Bertandang ke Coban Pelangi Gubugklakah Malang - Nasirullah Sitam

Bertandang ke Coban Pelangi Gubugklakah Malang

Share This
Guyuran air terjun (Coban) Pelangi di Desa Gubugklakah, Poncokusumo, Kab. Malang
Guyuran air terjun (Coban) Pelangi di Desa Gubugklakah, Poncokusumo, Kab. Malang
Selama empat hari, aku dan rombongan travel blogger menyambangi Kabupaten Malang. Di sana sudah terencana mengunjungi empat desa wisata; Desa Wisata Gubugklakah, Desa Wisata Poncokusumo, Desa Wisata Sanankerto, dan Desa Wisata Pujon Kidul. Di antara empat desa wisata tersebut, yang paling berdekatan adalah Gubugklakah dan Poncokusumo.

Usai pulang dari tempat pemerahan Susu di Gubugklakah, kami kembali ke homestay milik Pak Ansyori. Jum’at pagi di sini sangat menyenangkan. Suasana kehidupan ala kawasan Santri begitu kental. Berkali-kali kami bertemu dengan para santri yang sedang beraktifitas. Selain itu, pemandangan Jeep berlalu-lalang pun menjadi pemandangan yang biasa.

“Agenda selanjutnya ke Coban Pelangi,” Terang Pak Ansyori.

Berbekal kendaraan Jeep, rombongan kami berjumlah 10 orang menuju Coban Pelangi. Tidak ketinggalan Pak Ansyori yang sedari pagi menjadi pemandu. Beliau adalah Pokdarwis dari Desa Wisata Gubugklakah (DWG), Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Coban Pelangi adalah air terjun yang ada di kawasan Gubugklakah dan hasil dari percikan airnya menghasilkan warna semacam Pelangi. Aku semakin antusias menuju lokasi.

Suara Jeep meraung kencang melintasi jalanan, aku dan teman-teman travel blogger berpegang erat pada besi. Jalan tidak terlalu luas ini cukup ramai, banyak Jeep yang saling berpapasan turun dari Gunung Bromo atau sebaliknya. Gubugklalah merupakan desa yang berada di jalur pendakian.
Barisan bukit yang terabadikan sepanjang jalan
Barisan bukit yang terabadikan sepanjang jalan
Pemandangan sepanjang perjalanan didominasi perbukitan. Bukit hijau menandakan daerah sini berlimpah mata air. Sejenak aku menatap sisi kanan, barisan bukit disertai jurang menganga. Amat sangat dalam, di tiap sisi terdapat patok-patok berwarna putih hitam sebagai penanda tepi jalan. Aku menghela nafas panjang, menikmati perjalanan dengan keriuhan.

Jeep yang kami naiki memperlambat laju, kemudian mengambil belok kanan dan parkir di tanah lapang merapat di antara beberapa jeep dan mobil yang sudah sedari tadi terparkir. Bergegas kami turun, berkumpul tepat di pintu masuk air terjun. Di sini kami disambut pengelola air terjun berkolaborasi dengan Perhutani. Kami berbincang, foto bareng dan kemudian menyusuri jalanan.

Di gapura terpampang harga tiket masuk, bagi wisatawan lokal dikenai biaya Rp.8000 dan manca sebesar Rp.15.000. Jarak antara gerbang menuju air terjun sekitar 800 meter. Kita bisa berjalan kaki atau menaiki kuda untuk sampai di lokasi. Namun aktifitas berkuda tidak bisa dilakukan setiap hari.
Pintu masuk Coban Pelangi, sudah ada beberapa pengunjung yang datang
Pintu masuk Coban Pelangi, sudah ada beberapa pengunjung yang datang
“Kalau berkuda hanya pada akhir pekan saja. Biasanya kalau hari biasa tidak terlalu ramai,” Terang pengelola.

Sesuai dengan keterangan yang ada pada spanduk terpajang di dekat pintu masuk, di sini ada fasilitas seperti warung, musola, flying fox, area berkemah dan lainnya. Untuk berkemah, pihak pengelola meminta tambahan karcis sebesar Rp.10.000 untuk keamanan dan kebersihan.

Aku dan Ghozali berjalan cepat, menyusuri jalanan yang masih cukup sepi. Warung-warung yang tersebar di berbagai area baru buka. Sapaan para menjual gorengan semacam salam hangat kami dalam berinteraksi. Kami berdua sengaja jalan cepat agar dapat mengabadikan Coban Pelangi dalam keadaan sepi.
Menyeberangi Kali Amprong meniti jembatan bambu
Menyeberangi Kali Amprong meniti jembatan bambu
Menuruni jalan agak lembab, kami terus berjalan sampai bertemu sebuah jembatan bambu. Jembatan ini digunakan untuk menyeberangi anak sungai yang ada di bawah. Tidak besar sungainya, namun airnya terlihat cukup kencang. Kali Amprong namanya, air yang mengalir merupakan hasil dari limpahan Coban Pelangi.

Berada di belahan bukit menjulang tinggi, Coban Pelangi hanya buka sampai pukul 16.00 WIB. Hal ini dilakukan demi keamanan. Selain itu jika musim hujan deras, diharapkan berwaspada. Berbagai hal harus diantisipasi termasuk kiriman air dari atas ke bawah. Menurut pengelola di atas tadi, di sini kadang kita bisa bertemu Kera Hitam dan Babi Hutan.
Aliran Kali Amprong cukup jernih dan bersih
Aliran Kali Amprong cukup jernih dan bersih
Suara gemuruh air terhempas terdengar disertai hawa yang makin sejuk. Jalan tanah sedikit licin, aku berhati-hati melangkah. Begitu belokan setapak kulewati, terlihatlah sumber bunyi gemuruh air terjun. Coban Pelangi seakan-akan menyapa kami dengan percikan air yang lembut.

Menjulang tinggi Coban Pelangi. Aku melihat dari jarak agak jauh, sempat kukeluarkan kamera, namun aku masukkan ke malai ke dalam drybag. Aku dan Ghozali berpikir keras di mana spot yang paling aman mengabadikan air terjun tanpa terkena percikan air.

Ghozali membungkus kamera menuju dekat bawah curug, di depannya ada semak-semak yang cukup membantu berlindung. Dia berencana mengabadikan Panorama 360, otaknya berpikir keras mencari tempat yang tepat dan strategis. Aku tahu, dia membidik setiap sudut sembari memutar badan membentuk lingkaran, tak ketinggalan mengabadikan langit dan tanah yang dipijaknya.
Mengabadikan Coban Pelangi, bear-benar indah
Mengabadikan Coban Pelangi, bear-benar indah
Aku mengamati sisi kanan, semacam bekas tanah longsor. Sementara sisi kiri tanah liat merah dan basah. Bisa jadi ini sisa longsoran dari tebing. Sedikit tertatih kuturuni tanah liat yang basah menuju ke aliran air. Baru selangkah saja sandalku sudah terjebak di kubangan. Aku sedikit merangkak dan meniti batang kayu agar sampai bawah. 

Perjuangan tidak sia-sia, dari sini aku bisa sepuasnya mengabadikan Coban Pelangi dan sedikit terhindar dari percikan air. Semak rerimbunan berwarna hijau segar ini melindungiku dari terpaan air yang terbang mengikuti angina. Percikan inilah yang membentuk warna pelangi saat terkena terpaan mentari menjelang siang. Sayang hari ini mendung, sehingga tak terlihat kilauan warna pelangi.
Coban Pelangi menjadi objek menarik diabadikan
Coban Pelangi menjadi objek menarik diabadikan
Penunggu Coban Pelangi
Coban Pelangi, sebuah air terjun yang cukup tinggi menurutku. Bisa jadi ketinggiannya hampir 90 meter. Guyuran air deras sampai ke bawah. Akses dibangun menuju lokasi air terjun ini sudah lama, bahkan menurut pemandu yang menyertai rombongan kami ke sini, jalanan dibangun sejak tahun 1986.

Ada cerita yang secara turun-temurun berkaitan dengan Coban Pelangi. Menurut cerita, Coban Pelangi ini dijaga seekor ular besar. Masyarakat setempat mengenal ular tersebut dengan nama Ular Gendang. Ular Gendang ini tidak dapat dilihat oleh mata kita, wujudnya berubah menjadi bongkahan batang kayu kering yang ada di dekat Coban Pelangi.

“Masyarakat sekitar mempercayai cerita itu mas. Kayu itu (batang kayu besar kering di dekat air terjun) tidak bergeser sedikitpun sewaktu Coban Pelangi meluap. Dari dulu sampai sekarang, batang kayu itu tidak berpindah posisi sedikitpun,” Terang pemandu sewaktu kami duduk berdua di tepian Coban Pelangi.

Masih menurut cerita pemandu, dibalik guyuran air terjun tersebut ada sebuah gua. Dan gua itu pernah digunakan bertapa oleh beberapa orang. Namun dia mengatakan jika pengunjung tidak diperbolehkan menuju ke sana, karena air tepat di bawah guyuran membentuk cekungan yang dalam.

“Pengunjung hanya diperbolehkan sampai batas pagar kayu terdekat dari coban, mas. Tidak boleh melebihi batas tersebut. Demi keselamatannya sendiri,” Tambahnya.
Jalan setapak dan berbataskan pagar batang kayu di Coban Pelangi
Jalan setapak dan berbataskan pagar batang kayu di Coban Pelangi
Para pengunjung biasanya lebih suka mengabadikan diri berlatarkan Coban Pelangi. Jika mereka ingin bermain air, tempat yang diperbolehkan bermain air adalah di aliran air yang mengalir di Kali Amprong. Air di sini menurutku sangat dingin. Mungkin karena aku terbiasa di Jogja dan lokasinya tidak di ketinggian.

Masih pagi namun sudah banyak pengunjung yang datang. Mereka rata-rata bersama keluarga. Jika dirasa capek jalan, ada spot-spot tertentu yang bisa digunakan untuk istirahat. Pun dengan warung yang tersebar, mereka menjajakan makanan yang bisa menggoda kala hawa dingin menerpa tubuh.

Aku masih berdiri di tepian jalan setapak menghadap ke guyuran Coba Pelangi. Menyaksikan teman lain yang asyik memotret. Coban Pelangi adalah salah satu destinasi alam andalan di Desa Wisata Gugugklakah. 

Potensi yang tentunya bisa menarik perhatian para wisatawan yang biasanya sekedar lewat untuk singgah. Di Gubugklakah masih ada beberapa Coban yang akan dikembangkan, hanya saja akses jalannya masih belum bagus.
*Rangkaian kegiatan Travel Blogger Explore Desa Wisata Malang (Tagar #EksplorDeswitaMalang) dipersembahkan oleh Forkom Desa Wisata Malang 14 - 17 April 2017.
Desa Wisata Gubugklakah
Desa Gubugklakah, Poncokusumo, Kab Malang, Jawa Timur
Narahubung : 0878-5947-8177 (Pak Purnomo Anshori)

44 komentar:

  1. Motret air-airan harus waspada betul jagain kamera :p
    Apik potonya, yg ada aliran sungai berdampingan sama air terjunnya :)

    Mas sitam ketemu babi hutan juga nggakk?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hokya
      Babi Hutannya takut lihat aku. Dia takut kutangkap.

      Hapus
  2. Nggak nyangka kalau Coban Pelangi tinggi juga, kukira pendek seperti Coban Rondo di Batu. Andai grojogannya nggak deras dan bisa kungkum di kolamnya pasti seru basah-basahan di sana hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aku nggak mau kungkum, terlalu dingin buatku hahahahhaha

      Hapus
  3. Sayang banget, ya, pelanginya nggak muncul, harusnya kalau agak siangan sudah bisa kelihatan, tapi mungkin kemarin pas mendung, jadi kecil kemungkinannya untuk terlihat.

    Ah, ular, aku melihatnya pula kemarin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oya? Beneran lihat kamu mas? Pasti kunjunganmu ke sana jauh lebih berkesan :-)

      Hapus
  4. Malang emang punya banyak surga dunia. Huhh semoga aku bisa kesana kapan kapan. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget. Malang mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan :-)

      Hapus
  5. wuih ada pembatasnya, jadi gak bisa donk ya mandi mandi di kolam nya....

    BalasHapus
  6. Kenapa gak datang pas siang hari saja ya biar pas dapet pelanginya, kalo seperti ini rasanya ada yang kurang dan harus kembali lagi, ahaha

    Air terjunnya lumayan lah harus jalan dulu 700 meter, beruntung juga gak jumpa babi di sana. ahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalaupun siang kayaknya lagi mendung mas. Penting yakin di sana kita nggak ketemu Babi. Sempat ketemu bisa ngajak lari kencang akkakakak

      Hapus
  7. Air terjunnya ketiggian berapa Mas. Coba disana bisa mandi pastu segar bangey dah Mas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekitar 70an meter sepertinya mas. Tinggi banget sih dan airnya dingin hahahahha

      Hapus
  8. Dari jauh aja keliatan air terjunnya bukan tipe buat main air hehe. Deres banget saking tingginya mungkin ya mas.
    Bener sih kalo air terjun memang dulunya sering buat bertapa. Bbrp air terjun di jawa timur dan jawa tengah memang dylynya sering buat bertapa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, kalau main air biasanya di alirannya. Bukan tepat di bawahnya, berbahaya :-)

      Hapus
  9. Seger nih untuk mandi-mandi 😂😂

    BalasHapus
  10. WAh duwur banget ya mas curugnya...
    demen deh kalau main ke tempat-tempat ky gini, hehehe

    BalasHapus
  11. wah selama ada bagian yang diperbolehkan untuk mandi aku bakal e mandi og mas hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu kalau kamu, kalau aku takut kedinginan :-D

      Hapus
  12. Seger banget kayaknya nih air terjun.
    Bikin adem pemandangannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seger banget, malah dingin kalau menurutku :-D

      Hapus
  13. Nah, aku jadi pengen naik kuda di Coban Pelangi
    Tapi sumpah, karena saking derasnya, aku jadi waspada sama bawaan kamera. Meski dari toko menjamin kalau merk kameraku tahan cipratan air, tapi ga ah. hahhaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya pas di tempatku motret itu malah aman loh, Nif. Benar-benar terlindungi dari cipratan air.

      Hapus
  14. Hahah yang kuingat disini kamu sudah pengen mandi aja di air terjunnya mas haha, sayangnya gaboleh soalnya alirannya deras banget.

    nah iya aku pas disini penasaran sama naik kuda + tempat ngecampnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahahah
      padahal aku sudah buka baju loh. Tapi waktu kena airnya langsung mlipir takut kedinginan :-D

      Hapus
  15. Suka deh kalo bisa dtg k air terjun yg tinggi, debit air deras, berasa kita kecil jadinya.. Dulu aku srg ga percaya kalo dibilang jgn k air terjun krn bisa longsor saat hujan.. Prnh nekad tuh dulu, ttp turun k bawah pdhl hujan.. Untung ga kenapa2. Eh tp bbrp bulan kmudian , air terjun yg sama longsor sampe makan korban jiwa , dan penyebabnya krn hujan.. Sjk itu ga berani ngelanggar lagi ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tipe air terjun memang beda-beda mbak. Ada yang aman untuk bermain di bawahnya, ada juga yang hanya sebatas menikmati pemandangan dan main air di alirannya. Setiap aturan memang harus diperhatikan dan diikuti.

      Hapus
  16. Baru tahu klo di malang ada Coban yang lain, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malang mempunyai banyak coban yang asyik untuk dikunjungi

      Hapus
  17. Dulu beberapa kali ke Coban Pelangi sebelum dikelola dengan baik gini, dan selalu ketemu sama pelangi :)
    Memang benar, sebelum ada larangan mendekat ke air terjun kita bisa turun ke sungainya. Tapi hembusan angin dan airnya bener-bener kencang, dingin banget!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehehe, tapi aku benar-benar menikmati suasana di Gubugklakah. Sejuk banget :-D

      Hapus
  18. Baru dua kali datang ke tempat ini dan belum pernah sekalipun turun ke sungainya. Haha. aku cemen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaowoh
      Tahu gitu pas di sini diangkat rame-rame ke aliran air.

      Hapus
  19. Wahhh aku jadi kangen sama gubukklakah,,, dulu aku sempet KKN selama sebulan di sini,,,enak banget,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waoow malah KKN di sini hahahha. Dingin di sini kakakkakka

      Hapus
  20. Waah... mantap gini yah mas pemandangan alamnya... Jadi pengen main ke sana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetep kudu waspada nggeh kalau main ehhehehehe

      Hapus
  21. Yang menarik perhatian saya beda harga wisdom dan wisman. Bagi saya manusiawi sekali. Beda ketika saya baca daftar harga kalau masuk ke Bromo, TN Baluran. Wah bisa berkali" lipat. 10 utk wisdom, bisa jadi 125k utk wisman. Ckckckckckc.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua tempat memang seperti itu. Terlebih masuk ke destinasi unggulan. Harganya memang 10x lipat biasanya.

      Hapus
  22. Aku bolak-balik rene mesti gagal lihat pelangi, masuk pas trekking cerah matahari, tapi nyampe air terjun mendung hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaahhahaha, kayaknya harus musim kemarau mas, biar aman. Tahun ini sepertinya kemarau hanya numpang lewat

      Hapus

Pages