Boon Pring Andeman Sanankerto, Spot untuk Memotret Rays Of Light - Nasirullah Sitam

Boon Pring Andeman Sanankerto, Spot untuk Memotret Rays Of Light

Share This
Berpose di spot Rays Of Light Kebun Bambu (Boon Pring) Andeman Sanankerto, Turen, Malang
Berpose di spot Rays Of Light Kebun Bambu (Boon Pring) Andeman Sanankerto, Turen, Malang
Obrolan malam ini bersama Ghozali dan Pak Dono (pemilik penginapan) mengerucut bahasannya ke Boon Pring Andeman. Beliau menceritakan kalau Boon Pring Andeman merupakan lokasi yang tepat memotret cahaya yang menyusup di antara batang bambu. Kabut tipis di dalamnya membuat pemandangan indah.

Aku sering melihat potret seperti itu, namun aku tidak tahu apa istilahnya. Ghozali-lah yang memberikan pencerahan padaku jika namanya Rays Of Light. Obrolan ringan namun mengena, setidaknya semalam dengan sosok satu ini membuatku banyak belajar khususnya di dunia fotografi.

“Biasanya orang lebih simpel mengatakan ROL,” Tandas Ghozali.

Malam makin larut, suara Jangkrik terdengar bersahutan meriah. Terkadang diselingi suara Tokek yang nyaring. Kami berbincang hinggal pukul 23. 20 WIB, setelah itu kami berdua pamitan rehat. 

Oya, kami berdua merupakan tamu pertama dari homestay milik Pak Dono. Beliau antusias dengan kedatangan kami, dan beliau meminta masukan mengenai konsep homestay yang menurut kamu baik. Di acara #EksplorDeswitaMalang ini, kami bersepuluh dibagi menjadi 3 homestay, dan lokasinya lumayan berjauhan.

*****
Pagi menyapa Desa Wisata Sanankerto, Turen, Kab. Malang. Aku dan Ghozali sudah bersiap menuju Boon Pring Andeman ditemani Pak Dono. Kali ini rombongan lain sengaja kami tinggal, dan menunggu mereka di lokasi.

Pak Dono sudah di atas motor yang dimodifnya menjadi seperti motor Trail, aku dan Ghozali kebagian jatah motor satunya. Kami bertiga menyusuri jalan menuju Boon Pring. Tidak jauh lokasinya, hanya sekitar 10 menit naik motor, kami sudah sampai lokasi. Di depanku rerimbunan kebun bambu, di tengahnya jalan setapak.

“Kok gerimis ya?” Celetukku

“Ini bukan gerimis, ini tetesan embun yang ada di daun bambu,” Jawab Ghozali.

Aku memastikan apa ini hanya tetesan embun atau benar-benar gerimis. Kucari tempat yang tidak tertutup dedaunan bambu, nyatanya tidak ada tetesan di sana. Benar sekali jawaban Ghozali yang dikuatkan Pak Dono, ini hanya tetesan embun. Udik sekali aku, baru kali ini merasakan tetesan embun laksana gerimis.
Semburat cahaya menyusup di rerimbunan pohon Bambu
Semburat cahaya menyusup di rerimbunan pohon Bambu
Kami bertiga menunggu rombongan lain yang sedang diperjalanan. Begitu kumpul, kami beriringan menapaki jalan lembab yang di bawahnya berserakan dedaunan. Boon Pring Andeman merupakan kebun bambu seluas 26 hektar, dan sudah mempunyai koleksi sebanyak 65 jenis bambu.

Elok sekali dengan kebun Bambu seluas ini, potensi untuk dijadikan sebagai Ekowisata Bambu cukup mumpuni. Sekarang Boon Pring masih sekedar destinasi alternatif bagi para pengunjung, mereka lebih banyak bermain di Pulau Sekar Putri. Tapi niat kuat para pokdarwis Desa Wisata Sanankerto ditambah pak lurah yang mempunyai visi misi jelas bakal mendongkrak wilayah ini lebih dikenal.

Diruntut dari sejarahnya, bambu di Desa Wisata Sanankerto sudah ada sejak tahun 1910. Bambu-bambu di sini dipelihara dengan baik, dan berdekatan dengan mata air. Kegiatan awal yang dilakukan adalah konservasi, dan ada rencana ke depan menjadikan sentra bambu. Akan aku tulis di artikel lain berkaitan dengan sentra bambu di Desa Wisata Sanankerto.
Teman-teman mulai memotret ROL
Teman-teman mulai memotret ROL
Boon Pring Andeman mempunyai makna anugrah yang selalu mengalir dari Bambu. Ini bisa dijabarkan jika Desa Wisata Sanankerto benar-benar menjadikan Bambu sebagai salah satu mata pencaharian. Semoga bisa seperti Desa Wisata Malangan yang menggeliatkan ekonomi karena kerajinan bambunya.

Lebih dari empat anggota Pokdarwis Desa Wisata Sanankerto mendampingi kami di Boon Pring Andeman. Kami penasaran dengan semburat cahaya yang menerobos batang-batang bambu. Cahaya itulah yang ingin kami abadikan bersama. Beruntung, sebelum kami mengabadikan, setelan kamera sudah diatur Ghozali. Jadi aku dan lainnya tinggal memotret saja.

Tidak hanya aku saja, Mas Halim dan Hanif-pun meminta bantuan Ghozali untuk menyetel aturan di kameranya. Sementara kami masih mengotak-atik kamera, teman yang lainnya sudah asyik berpose di salah satu spot ROL. Memang masih pagi, jadi cahaya yang menyusup belum begitu maksimal.
Rays Of Light, seperti ini pemandangannya jika di kebun bambu
Rays Of Light, seperti ini pemandangannya jika di kebun Bambu
Di Boon Pring Andeman, ada beberapa titik yang bisa mengabadikan Rays Of Light. Tempat yang paling digandrungi adalah yang berada di tengah-tengah kebun bambu. Di sini Rays Of Light muncul dalam jarak satu jam. Antara pukul 07.00 – 08.00 WIB. Di titik lain waktunya juga berbeda, tergantung posisi mentari yang menerangi rimbunnya bambu tersebut.

Kabut tipis berbalut dengan cahaya mentari pagi hari benar-benar menakjubkan. Bagi para pecinta ROL, aku yakin tempat seperti ini menjadi idaman. Berbagai rerimbunan Bambu menghasilkan cahaya ROL, hanya saja yang paling jelas ada di depan kami. Kami setia menunggu sampai mentari sampai atas dan cahayanya menyusup di antara sela-sela batang bambu dan berpendar ke segala penjuru.
Keindahan pagi, cahaya mentari yang berpendar
Keindahan pagi, cahaya mentari yang berpendar
Kebun bambu yang luas ini mempunyai sedikitnya empat spot untuk memotret ROL. Hanya saja yang paling besar itu berada di tengah tadi. Sementara ada yang besar lagi dekat tempat parkir kendaraan. Tidak sengaja kami memotretnya sewaktu perjalanan pulang.

Oya, kebun Bambu di Desa Wisata Sanankerto ini didominasi Bambu Wulung, Petung, Peting Petung, dan lainnya. Bambu-bambu ini diberdayakan oleh warga setempat untuk membuat Tusuk Sate, aneka karya seperti Pot, Asbak, dan model-model lain.

Seperti yang kubilang tadi, teman-teman sangat antusias memotret ROL. Tidak hanya memotret, mereka juga kompak kalau diabadikan di sana. Seperti inilah keramaian teman-teman #EksplorDeswitaMalang, para bloger yang sebagian baru pertama jalan bareng tak sungkan berpose.
Seperti ini antusias teman-teman kala dipotret, ada yang teriak "Hokya"
Seperti ini antusias teman-teman kala dipotret, ada yang teriak "Hokya"
“Mumpung ada fotografer, jadi kita bisa bergaya,” Celetuk salah satu di antara rombongan.

Siapapun yang bilang tadi, pastinya yang dimaksud adalah Mas Ghozali. Sedari hari pertama, dia yang paling sibuk dengan peralatannya. Kami bersembilan tinggal pencet-pencet kamera, mengatur setelan “auto” dan mengabadikan. Sementara dia harus menenteng beberapa lensa, dan mengambil setiap sudut destinasi yang akan dibuat Foto Panorama 360.

Pokdarwis Desa Wisata Sanankerto tak mau ketinggalan. Pak Dono dan rekannya sedang berbincang di salah satu satu spot ROL. Tak ayal, keberadaan beliau berdua menjadi rebutan teman-teman untuk mengabadikannya.

“Hadap sini pak, sambil melambaikan tangan,” Pinta Hanif.
Pak Dono dan rekannya berpose di bawah sinar mentari
Pak Dono dan rekannya berpose di bawah sinar mentari
Beliau mengikuti intruksi teman-teman, dalam beberapa menit, Pak Dono dan rekannya menjadi model sesaat. Kombinasi semburat cahaya dan motor bebek yang dimodil menjadi trail cukup bagus diabadikan.

Hari terasa cepat siang. Kami harus meninggalkan Kebun Bambu “Boon Pring” Andeman menuju destinasi selanjutnya. Selama di perjalanan ini, aku melihat banyak mata air yang berpotensi dikembangkan. Bahkan sebenarnya di dekat Boon Pring pun sudah ada kolam renang anak kecil yang dibangun beberapa tahun silam.

Seperti teman lainnya, aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan memotret Rays Of Light di Boon Pring ini. Foto yang paling atas itu aku meminta Ghozali untuk mengabadikan. Ketika teman-teman lainnya sudah berjalan ke area parkir motor, aku menaruh kamera di tanah dan mengabadikan sendiri.
Mengabadikan diri di Kebun Bambu (Boon Pring) Andeman, Sanankerto
Mengabadikan diri di Kebun Bambu (Boon Pring) Andeman, Sanankerto
Memang kalau sudah terbiasa pose sendiri dan memotret sendiri itu tamengnya tepat. Puas mengabadikan diri sendiri, aku mengejar langkah teman-teman yang sudah di depan. Boon Pring Andeman mempunyai potensi yang besar jika dikembangkan lebih maksimal,

Ada wacana dari Kepala Desa Sanankerto untuk membangun sebuah museum bambu di sini. Sebuah langkah besar jika hal tersebut terealisasikan. Akan menjadi langkah yang besar bagi Desa Wisata Sanankerto, dan menjadi kebanggaan Indonesia jika memang niat tersebut terealisasikan. Sampai sekarang sudah ada 65 jenis bambu di Sanankerto, jumlah yang menurutku sudah banyak.

Jika memang akan dibuatkan museum, lebih baik lagi jika setiap jenis bambu yang akan ditanam diberi tulisan jenis dan keterangannya pada sebuah papan. Dan Boon Pring Andeman dikelola lebih baik lagi, minimal jalan setapaknya lebih bersih dan diberi pagar pembatas. *Rangkaian kegiatan Travel Blogger Explore Desa Wisata Malang (Tagar #EksplorDeswitaMalang) dipersembahkan oleh Forkom Desa Wisata Malang 14 - 17 April 2017.

Boon Pring Andeman Sanankerto, Turen, Kab. Malang

Alamat: Jalan Kauman RT 5, Sanankerto – Turen
Narahubung: 0838-4882-4802 (Mas Rudi)/ 08533-167-4242 (Mas Wahyudi)

60 komentar:

  1. Baru tahu foto model begini dibilang rays of light. Keren euy foto-fotonya. Selfie di sana kece kayaknya hahaha

    omnduut.com

    BalasHapus
  2. Olala mas dikau lucu sekali, embun dibilang gerimis hahaha

    Yg ku ingat pisang gorengku kamu ambil dan makan #timlapar hahaha

    Main-main kesini emang enaknya kalo pagi, kerasa udaranya sejuk sekali.

    Semoga museum hidup boon pringnya segera terselesaikan :) Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa aku kange pisang goreng tersebut. Demi Allah lahap banget aku makannya :-D

      Hapus
  3. Bagi kameraku yang biasa saja, rasanya kepingin ngulangi ambil gambar pas agak siangan biar bambu-bambunya terlihat jelas hehehe. Boonpring ini memang puncak banget ya. Kalau disuruh ngulang ke sana lagi nggak nolak deh. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahhaha, selama ada teman yang lebih paham tentang potografi, kita bakalan bisa kangen dengan spot seperti boon pring mas :-)

      Hapus
  4. nang ndesoku jenenge papringan... persis banget suasanane...
    tapi berhubung mbiyen pas cilik durung kenal kamera, dadi ya durung kenal ROL juga.
    saiki wes merantau, udah gak pernah lihat kaya gitu lagi, heuheuheu
    setahun sekali pas mudik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kosku malah namanya Papringan mas. Dan di sana nama gangnya jenis-jenis bambu. Dulu tahunya takjub saja mas liat cahaya seperti itu

      Hapus
  5. Salam perkenalan dari Malaysia .. jemput join segment bloglist saya di http://ameridzuan.blogspot.my/2017/05/the-amerzing-bloglist.html

    BalasHapus
  6. haii masss,,,, hehe aku dah lama engga main kesini kayanya nih, ini spotnya aku kaya engga asing gitu,,tp pernah liat dimana yaa, dari tadi kepikiran wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai hahahhaha
      Gimana kuliahnya, semoga tetap lancar dan bisa nahan kangen tanah air. Aku loh nungguin ulasan kamu tentang Caen, gimana suasananya, masyarakatnya, dan apapun yang kamu rasakan di sana.
      Semoga sukses di Prancis :-)

      Hapus
  7. Aku penasaran cara bikin poto kayak gitu mas Nasir :D

    BalasHapus
  8. kapan hari ntar berangkatnya pagian, jadi bisa dapet ROL yang rendah, lalu mau pose kamehameha ah....ahahhaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha idemu cukup menarik mas. Nggak mau model pukulan matahari tah? :-D

      Hapus
  9. iku kudune ngisore dibersihak karo pas tumbuh e pring kui di pageri sing apik ben menarik ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, sementara pengelola harus bekerja ekstra keras lagi untuk mengkonsep lokasi ini.

      Hapus
  10. Ini kalo di konsep seperti pasar papringan kayak di temanggung keren juga nih mas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya malah lebih bagus dikonsep seperti ini mas. Di sana pusatnya mata air, dan akan riskan jika model pasar papringan diadakan di sekitar boon pring. :-)

      Hapus
    2. pasar papringan sesok pindah, ada tempat baru lagi..lagi dipersiapkan sempet nengok kemarin aku

      Hapus
    3. Daerah e masih sama atau beda?

      Hapus
  11. Bisa foto rol nya sampai jam berapa itu mas kira-kira?
    Ah aku malah ngebayangin kalau malam hari, huhu serem

    Semoga museumnya segera terwujud. Lumayan juga ada 65n jenis empring yang entah kaya gimana aja itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jam 8-10an kayaknya masih bisa tapi beda lokasi. Bayangin kok malam-malam, emang mau semedi kakakakkak

      Hapus
  12. Tempat nya sangat asyik banget Mas untuk foto" dengan sinar matahari yt menyinarin bebambuan "siluet" jadi nya ya.. Wah bambu nya banyak manfaat nya juga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mas, bisa buat spot asyik berfoto loh rimbunan bambu

      Hapus
  13. Gilaaaa Rays Of Light,,, baguss banget...padahal konsepnya sederhana saja... woow,,, ada 65 jenis bambu...aku malah lebih udik lagi mengira kalau bambu itu jenisnya cuma satu ehhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, masih ada banyak lagi jenisnya yang belum dimiliki

      Hapus
  14. Ternyata namanya Ray Of Light. Sesuatu yamg cantik yang sering muncul di kisah dongeng dongeng peri.

    BalasHapus
  15. Puji Tuhan...pendar cahaya ROL-nya cakep banget Mas. Nggak dinyana dari kebun papringan tersimpan keelokan ini. Melalui postingan Mas Sitam aneka desa wisata tersaji elok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak, kita sama-sama hanya bisa menuliskan apa yang kita lihat disajikan semenarik mungkin

      Hapus
  16. Rasanya yaaaa, kyk ada kesan mistis ato agung kalo melihat foto ROL ini :)...cocok utk film yg menggambarkan seolah2 ada malaikat ato rasul turun ke dunia :D..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena cahayanya berpendar dari satu titik mbak.

      Hapus
  17. apiiiikk mas. next aku mbok diajari :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Latihan bareng, aku loh lagi latihan hahahhaha

      Hapus
  18. wihh keren, bisa betah tuh lama disana buat foto foto

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain buat berfoto, lokasinya juga asyik untuk bersantai melepas lelah.

      Hapus
  19. Wah makasih infonya, mas. Baru tau aku ada istilah ROL. Pengen foto di kebun bambu kayak gitu, di tempatku dulu banyak tapi sekarang udah ga ada. Kebanyakan dibersihin karena banyak ular kobra. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mas. Wah memang semak-semak dari bambu itu banyak banget sih. Biasanya harus rutin dibersihkan :-)

      Hapus
  20. Harus banget balik ke sini. Kurang puas ambil gambarnya :D. Ohya akhirnya berjumpa dengan mas Sitam hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai akhirnya bertemu Bloger Kediri. Makasih loh ya pisang gorengnya kaakkakakka

      Hapus
  21. kerennn ... pengen banget moto ROL ..
    jenis lensa juga kayaknya sangat berpengaruh sama hasil fotonya ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lensanya bawaan kamera kang. YAng jelas setelannya kudu bener dan Rolnya emang jos :-)

      Hapus
  22. setelah baca artikel ini saya baru tahu mengenai istilah ROL. Hehe mohon dimaklum yah mas wk. waduh pingin dong difoto dibalik bambu-bambu itu, soalnya belum pernah difoto dibalik bambu kaya mas ini hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga baru tahu istilah ini mas. Dan memang cakep banget sih :-)

      Hapus
  23. Kereeeen, sperti cahaya dr surga. *halah* hahaha kalo dipake bt wisata mlm kyknya lebih seru yak. wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakin berani wisata malam di sini? Kakakakkakka
      Taunya malah lari duluan

      Hapus
  24. nah ini rays of light, bukan kayak om itu tuuuuhhhh wkwkkw

    BalasHapus
  25. Koyoke jogging di sini atau sekalian pre wedding asyik yo Nasi. Boon Pring ini beneran deket Turen tah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hokya mainkan foto prewed di sini, aku temani ke sini deh ahhahahaha.
      Iya, ini kecamatannya di Turen.

      Hapus
  26. memang jadi dramatis ya ray of lightnya..

    BalasHapus
  27. Mas Ghoz suhu kita semua. aku juga diajari setting kamera yng rumit banget. Haha. Tanpa Mas Ghoz, mungkin gambar2 yg aku hasilkan terkesan biasa saja.
    Istilah ROL ini cukup populer di Gua Jomblang sebenarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha, dan beruntung ada dia selama di Malang :-D

      Hapus
  28. bagus banget yaaa,, selama ini aku kalo desprate udh nungguin RoL ternyata ga dapet, udah bakar2 aja dikit hahaha atau make applikasi Rays di ipon T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeeee, kudu sabar nunggu ROL. Tapi kalau lokasinya emang ajib bisa dapat kok :-)

      Hapus
  29. mas .... bolehkah saya pakai satu fotonya untuk artikel saya :)
    Thanks :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan mbak, dengan catatan tetap menyantumkan sumber foto ya. Terima kasih kembali

      Hapus

Pages