Kalau nggak mau motret, cukup bilang nggak akan kukirim fotomu
(jahat banget kan ancamanku). Sebuah jalan kecil di tengah-tengah pohon Kayu
Putih menjadi spot yang menarik untukku foto bareng sepeda.
Foto bersama sepeda kesayangan di area lahan Pohon Kayu Putih, Imogiri |
Usai
difoto kami langsung melanjutkan perjalanan. Di sinilah Febri bilang kalau nanti
akan ada dua tanjakan yang lebih tinggi sebelum sampai di Watu Lawang, Mangunan. Mereka berdua melaju sepeda lebih cepat,
jalanan datar dan malahan agak menurun sedikit. Sementara itu aku masih
mengabadikan sepeda di antara pepohonan Kayu Putih. Puas mengabadikan, aku
menyusul mereka. Benar saja, jauh di depan sudah terlihat tanjakan yang
dimaksud. Cukup tinggi tanjakannya. Ada dua tanjakan lagi. Mungkin ini kode
agar aku kembali menuntun sepeda. *Menyusuri
jalan Bukit BNI Imogiri pada hari sabtu; 03 September 2016.
Baca juga tulisan bertema Umum lainnya
Baca juga tulisan bertema Umum lainnya
waah unik ya pohon kayu putih ya mas..
BalasHapusklo di deket pohon ini bau juga kayak minyak kayu putih gak mas?? :D
Nggak bau kalau cuma dekat hahahha. Kalau daunnya kita petik mungkin baru bau ahahhahah
HapusEh gw baru tau lho pohon kayu putih itu macam itu
BalasHapusHahahahha, aku pernah lihat di TV, dan baru waktu sepedaan lihat secara langsung :-D
HapusMasya Allah, keren banget mas hijau2 gitu beda banget sama Jakarta
BalasHapusJakarta sekarang kan sudah ada beberapa ruang terbuka. Jadi bisa dimanfaatkan.
HapusFOto-fotonya keren Mas! Seakan diberkati bersepeda di hari itu, pagi yang cerah, dan langit yang biru :)
BalasHapusTerima kasih mas. Tetap saja foto-foto mas juah lebih bagus dan lebih bisa bercerita :-)
HapusSubhanallah, pemandangan yang benar-benar indah, ada juga ya tempat seperti ini, menarik sekali untuk di kunjungi..
BalasHapusTerima kasih sudah membaca tulisan ini
Hapuswaw aku baru tahu pohon kayu putih bentuknya gt. jadi BNI itu singkatan dari apa mas ?
BalasHapusBNI itu nama bank, mbak ahahhaha. Ada tulisannya besar di atas bukit sana. Semacam reklame tapi di perbukitan :-D
HapusMantap :D
Hapusaku membayangkan sedang lari, kemudian dipapar cahaya pagi yang cantik seperti itu mas :)
BalasHapusHehehhe, rutenya asyik buat playin mas. Naik juga kalau ke arah mangunan :-D
HapusPengambilan gambarnya ciamik gan, nuansa alamny dapat banget :D
BalasHapusMakasih gan, ini juga masih latihan motret.
Hapusbaru tau kalau dari bukit bni bisa sampai ke watu lawang mas
BalasHapuskira2 pake matic bahaya ga ya mas???
Bisa mas, hanya ada 2 tanjakan yang agak curam. Tapi pas aku lewat banyak motor yang kuat kok :-)
Hapuspemandangannya bagus banget udah gtu udaranya seger lagi..
BalasHapusIni enaknya bersepeda di daerah yang masih hijau mas
HapusPohonnya emang kayak gitu mas?
BalasHapuskayak pohon yang baru ditebang-tebangin cabangnya _ atau emang belum tumbuh?
Memang seperti itu karena daunnya sudah diambil
HapusTerlihat sangat asri sekali ya. Beda sekali dengan di kota yang sudah banyak transportasi dengan bahan bakar bensin.
BalasHapusKota memang susah ada rimbun pohon, biasanya yang rindang dipangkas
Hapusperjalanan yang mengesankan, di iringi keindahan cipaan-Nya yang begitu indah..
BalasHapustemapat-tempat kaya gini ternyata masih ada toh di tengah padatnya kota :)
Ini di pinggir kota mas :-)
Hapuswaaahhhh tempatnya masih hijau banget yah, terlihat alami dan menyegarkan
BalasHapusSeru dan nyaman buat olahraga :-)
Hapuswidieeeeeh yang motonya profesional banget ya. keren keren euy
BalasHapusterima kasih mas, ini juga baru belajar pegang kamera
Hapusmantep emang jalan imogiri.. apa lagi pas jalan menuhu hutan pinus itu.. keren
BalasHapusTanjakannya juga yahud :-D
HapusHmm..
BalasHapusasik tuh beda suasana dari yang biasanya
Lebih teduh dan nyaman :-D
Hapus