Mudik Asyik ke Karimunjawa bersama "KMP Siginjai" ASDP Indonesia Ferry - Nasirullah Sitam

Mudik Asyik ke Karimunjawa bersama "KMP Siginjai" ASDP Indonesia Ferry

Share This
KMP Siginjai di Pelabuhan Kartini Jepara
KMP Siginjai di Pelabuhan Kartini Jepara

Menjelang pagi aku terbangun. Pelabuhan Pantai Kartini mulai ramai. Belum juga mentari bersinar, para pedagang Karimunjawa yang belanja dari pasar Jepara mengangkut barangnya menggunakan becak ataupun mobil bak terbuka. Mereka sudah berduyun-duyun menata barangnya di lantai dasar kapal. 

Pemandangan ini selalu kulihat tiap mudik ke Karimunjawa. Aku bergegas menuju kamar mandi, wudu dan salat di musola. Lalu mengikuti barisan para calon penumpang Kapal Ferry yang sedang antre menunggu loket buka. 

Deretan para calon penumpang antre menunggu petugas tiket datang. Di penyeberangan Jepara – Karimunjawa pembelian tiket harus di tempat. Jadi kita harus datang pagi dan ikut antre mengular. 

Beberapa wajah para pengantre tidak asing bagiku, mereka adalah orang-orang Karimunjawa yang ingin mudik. Sebagian lagi adalah wajah-wajah tetap; mereka adalah pedagang yang tiap dua pekan sekali ikut menyeberang membeli sembako. Jika ada wajah baru, mungkin mereka wisatawan. 
Antrean calon penumpang kapal membeli tiket
Antrean calon penumpang kapal membeli tiket

Di penyeberangan ini, kapal yang bertugas adalah KMP Siginjai. Kapal Ferry Siginjai adalah milik ASDP Indonesia Ferry yang berlayar di Indonesia, termasuk di Jepara. Aku mengambil secarik kertas yang tersedia; menuliskan nama lengkap, alamat, dan umur. Kertas ini nanti diserahkan pada petugas untuk mencetak tiket. Di sini untuk sementara pembelian tiket di tempat langsung. 

Bagi warga Karimunjawa, mereka sudah hafal mengenai jadwal penyeberangan, harga, atau bagaimana mendapatkan tiket kapal sebelum kehabisan. Rata-rata para penumpang berbagi tugas; sebagian memasukkan barangnya ke kapal, sebagian lagi ikut antre sembari memegang kertas bertuliskan nama, alamat, dan umur. 

Aku sudah berada di depan etalase pembatas antara pembeli tiket dengan petugas yang ada di dalam. Kusodorkan uang sembari menyebutkan nama, alamat, dan umur. Tak lama kemudian alat mencetak tiket bekerja. Secarik kertas mirip kertas struk ATM, di atasnya terpampang logo ASDP Indonesia Ferry. 
Calon penumpang mulai naik ke atas kapal
Calon penumpang mulai naik ke atas kapal 

Kuambil tiket sembari mengucapkan terima kasih. Aku menyusuri jalur pejalan kaki yang ada di pelabuhan. Kaki melangkah menuju Kapal Ferry Siginjai; kapal yang menggantikan KMP Muria beberapa tahun silam. 

Dua petugas menjaga depan pintu masuk kapal, ABK kapal memegang gawai. Mereka memindai kode yang ada di tiket dengan aplikasi. Proses pindai tiket ini aku temukan kala di Jepara, sedangkan di Karimunjawa ABK Kapal mengecek secara manual. 

Aplikasi yang digunakan bernama ASDP Pindai Tiket. Petugas mengambil tiket dari penumpang, lalu melakukan pemindaian pada barcode tiket. 
Proses memindai barcode tiket penumpang kapal menggunakan aplikasi
Proses memindai barcode tiket penumpang kapal menggunakan aplikasi

“Pak, boleh saya abadikan?” Pintaku. 

“Silakan mas,” Ujar petugas tersenyum. 

Proses pindai tidak lama, hanya sepersekian menit sudah selesai. Beruntung aku sempat mengabadikan. Di sini, calon penumpang yang ingin naik ke atas kapal tidak berdesakan, sehingga santai dan nyaman. 

Kesibukan di dalam kapal terasa riuh. Petugas kapal bersama para pemanggul barang dagangan saling berkomunikasi untuk mengatur letak barang dagangan. Pun dengan tatanan kendaraan roda empat dan dua. ASDP Indonesia Ferry; khususnya KMP Siginjai di Jepara menjadi urat nadi masyarakat Karimunjawa. 

Jika kapal ferry ini tidak berlayar, terasa jelas masyarakat Karimunjawa terkena dampaknya. Jika wisatawan masih bisa menggunakan kapal yang lain, berbeda dengan para pedagang. Seluruh sembako (kecuali BBM) hanya diangkut menggunakan KMP Siginjai. 
Barang sembako warga Karimunjawa di atas kapal
Barang sembako warga Karimunjawa di atas kapal

Seminggu sebelum lebaran, penumpang kapal tidak terlalu ramai. Biasanya penumpang ramai menjelang lebaran. Kunaiki tangga yang berada di ujung kapal menuju lantai dua. Di lantai dua terbagi menjadi beberapa sekatan; ruang ekonomi ada tiga sekatan, ditambah ruang VIP. 

Sebagaimana anak Karimunjawa lainnya, aku lebih suka memesan tiket ekonomi. Lalu duduk di depan kafetaria, sekalipun tidak memesan makanan karena bulan puasa. Kursi terjejer bersih, tidak ada nomor urut; namun tidak serta merta berebut tempat duduk. 

Kuamati ruangan di lantai dua, terdapat tabung Apar pemadam kebakaran di balik pintu, di sampingnya berdiri kokoh almari tempat pelampung. Tepat di atas pintu terpasang CCTV, serta di depan juga disediakan dua LED besar. LED ini berguna untuk pengarahan penggunaan pelampung sekaligus media hiburan kala kapal berlayar. 

Setiap sudut kapal sesuai dengan SOP. Tiap dinding tertera tulisan seperti arah musola, kafe, dan denah kapal. Selama perjalanan aku tidak ke lantai atas, di sana agak panas. Aku lebih suka berbincang di lantai dua. 

Penumpang berbaur menjadi satu. Aku bisa membedakan mana wisatawan maupun warga setempat; namun mereka duduk di kursi yang sama selama empat jam. Seperti deretan di belakangku, sebaris kursi diduduki wisatawan manca yang ingin berlibur ke Karimunjawa, sementara baris belakangnya lagi teman-temanku yang mudik. 
Penumpang kapal KMP Siginjai duduk di kursi yang tersedia
Penumpang kapal KMP Siginjai duduk di kursi yang tersedia

Meskipun pengecekan tiket sudah dilakukan melalui alat pindai di pelabuhan, ABK Kapal masih mengecek tiket saat kapal sudah berlayar. Ini artinya, kalian harus membawa tiket tersebut sendiri-sendiri. Jika rombongan, usahakan tidak berpencar dulu. 

“Selamat pagi nona, bisa saya lihat tiketnya sebentar?” Sapa ABK kapal menggunakan Bahasa Inggris. 

Empat wisatawan manca bergegas menunjukkan tiket dan diperiksa petugas kapal. ABK kapal yang merupakan pemuda berkisaran umur 25 tahun cukup cakap berbahasa Inggris. Keterampilan berbahasa asing membuat komunikasi antara penumpang manca dengan ABK kapal menjadi lebih mudah. 
ABK kapal mengecek tiket penumpang
ABK kapal mengecek tiket penumpang

Waktu berlayar baru setengah jam. Ini artinya masih ada 3.5 jam lagi waktu yang kami tempuh mencapai Karimunjawa. Seandainya cuaca kurang baik, waktu tempuh menjadi sedikit lebih lama. Aku dan penumpang lain menikmati perjalanan ditemani lantunan lagu dari pelantang kapal. 

Sedikit Informasi tentang ASDP Indonesia Ferry 


PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) berdiri pada tahun 1973 bernama Proyek ASDP Ferry yang berada di bawah Kementerian Perhubungan. ASDP Ferry pernah berubah nama menjadi Perum ASDP pada tahun 1986, kemudian berubah menjadi PT ASDP (Persero) tahun 1993. 

Perubahan status menjadi ASDP memiliki peran utama yang diharapkan mampu bersaing dengan instansi lain sebagai penyedia penyeberangan perintis. Perjalanan panjang ASDP memiliki tujuan untuk menjadikan ASDP sebagai salah satu perusahaan BUMN yang dapat memberikan kontribusi bagi negara. 

Sebagai penyedia penyeberangan perintis, ASDP mempunyai lintasan penyeberangan yang banyak di Indonesia. Lintasan penyeberangan tersebut menyebar di seluruh pulau besar di Indonesia; dari Sumatera hingga Papua. 
Infografis lintasan ASDP Indonesia Ferry di Indonesia
Infografis lintasan ASDP Indonesia Ferry di Indonesia

Di beberapa penyeberangan, tiket ASDP Indonesia Ferry dapat dibeli secara online di websitenya. Pada bagian beranda website, di pojok atas kanan terdapat fitur reservasi tiket kapal. Penyeberangan seperti Merak – Bakauheni bisa dipesan secara online

Batas maksimal pemesanan tiket secara online maksimal satu hari sebelum keberangkatan. Proses pemesanan tiket online pun cukup mudah. Kita tinggal mengisi pelabuhan asal dan tujuan – beli tiket online – menentukan jadwal keberangkatan - mengisi biodata calon penumpang – tampilan data penumpang – transfer biaya pembayaran. 

Proses ini berjalan dengan cepat layaknya kita membeli tiket pada aplikasi-aplikasi lainnya. Pun jika ada hal ingin ditanyakan; pihak ASDP Indonesia Ferry sendiri bisa dihubungi melalui tiap media sosial. Tercatat media sosial seperti Instagram dan Twitter-nya cukup aktiv membantu pelayanan calon penumpang. 
Ilustrasi pembelian tiket ASDP Indonesia Ferry
Ilustrasi pembelian tiket ASDP Indonesia Ferry

Penyeberangan Jepara – Karimunjawa sendiri sudah sekali ganti armada/kapal. Dulu kapal yang berlayar adalah KMP Gunung Muria. Persis perdana menyeberang ke Karimunjawa aku tidak tahu, antara akhir 1998-an atau malah awal 2000. Kapal ini mempunyai waktu tempuh 6 – 7 jam. 

Waktu tempuh 6 – 7 jam kala itu sudah sangat cepat, terlebih pada masa tersebut kapal-kapal yang menyeberang Jepara – Karimunjawa hanya milik nelayan. Sehingga tidak bisa maksimal dalam membawa barang ke Karimunjawa. 

Tahun 2014, kapal KMP. Gunung Muria diganti dengan KMP. Siginjai. Secara fisik kapal ini sedikit lebih besar. Tercatat lebih panjang sekitar 8 meter dari kapal sebelumnya; spesifikasi kapal bisa dilihat pada website ASDP Indonesia Ferry. Di sana tercatat seluruh kapal milik ASDP. 

KMP Siginjai sendiri mempunyai jarak tempuh 4 – 5 jam perjalanan dari Jepara – Karimunjawa/sebaliknya. Waktu tempuh yang lebih cepat membuat kapal ini menjadi incaran para wisatawan untuk berlibur ke Karimunjawa. Jadwal penyeberangan bulan depan selalu rilis diakhir bulan sebelumnya, dan diumumkan melalui media sosial ASDP Jepara. 
Spesifikasi KMP Muria dan KMP Siginjai
Spesifikasi KMP Muria dan KMP Siginjai

Dikutip dari Laporan Tahunan ASDP Tahun 2016; tepatnya bulan September 2016 terdapat peningkatan layanan KMP. Siginjai dalam rangka mendukung wisata Karimunjawa. Laporan ini dapat diakses tiap orang melalui website ASDP Indonesia Ferry. 

Selain wisatawan, pada dasarnya ASDP Indonesia Ferry ini juga menjadi tulang punggung masyarakat Karimunjawa. Berlayarnya kapal, berarti membuat perekonomian di Karimunjawa bergerak maju. Seperti yang terlihat tiap kapal ini menyeberang ke Jepara atau sebaliknya. Berbagai barang milik warga tertata rapi di lantai satu dan dikirimkan ke tempat tujuan. 

***** 


Empat jam lebih sedikit, suara pelantang KMP Siginjai menggema. Sisi kiri jendela terlihat sebuah pulau; ini artinya sebentar lagi kapal ini berlabuh di pelabuhan Karimunjawa. Informasi nahkoda kapal berkaitan dengan penumpang terdengar kencang. 

Aku bersiap turun, kuambil keril yang sedari tadi tersandar di bawah kursi. Sesekali aku melihat ke tangga, menunggu penumpang yang ingin cepat turun. Aku bersabar duduk agar tangga sedikit sepi. Para membawa kendaraan roda dua maupun empat lebih dulu turun. 
Suasana lantai satu KMP Siginjai saat sandar
Suasana lantai satu KMP Siginjai saat sandar

Pintu depan kapal terbuka, satu persatu penumpang yang berada di dalam kapal menyeruak keluar. Sementara petugas sibuk berjaga sembari mengingatkan agar warga yang di pelabuhan belum diperkenankan naik ke atas kapal. 

Aku mengikuti penumpang lain turun. Tidak ada kata berdesakan, semuanya berjalan dengan aman dan lancar. Begitu kaki menapakkan langkah di pelabuhan, terlihat warga yang menunggu sudah berjejer di tepian pelabuhan. Menunggu arahan ABK Kapal untuk masuk dan mengambil barang untuk diangkut. 
Kendaraan roda tiga dan empat menunggu barang yang akan diangkut dar dalam kapal
Kendaraan roda tiga dan empat menunggu barang yang akan diangkut dar dalam kapal

Dari ujung pelabuhan Karimunjawa, aku menoleh ke belakang; KMP Siginjai tertambat, di atasnya tertera tulisan besar “Bangga Menyatukan Nusantara”. Suatu kebanggaan tersendiri dapat menyeberangkan mereka yang terpisah Samudra untuk menyatu. Ya, ini sepenggal ceritaku tentang mudik ke Karimunjawa. *Sabtu; 09 Juni 2018.

33 komentar:

  1. Naik fery emang mantep mas, saya terakhir naik pas ke pulau selayar. Awalnya ngeri sih soalnya kapal kecil tapi bawaannya gede. Tapi serunya itu bisa saling berinteraksi dengan penumpang lain di barisan kursi lainnya. Kalau saya suka banget jalan ke atas kapal sambil liatin lautan, Keren yah sekarang gak perlu repot lagi tinggal scan langsung selesai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheheh, kalau saya tiap mudik naik ferry mas. Apalagi kalau bawa kendaraan, jadi kudu kapal ferry yang mengangkut. Sampai hapal dengan ABK Kapal karena keseringan mudik :-D

      Hapus
  2. wah.. keliatannya seru yah

    rame banget. saya mah belum pernah naik ferry teh euy... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ramean pas arus balik mas. Wisatawan dan penduduk setempat banyaknyang balik untuk kerja.

      Hapus
  3. Saya naik ferry cuma dulu pas piknik sekolah ke Bali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehhe, aku malah pengen coba rute Jawa Bali sama Jawa Sumatera :-D

      Hapus
  4. Hahahhahaa aduh aku rindu naik kapal Muria dulu ke Karimun Jawa bolak-balik. Sekarang sudah Siginjai ya... Hmmmm... Apakah ini kode supaya balik ke Karjaw segera?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sana main hahahha. Nginap di rumah aja. Kan kamu dah lama banget nggak ke sana :-D

      Hapus
  5. Aduuh udah lama banget nget aku nggak naik kapal. Cita-citaku salah satunya naik kapal laut dari Jawa ke Papua atau ke mana gitu lah :"D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik kapal perintis dari Surabaya ke Papua, paling semingguan.

      Hapus
  6. wah itu harus antri? sayang yah belum dijual online.. padahal bukannya tiket asdp ferry di daerah lain udh bisa dipesan online ya? #cmiiw

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di Karimunjawa sepertinya asyik seperti ini mas. Karena pangsa pasarnya adalah warga Karimunjawa yang berdagang. Kalau online, takutnya habis oleh wisatawan, dan penduduk sekitar tidak bisa ikut hehehehhe

      Hapus
  7. Kemarin sempat main ke pelabuhan penyeberangannya pengen lihat si bukit siginjai. Tp parkiran mobilnya aja penuh banget euy.. musim liburan sih ya.
    Lain waktu lah main ke jepara lagi pas sudah lewat musim liburannya, sembari nyebrang ke karimun jawa sekalian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin hehehehhe
      Semoga bisa ke sana mbak. Jadi sekarang fokus liburan di Jepara aja hehehehe

      Hapus
  8. Terakhir naik kapal laut kayaknya lebih dari 10 tahun lalu. Tapi, memang kurang menyenangkan karena saya mabok laut. Jadi penasaran pengen cobain naik lagi. Kira-kira masih mabok laut atau enggak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika perjalanan panjang, biasanya berdayakan 1-2 jam pertama untuk jalan, setelah itu istirahat kalau takut mabuk laut.

      Hapus
  9. Beruntungnya kita, hidup di negara kepulauan, satu sama lainnya terhubungkan oleh laut yang indah. Laut bukan memisahkan tapi menyatukan.

    Kapal adalah salah satu moda transportasi yang saya suka, selain kereta api. Tapi sayang, belum kesampaian nih menjejak Karimun Jawa sampe sekarang, hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti kita tidak dipisahkan laut ehhehhehe.
      Semoga ada waktu menginjakkan kaki di sana mbak :-)

      Hapus
  10. Jadi kapan aku mau diajak mudik asyik naik kapal ini? Kayaknya enak nih nggak berdesakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Situ mabuk laut nggak? Takutnya pas diajak malah mabuk laut. Kan repot ngurusi ahahahhaha

      Hapus
  11. pengen ke karimun gak kesampean mulu e, wah mupeng gan hehhee

    BalasHapus
  12. Di indo aku naik ferry baru 2x, tp jujurnya ga inget kesan2nya krn msh kecil. Pas ke bali ama samosir. Tapi, di Jepang kemarin sempet rasain naik ferry wkt nyebrang ke pulau miyajima. Sejujurnya, ferry itu angkutan transport yg aku paling takut mas :p. Takut tenggelam dan aku ga bisa berenang. Huahahaha. Makanya baru milih ini kalo memang ga ada pilihan lain :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, selama yakin bakalan aman mbak. Setidaknya ada sekoci dan pelampung di sana :-)

      Hapus
  13. Belum pernah ke Karimunjawa sih. Konon kapal ferry-nya begini gak selalu ada tiap hari. Apalagi kalau ombaknya gedhe. Tapi udah sering kalau naik ferry di beberapa tempat di Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapalnya hanya satu dan PP saat hari jumat. Selebihnya sehari satu tujuan, tidak PP

      Hapus
  14. ohh, berarti klo mau PP wajib pada Jumat. Selain itu mesti menginap...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata-rata menginap, kecuali ada pengumuman dari pihak ASDP. Itu juga tergantung cuaca

      Hapus
  15. wah sudah puluhan tahun saya tidak naik kapal laut / ferry .. jadi pengen nyoba lagi.
    sekarang sudah ngikutin zamannya .. bisa online dan pakai qr code juga.
    btw .. ternyata nyebrang ke karimun jawa lumayan lama juga ya ... apalagi waktu zaman dulu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa coba nyeberang Merak - Bakehuni kang hahahahhaha

      Hapus
  16. jadi, kapan ya sha ke karimun jawa? haha sha seumur2 belum pernah naik kapal ferry :P
    Sha mulai berpikir, selama ini sha ngapain aja sampe banyak hal yang belom pernah sha coba dan lakuin hehe

    kapal yang kaya gini emang harus di angkat ke publik sedemikian rupa, apalagi setelah kejadian dua kapal yang tenggelam kemaren2 biar orang2 gak takut naik kapal. Well yah, waktu mau nyebrang itu kita bisa milih kapal yang mana kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. baru baca komen yang lain, ternyata kapalnya cuman satu. oh. baiklah. *nanyasendirijawabsendiri*

      Hapus
    2. Hhehehehhehe, untuk ASDP hanya kapal Siginjai ini teh, kalau kapal cepat ada juga. Mau naik pesawat juga bisa lewat Surabaya. Enakan naik kapal teh, kadang 4 jam nggak kerasa pas lagi cuaca baik.

      Hapus

Pages