Festival Payung Indonesia di Taman Balekambang, Solo |
Laju bus Jogja – Solo sedikit
tersendat. Jalanan menuju Solo ramai merayap, terutama di daerah Denggung.
Akhir pekan seperti biasa, setiap ruas jalan pasti disesaki oleh kendaraan yang
berlalu-lalang ingin menuju lokasi tempat wisata. Aku menatap jendela bus,
memandangi bangunan yang seakan-akan bergerak menjauh dariku.
“Taman Balekambang nanti dilewati bus. Jadi sebelum sampai terminal kita
turun,” Terang
Charis.
Kami bermodalkan Google Map, tapi tak
tahu jelas lokasi Taman Balekambang. Sayangnya, kami terlalu asyik ngobrol
sehingga lupa turun di taman. Kami turun di Terminal Tirtonadi, lanjut makan
dan menunaikan sholat dhuhur. Setelah itu, berjalan kaki ke Taman Balekambang.
Sebagian besar orang di Solo dan
sekitarnya akhir pekan ini menjadikan Taman Balekambang sebagai tujuan wisata. Sejak
tanggal 23 – 25 September 2016, di Taman Balekambang sedang berlangsung
Festival Payung Indonesia. Menurut informasi yang kudapat, festival ini adalah
kali ketiga. Tentu event ini tak boleh dilewatkan para warga setempat yang
ingin berakhir pekan di Solo.
Landmark Taman Balekambang |
Taman Balekambang yang memiliki nama
asli Partini Tuin dan Partina Bosch, dibangun oleh KGPAA Mangkunegoro VII pada
26 Oktober 1921 sebagai tanda kepada kedua putri beliau. Itu sebabnya pada awal
taman ini dibagi menjadi dua area. Area pertama diberi nama Partini Tuin yang berarti
Taman Air Partini. Partini adalah putri tertua. Sedangkan area kedua dinamakan
Partinah Bosch yang berarti Hutan Kota Partinah. Kedua taman inilah yang
kemudian dikenal sebagai Taman Balekambang (Sumber: Papan informasi di dalam
taman).
Keramaian Taman Balekambang sudah
mulai terlihat dari awal masuk. Barisan motor dan mobil terparkir rapi,
sementara orang ramai memasuki gerbang. Berserakan di tanah bekas kertas karcis
kendaraan bermotor. Nantinya, petugas kebersihan bakal kerjaa lebih ekstra
membersihakn sampah kertas yang berserakan. Memasuki area taman, ada banyak
payung yang terpasang di atas bambu-bambu. Setiap sudut dipenuhi payung
berbagai warna dan ukuran. Aku berbaur dengan para pengunjung yang asyik
berfoto.
Antusias pengunjung berkunjung di Festival Payung Indoensia |
Rencanaku datang ke sini adalah
berburu foto. Dari awal aku sudah niat ingin mengabadikan payung-payung yang
bergelantungan walau tidak mudah mengabadikannya. Prediksiku benar, sepanjang
jalan yang sudah dikonsep dengan banyak payung tak luput dari keramaian
pengunjung. Mereka rela berdesak-desakan agar dapat berfoto (selife) dengan
latar payung. Berbagai jenis alat dokumentasi; smartphone, action camera, mirrolles, DSLR seakan-akan bekerja keras. Tak
ketinggalan Monopod (Tongsis) yang menjadi tongkat ajaib ada di mana-mana.
Sepersekian menit, aku hanya duduk di tepian jalan sambil menunggu waktu yang
tepat untuk memotret.
Benar-benar ramai pengunjung siang ini |
Jika aku terus menunggu, sampai
festival ini usai tentu aku tidak dapat mengabadikan foto yang kuharapkan. Jadi
aku beranjak ke tengah-tengah ramainya pengunjung dan duduk jongkok untuk
mengabadikan payung yang di atas. Ada berbagai motif payung di sana yang indah
jika diabadikan dari bawah. Sementara kulihat Charis sudah mulai merekam
aktifitas keramaian di sini. Dia berujar akan latihan membuat video dokumentasi
festival ini dengan smartphonenya.
Warna-warni payung dengan motik yang sama |
Spot yang paling disesaki adalah
jalanan yang dikonsep dengan gelantungan payung. Selain itu both-both payung
lain yang di taman juga sudah ramai para pengunjung. Mereka rela
berpanas-panasan agar dapat diabadikan. Aku menepi, melihat stand-stand yang
memajang payung buatannya.
Di salah satu stand, aku beruntung
dapat melihat seorang bapak yang sedang membuat payung. Batang-batang bambu
dipotong sesuai ukurannya, lalu dijadikan satu menjadi seperti jeruji pada ban
sepeda. Sebuah palu terbuat dari kayu dijadikan alat pemukul. Bapak ini sempat
dihampiri para panitia dan merekam aktifitas beliau membuat payung. Ada lima
pemuda tanggung menggunakan kaos kembar dan di bekalang bertuliskan “Pesona
Indonesia”, kaos berwarna hitam ini menjadi dresscode
para panitia. Kalau tidak salah di bagian depan bertuliskan “Festival Payung
Indonesia”.
Membuat payung dari belahan bambul |
“Payung di sin harganya beragam. Tadi kutanya yang kecil itu sekitar
Rp.30.000an, kalau yang besar itu harganya Rp.70.000an,” Terang Mas Halim
“Ada payung yang berbuat dari kertas loh tadi di sana. Kalau yang itu
terbuat dari kain,”
Tambah Mas Halim sambil menunjuk salah satu payung hias.
Secara tidak sengaja aku di sini
ketemu dengan Mas Halim. Empunya JejakBocahilang
ini tak hanya berburu foto. Dia malah sudah banyak mengunjungi stand pameran
payung dan menggali informasi lebih. Selain bertemu dengan Mas Halim, aku juga
tidak sengaja bertemu dengan salah satu penulis blog YukPiknik. Semacam kopdar bareng blogger Solo di hari yang sama,
tempat yang sama, namun jam berbeda.
Ketemu blogger senior dari Solo, Mas Halim |
“Aku pengen motret anak kecil pakai payung, mas. kalau Nggak yang penting
aktifitas anak kecil di sini.”
Sedari tadi aku sengaja berhenti di
depan stand payung yang ada kegiatan memberi warna dan motif pada payung.
Kulihat sekelompok anak kecil mendekati stand tersebut, lalu mengambil kuas dan
kanvas yang tersedia. Mereka mulai membuat motif pada sebuah payung. Segera
kuabadikan aktifitas mereka. Aku jadi teringat beberapa waktu lalu saat
memotret aktifitas orang membatik, hampir sama kegiatannya. Jika membatik itu
sudah ada gambar dasar yang tinggal diwarnai, kalau membuat motif di payung ini
terserah anak itu sendiri. Mereka dibebaskan membuat motif apa saja. Ada juga
yang sudah dibuat gambar, sehingga anak-anak tinggal memberi warna sesuka hati.
Anak-anak membuat motif pada tiap payung |
Di Festival Payung Indonesia ini ada
banyak spot menarik yang bisa digunakan berfoto. Seperti both satu ini, ada
both yang disediakan untuk berfoto. Nantinya orang yang berfoto bisa
menggunakan jasanya untuk dipotret dan langsung dicetak. Ada banyak pengunjung
yang antri berfoto di sini. Selain itu, di sampingnya juga ada jejeran payung
yang dipajang dan dijadikan latar belakang saat berfoto. Keduanya sama-sama
membayar jika ingin berfoto di sana.
Salah satu both yang bisa dipakai untuk berfoto |
Jangan khawatir bagi kalian yang
tidak ingin merogoh uang saku. Sepanjang jalan di taman ini sudah disediakan
titik-titik yang asyik juga untuk berfoto. Salah satunya adalah bangunan bambu
yang ada payungnya di tengah area rumput. Di sana kita bisa foto sesuka hati
tanpa harus membayar. Namanya juga area gratis dan antusias pengunjung yang
membludak, kita harus ekstra sabar untuk antri berfoto.
Bermacam-macam gaya pengunjung saat
berfoto di sini. Ada yang foto sendiri, bergerombolan, atau berdua dengan
pasangannya. Bahkan ketika aku ingin mengabadikan spot tersebut, sepasang
muda-mudi dilanda cinta tak merasa berdosa menghalangi objek yang kufoto.
Malahan mereka tampak menikmtai suasana yang ramai ini. Bisa jadi mereka sedang
memberikan isyarat bahwa mereka itu pacaran. Baiklah, aku juga terus memotret.
Sayangnya mereka bukannya malu malah berpose lebih parah. Duh nasib! Skip foto
yang lebih parah.
Katakan Cinta!!? |
Namanya memang Festival Payung
indonesia, tapi di sini tidak hanya ada stand yang berkaitan dengan payung
saja. Di sekitar pinggiran sudut taman ada banyak stand kuliner. Bahkan ada
juga Gerobak Angkringan di sini. Jadi bagi pengunjung yang berkunjung tidak
akan merasa risau jika perutnya kelaparan. Oya, jangan sampai buang sampah
sembarangan ya. Kasian itu panitianya, mereka memutari tiap sudut taman sambil
membawa tempat sampah. Beberapa kelompok kecil panitia menyebar sambil memungut
sampah-sampah yang berserakan.
Stand kuliner juga ada |
Asyiknya tiap ada event besar seperti
ini adalah runtutan agendanya sudah terjadwal dengan baik. Menjelang sore,
gumpalan awan mulai gelap. Sementara panggung terbuka sudah dipenuhi penonton
yang ingin melihat tarian dan model cilik yang akan beraksi. Sempat terasa
rintik kecil hujan yang membuat para penonton berhamburan. Namun, lambat laut
cuaca kembali cerah dan acara berlangsung. Yakin, aku dan temanku geleng-geleng
sendiri melihat cuaca berubah dengan cepat. Beruntungnya tidak hujan adalah,
kami tidak harus kebingungan mencari tempat teduh. Pentas seni pertama adalah
tarian payung, berlanjut dengan langkah-langkah gemulai model cilik memakai
kebaya dan membawa payung.
Tarian dari salah satu sanggar tari di Solo |
Model kecilnya tahu banget depan kamera |
Acara berlanjut dengan perfom grup
musik yang menggunakan alat musik campuran (tradisional seperti gamelan dan
juga alat musik modern seperti drum). Dilanjut kolaborasi dengan tarian dari
Kalimantan. Setelah itu tarian dari Jawa. Aku lupa ini tarian apa, tapi aku menikmati
setiap acara di sini. Acara seperti ini mengingatkanku agenda tahunan FKY di
Jogja.
Selalu suka dengan kesenian Jawa seperti ini |
Ada kejadian yang menarik menurutku
di sini. Tak sengaja aku melihat genangan air yang keruh di area rumput dekat
spot foto yang ramai. Aku mendekati genangan air tersebut, dengan berjongkok
aku mengabadikan pantulan gambar yang ada di air. Aku teringat banyak foto para
fotografer yang mengabadikan objek melalui pantulan air. Iseng-iseng aku
mencobanya, dan hasilnya menurutku tidak jelek-jelek amat. Andai saja genangan
air itu jernih pasti hasilnya bisa lebih bagus.
Pantulan air di salah satu area Festival Payung Indonesia |
Satu hal yang tidak luput dari
perhatianku adalah keberadan hewan yang menjadi penghuni taman ini. Rusa-rusa
berlarian karena kawasannya untuk sementara disesaki manusia. Walau Rusa
tersebut sudah terbiasa berinteraksi dengan manusia, tapi kalau pengunjung yang
datang membeludak tentu membuat risau Rusa. Berkali-kali aku melihat Rusa
berlarian menghindari pegangan tangan pengunjung. Tidak hanya Rusa,
segerombolan Angsa pun harus menepi dan mengamankan diri dari keramaian
pengunjung.
Penghuni Balekambang yang terusik keramaian pengunjung |
Secara keseluruhan agenda Festival
Payung Indonesia ini bagus. Bisa jadi malah lebih besar dari ekspektasi
sebelumnya. Keriuhan pengunjung yang ingin berfoto di setiap spot memang
membuat suasana lebih semarak. Agenda yang sudah terjadwal pun berjalan dengan
lancar. Hanya saja himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan sepertinya
masih menjadi kendala. Selain itu, mungkin lebih baik lagi jika penghuni Taman
Balekambang (Rusa, Angsa, dll) selama ada kegiatan diberikan tempat sendiri
yang disekat. Sehingga tidak berlarian dan menghindari dari pegangan
tangan-tangan pengunjung yang bisa membuat Rusa tersebut stres. *Kunjungan pada acara Festival Payung Indonesia
di Taman Balekambang Solo pada hari Sabtu; 24 September 2016.
Baca juga tulisan bertema Umum
lainnya
Motif payung batik keren banget mas, btw itu ada yg dijual?
BalasHapusPas acara ada kok. Bisa dibeli juga hahahahha
Hapusaku suka foto payung yg dipotret dr bawah itu mas, hehehe. ternyata dr sudut pandang lain jd lebih menarik :D
BalasHapusbtw taun lalu juga ke festival ini dan memang rame banget
salut buat Solo yang sepertinya rajin mengadakan event semacam ini.
Ini sudah ketiga kalinya mas. Oya, akhir pekan ini di tempat yang sama ada Jazz :-)
Hapuskemarin padahal pingin kesini, eh waktu tak pernah mengizinkan untuk kesana, pasti ada aja jadwal bentrok...
BalasHapusAkhir pekan ini ada Jazz di sana mas. Siapa tahu mau liat ke sana.
HapusNama balekambang kayak nama pantai di malang yaaa
BalasHapusPayungnya lucu2 manja banget :-)
Jadi ingat pantai yang ada pura-nya di Malang selatan ya om ahahahhah
HapusAkhirnya keluar juga tulisannya wkwk. ayo ke Solo lagi, gantian nonton Solo City Jazz :p
BalasHapusPengen liat sebenernua. Tapi ada agenda hahahaha
HapusWah wis suwe gak neng Balekambang, terakhir Jamselinas
BalasHapusHahahahhaa. Akhir pekan ini ada jazz di sana ahahha
HapusWaww ada mas halim,
BalasHapusMas sitam apik potone pas ada sik katakan cinta kui wkkw, niat banget e pasangane kui ki :'D
Aku malah pingin melukis motif payung sendiriii
Tak kira pengen seperti katakan cinta juga kamu ahahahhaha
HapusWah, jarang-jarang ada festival kayak gini,
BalasHapusBtw ak suka foto payung yang digantung diatas, keren mas
Ini acara tahunan kok hehheheh
Hapusfestival payung yang sangat indah, saya baru tahu kalau disana ada festival seperti itu, menarik sekali..
BalasHapusTahun depan paling ada lagi. Silakan ditunggu
HapusKeren2 nih mas payungnya :)
BalasHapusacaranya jg..
Oh iya mas, kalau dari Jogja ke Solo berapa ya ongkosnya, udah lama aku pgen ke Solo tapi belum kesampaian .. :)
Naik bus 15 ribu kalau ikut yang Jogja - Surabaya dari terminal Giwangan
HapusDuh jian, gak ngajakin lagi.. T.T
BalasHapusHemmm, sengaja ngilang kok hahahahha
HapusSolo memang selalu menyuguhkan sesuatu yang unik ya, mas. Jadi kangen Solo aku.
BalasHapusHahahhaha. Aku kangen pengen nyusur magelang :-D
Hapuswahhhh jaln jalan kesolooo yaaaa,,,, kenapa pas aku lagi dideket solo, malah engga ada kacara kaya gini :( belum rezekiii
BalasHapusKurang lama main di Solo kamu hahahhah. Sekarang malah seru di tempat baru :-D
HapusCakep banget buat selfie ya hehehe
BalasHapusBerpose manaja pun pun bisa loh mbak hahahhaha
Hapuscakep ya ada festival payung2 ini, foto yg org lagi pacaran itu epic banget mas hahaha, ketaman lain kali jangan sendirian mas berasa banget klo mas cuma ngontrak sementara taman itu milik org yg pacaran
BalasHapusAku mah orangnya tegar. Walau sendiri tetap merasa hebat ahhahahha
HapusWaaahhh... Cantik-cantik yah foto-foto payungnya.
BalasHapusUnik dan semarak warna payungnya :-D
HapusPayung-payung nya cantik sekali. Terutama payung batik. Ciri khas jawa nya jadi menonjol. Pantaslah orang-orang berebut untuk berfoto di sana sebab memang cantik sekali sih. Jadi ketemu Halim juga ya Mas. Asik yah reunian sesama blogger :)
BalasHapusIya buk, nggak sengaja ketemu sama mas Halim hehehhehe
HapusPengin ngakak dibagian sejoli pose. Hahaha cieee yg dianggap lg ngontrak... Xixixi suka bgt sm foto pantulan di air. Keren mas! :)
BalasHapusKirain suka sama foto yang katakan cinta hahahahhaa. Nasibbbb
Hapushampir 80% pengunjung Obyek wisata memang lebih banyak berfoto ria ketika berwisata di suatu destinasi wisata. Tapi yang paling asyik disini ya itu, foto yang Katakan Cinta. Ajib Mas, ndableg..hahaha
BalasHapusBuahahhaha. Makasih loh, tapi emang menohok banget sih fotonya akkakaka
HapusSolo memang kreatif membuat agenda2nya, selalu saja tampil beda
BalasHapusSalut buat Dinas Pariwisatanya hehhehehe
HapusKetemu di tempat tak terduga tenan ya hahaha. Event minggu iki ada Bamboo Bienalle di benteng Vastenburg loh. Yuk mari Nyolo lagi hahaha.
BalasHapusOh iya ada sedikit ralat, Partinah Bosch yang betul. :-D
Bener mas Halim hahahhahah. Wah kalau luang ke sana lagi :-D
HapusTerima kasih atas ralatannya :-D
temen2ku orang solo juga pada datang ke sini. wah. bisa reuni ya kayanya
BalasHapusketemu pak wasita juga ga? kayanya beliau juga motret genangan air kaya mas sitam gt
Nggak ketemu beliau aku hahahahaha
Hapusaneka ragam payung membuat semakin meriah dan spot menarik untuk foto2 ... jadi pengen foto2 disini juga ....
BalasHapusbtw foto "katakan cinta" candid banget tuh
Hehehehe, katakan cinta emang kudu gitu kang ahahhaha
Hapussaya lihat cantik cantik payungnya ... kira-kira mahal nggak ya harga payungnya ...???:)
BalasHapusHarga payung antara 60an ribu ke atas, tergantung ukuran dan jenis bahannya
Hapus