Mercusuar Cimiring dan Pantai Karang Bandung Nusakambangan - Nasirullah Sitam

Mercusuar Cimiring dan Pantai Karang Bandung Nusakambangan

Share This
Mercusuar Cimiring di atas bukit
Mercusuar Cimiring di atas bukit
Lelaki di depanku terdiam kala kusebut nama mercusuar Cimiring. Beliau menggeleng, tanda tak bisa mengantarku sampai tempat tersebut. Tak ada waktu lagi untuk menawar, toh sedari awal aku sudah menggarisbawahi destinasi tersebut jika memang mereka menyanggupi. 

“Kalau motret dari laut bisa pak? Saya ingin melihat mercusuarnya.” 

“Bisa mas, tapi nambah 50 ribu rupiah ya,” Tawar beliau. 

“Oke,” Jawabku singkat. 

Kami sepakat, dengan uang 200 ribu rupiah, aku bisa menyewa kapal sendirian menyeberang ke Pulau Nusakambangan. Tahun 2017, aku pernah menyewa kapal sendirian dengan harga 150 ribu rupiah. Tambahan 50 ribu rupiah ini karena permintaanku untuk memotret bukit yang ada di ujung timur pulau Nusakambangan. 

Sebuah pelampung disodorkan untukku. Pelampung ini kupakai sembari mengecek kamera yang ada di dalam drybag. Gawai dan lensa kit tersimpan di dalam drybag, sementara kamera sudah tersemat lensa 30-110 mili. Nantinya lensa ini yang kuoptimalkan memotret mercusuar.

Bapak yang mengantarkan penyeberanganku mendorong kapal dibantu dua rekannya. Ombak di pantai Teluk Penyu tidak besar, namun cukup merepotkan jika kapal didorong sendirian. Pulau Nusakambangan di depan masih seperti dulu, rimbun dan serasa penuh misteri. 

Lokasi mercusuar Cimiring ada di perbukitan yang menghadap samudra Hindia. Ini artinya bakal ada gelombang yang lumayan besar menerjang kapal. Bapak yang mengantarkanku sudah mengimbau jika kapal nantinya agak limbung diterjang ombak. 
Denah lokasi Mercusuar Cimiring - Google Maps
Denah lokasi Mercusuar Cimiring - Google Maps
Kapal melaju sedang, sesekali berpapasan dengan kapal lain yang dipenuhi penumpang. Mereka adalah wisatawan lokal yang berkunjung ke pantai karang bolong. Rute yang kulewati ini lumayan jauh dan berbeda arah kala setahun yang lalu berkunjung ke Benteng Klingker

Dilihat dari Google Maps, lokasi Mercusuar Cimiring ini berdekatan dengan Pantai Kalipat. Konon pantai ini merupakan salah satu pantai terindah di Nusakambangan. Akses menuju ke sana melalui area Pantai Karang Bolong, lantas menyibak jalan darat. 

Aku pernah membaca beberapa tulisan berkaitan dengan Mercusuar Cimiring. Bahkan salah satu blogger (temanku) pernah berkunjung ke sana. Bagiku, mereka yang bisa singgah ke sana adalah sebuah prestasi. Apalagi Mercusuar Cimiring bukan destinasi wisata yang mudah dikunjungi, terlebih tempatnya di Nusakambangan. Di ulasan Google Guide, ternyata sudah banyak orang yang pernah singgah di tempat tersebut. 

Sepanjang perjalanan, kapal sedikit mendekat di Nusakambangan. Tampak jelas tebing pulau ini. Bahkan di titik-titik tertentu, terlihat nelayan sandar di pulau. Mereka ada yang mencari lobster dan memancing. Nahkoda kapal yang mengantarku menyapa mereka. 
Sudut lain pulau Nusakambangan
Sudut lain pulau Nusakambangan
Tebing terjal menjadi pemandangan selama perjalanan. Bebatuan menjulang tinggi, riak-riak ombak terlihat kala gelombang mengempas dari samudra. Ada juga karang yang tampak di tengah laut, buih-buih ombak memutih seperti kapas. 

Kapal mulai menjauh dari daratan, sedikit demi sedikit kami menjauhi pulau Nusakambangan. Air laut yang mulanya tenang mulai bergelombang. Kapal yang kunaiki meliuk di atas ombak, moncong kapal lancip serasa menyibak gulungan ombak. Untuk sesaat kupegang erat tiang kapal. 

“Kalau terlalu dekat daratan takutnya kena karang mas,” Teriak nahkoda kapal. 

Aku teringat ucapan nahkoda waktu masih di darat jika nantinya ombak sedikit lebih besar. Tadinya alur yang kami lewati adalah Segara Anakan, sehingga ombak tak besar namun arus kencang. Kali ini di perbatasan laut lepas dengan Segara Anakan ombak besar membuat kapal limbung. 

Sebenarnya ombak seperti ini pernah aku rasakan sewaktu naik kapal di Karimunjawa. Suasana sekarang sedikit berbeda, ditengah kapal terombang-ambing, aku harus mengeluarkan kamera untuk membidik mercusuar yang hanya terlihat puncaknya dari kejauhan. 

Penuh perjuangan memotret sebuah mercusuar dari tengah laut dan terombang-ambing. Apalagi aku hanya membawa lensa bawaan 30 – 110 mili. Jadi memang benar-benar sudah mendapatkan foto yang baik dan jelas. Hasil foto tidak miring saja bagiku sudah bersyukur. 
Bukit tempat mercusuar Cimiring
Bukit tempat mercusuar Cimiring
Mungkin dibenak nahkoda kapal masih penuh rasa penasaran. Untuk apa aku jauh-jauh ke Cilacap hanya ingin memotret Mercusuar Cimiring. Sebuah pertanyaan yang sejatinya aku juga belum tahu jawabannya. Tiba-tiba saja aku jatuh cinta dengan Pulau Nusakambangan. 

Tjimiring atau Vuurtoren te Noesakembang 

Keberadaan mercusuar bagi Negara maritim merupakan sesuatu yang penting. Salah satu fungsinya adalah untuk menjadi penanda daratan bagi pelaut. Di Indonesia sendiri terdapat banyak mercusuar. Lokasinya hampir ada di seluruh pulau-pulau besar Indonesia. 

Di Sumatera ada beberapa mercusuar seperti di Pulau Brueh. Di Bali ada di Tanjung Bungkulan, Kalimantan di Tanjung Tokong. Di Indonesia bagian timur, ada di Pulau Liran, Maluku. Bahkan di Oinake, Papua. Sementara di pulau Jawa, terdapat banyak mercusuar. Salah satunya adalah Mercusuar Cimiring di Nusakambangan. 
Mercusuar Cimiring dari tengah samudra
Mercusuar Cimiring dari tengah samudra
Puncak Mercusuar Cimiring terlihat di antara pepohonan
Puncak Mercusuar Cimiring terlihat di antara pepohonan
Literatur yang menuliskan mercusuar Cimiring tidak banyak. Bagi yang ingin mencari tulisan lama tentang Cilacap bisa menggunakan kata kunci “Noesa Kambangan, Tjilatjap, maupun Tjimiring, Vuurtoren te Noesakembang (untuk spesifik ke Mercusuar Cimiring). Pembangunannya juga berada di salah satu bukit tertinggi di pulau Nusakambangan bagian timur. 

Mercusuar ini dibangun pada tahun 1855 – 1857 pada masa penjajahan. Seperti yang diketahui, masa Raja Willem III dibangun banyak mercusuar di Indonesia. Secara tidak langsung, ini juga mempunyai peran penting untuk perkembangan navigasi kelautan Indonesia. 
Dokumentasi Mercusuar Cimiring - wikivisually.com
Dokumentasi Mercusuar Cimiring - wikivisually.com
Vuurtoren te Noesakembang - ebay.com
Vuurtoren te Noesakembang - ebay.com
Lampu suar di pulau Nusakambangan ini membantu para pelaut yang melintasi lautan di sekitaran Indonesia – Australia. Lintas kapal yang di samudra Hindia sangat ramai, banyak kapal-kapal Negara lain yang melintas di sana, pun juga berfungsi sebagai penanda batas wilayah Negara. Pada masanya, mercusuar ini juga sebagai benteng pertahanan. 

***** 

Pantai Karang Bandung Nusakambangan 

“Sepertinya sudah cukup pak,” Teriakku agak kencang. 

Beliau mengangguk, lantas kapal melaju mendekati daratan di ujung timur pulau Nusakambangan. Sedari tadi, nahkoda tersebut berusaha menahan kapal agar menghadap ke barat. Beliau berharap agar aku bisa dengan mudah memotret. 

Perbukitan di pulau Nusakambangan menarik diabadikan. Sebaris daratan putih mencolok di antara tebing-tebing bebatuan. Kapal kami mengarah ke hamparan pasir tersebut, ombak laut mulai berkurang. Aku menghela nafas panjang. 
Sampan mendekati Pantai Pasir Putih Karang Bandung
Sampan mendekati Pantai Pasir Putih Karang Bandung
“Pantai Karang Bandung!!” Teriak nahkoda yang mengerti isyaratku. 

Kapal makin mendekat, ada tenda kecil yang berdiri. Hanya saja pantai ini jauh dari kata ramai. Tak terlihat seorangpun yang ada di pantai. Jika dilihat, pantai ini jauh lebih putih pasirnya di banding pantai Karang Bolong. Barisan pasir putih sedikit kotor sampah laut. Seperti pantai-pantai yang tidak bertuan lainnya. 

Aku masih belum paham maksud nahkoda mendekatkan kapal ke pantai ini. Perjanjian dari awal adalah selepas memotret Mercusuar Cimiring dari laut lepas, kapal menuju Pantai Karang Bolong. Di sana nanti ada destinasi yang ingin aku kunjungi. 

Kapal tidak sandar, didekatkan kapal ini pada dua bebatuan besar yang sedikit terpisah dari daratan. Bongkahan batu membentuk pulau kecil yang berdekatan. Nyaris sama besarnya, hanya bebatuan sisi kanan lebih besar sedikit. 

Ada yang menarik pemandanganku. Di bebatuan yang sebelah kanan terlihat bekas tangga yang sudah rusak. Tangga tersebut menggantung, sepertinya ada orang yang pernah naik ke atas batu tersebut. Rasa penasaran ini dimengerti nahkoda kapal. 

“Pulau Jayakesuma!!” 
Pulau Wijayakusuma
Pulau Wijayakusuma
Jayakesuma yang dimaksud adalah Wijayakusuma. Nama bunga yang terkenal di Cilacap. Tanaman yang disebut juga dengan nama bunga Wikus ini termasuk tanaman Kaktus. Mitosnya bunga ini adalah tanaman sakti. Ada banyak mitos berkaitan dengan bunga tersebut. 

Nahkoda kapal bercerita terkait pulau Wijayakusuma. Tempat ini dianggap sebagai salah satu lokasi keramat bagi sebagian orang. Bahkan menurut penuturan nahkoda, tidak sedikit orang datang ke pulau tersebut untuk ngalap berkah

Terlepas dari mitos cerita yang banyak nahkoda ceritakan tentang kembang Wijayakusuma yang tumbuh di ujung pulau Nusakambangan tersebut, sejatinya Cilacap memang identik dengan hal yang bernama Wijayakusuma. Stadion sepakbola PSCS Cilacap bernama Stadion Wijayakusuma, dan Kereta Api Banyuwangi – Cilacap pun bernama Wijayakusuma. 

Perjalanan berlanjut menuju pantai Karang Bolong untuk mendarat. Nantinya aku ingin berkunjung ke Benteng Karang Bolong serta menikmati angin sepoi di pantai tersebut. Sementara aku nanti di daratan, kapal ini kembali ke Pantai Teluk Penyu, dan akan menjemputku menjelang sore. 

Sampai sekarang masih ada impian untuk berkunjung di Mercusuar Cimiring. Bahkan ada salah satu teman di Instagram yang menawarkan diri untuk menemani ke sana karena bapaknya bekerja di sana. Namun sampai sekarang masih kutangguhkan. Mungkin tahun 2019 ini bakal ke sana. Semoga terkabulkan. *Mercusuar Cimiring, 16 Februari 2018 

Catatan Penting: Tidak sedikit foto-foto kunjungan wisatawan ke Mercusuar Cimiring bertebaran di lini masa. Kalian mungkin bisa berkunjung ke sana, namun jangan pernah memaksakan untuk berkunjung. Taati aturan yang ada. 

Referensi Tambahan: Artikel ini juga mengambil literatur yang lain untuk mendukung tulisan, beberapa foto dan informasi penulis dapatkan dari referensi di bawah ini. 

29 komentar:

  1. Bapak tukang perahu itu berpikir kali ya, ini orang aneh banget, gak punya kerjaan, jauh-jauh cuma buat motret mercu suar kuno hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, bisa jadi seperti itu bu pikirannya :-)

      Hapus
  2. lewat tok to mas, kirain naik sampai puncak mercusuar
    heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga tahun ini bisa menginjakkan kaki di sana, mas.

      Hapus
  3. Terniat ini. Nyewa kapal sendiri dan ngambil foto mercusuar dari tengah laut. Tadi pas tak liat dari ho, lah mana ini, nggak ada mercusuarnya. Oh ternyata, nyempil cilik banget. Berati itu yang bisa beneran sampai ke menara suar, tergantung sama si pemilik perahu ne juga, ya, mas? Mau nganter sampai bibir pantai apa enggak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. *tak lihat dari HP maksudnya, maaf typo. Hehe

      Hapus
    2. Di gambar pertama aku juga nggak liat mercusuarnya, baru di gambar kedua kelihatan sedikit. Hehe

      Hapus
    3. Wisnu; ahahahhahaha, namanya juga pakai lensa seadanya
      Firmansyah: kali aja pas nanti main Sulawesi mau nganter ke mercusuar mana gitu ahhahahaha

      Hapus
    4. Aku dulu liat ada yang bagus waktu ke Bulukumba. Di Apparalang, yang pernah didatangin si Alid. Dari kota Makassar sekitar 4-5 jam perjalanan. Cuma aku nggak kuat naik mobil selama itu wkwk.

      Hapus
    5. Hahahaha, pantes Alid bilang ke di Makasar naik mobil. Ternyata sama kamu hahahaha

      Hapus
  4. Jadi penasaran sama hewan lautnya.. Kira-kira, lumba-lumba ada gak mas di Nusakambangan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya yang ada malah paus, seperti yang trdampar di sekitaran Pangandaran

      Hapus
    2. Oh.. Kalau paus terdampar, biasanya itu karena apa ya mas?

      Hapus
    3. Banyak faktornya mas, sepert terjebak karena ombak dll

      Hapus
  5. Aku pas baca sumber fotonya terkejoet. Ebay? Udah mikir aneh aneh kirain ada berkas dokumen penting gitu diperjualbelikan. Tibaknya dari kartu pos.

    Nggak mampir ke Pulau/Pantai Wikusnya ya mas? Pengen liat bunganya kayak gimana. Nek google wae ya isa sih. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, bagus kan kartu posnya hahahahhha.
      Aku gak naik, kasian sama bapaknya

      Hapus
  6. Penasaran saya dengan kalimat ini: Taati aturan yang ada.
    aturan apa saja kira-kira? apakah ada hubungannya dengan mistis? :D

    anyway, keren ya pantai-pantainya
    meskipun saya yakin ombaknya pasti tinggi banget, menghadap ke samudra soalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Melihatnya sudah seperti gimana gitu, daeng. Jadi lebih baik mawas diri di manapun ehhehhehehe

      Hapus
    2. bener banget.. kebiasaan ku ngomong kotor (anying) terucap selama perjalanan, dan hasilnya aku mendengar penunggu sana berkata persis yang aku omong (anying). logat nya persis aku tapi nadanya itu mirip temen aku, ku kira temen ku, tau nya pas tanya dia di luar pulau ternyata bukan! 😭

      Hapus
  7. Untunge dapet Pak Nakhoda yang sabar :) pas baca bapaknya nahan kapal biar ngadep ke barat itu, tubuhku rasanya ikut miring-miring wkwk. Aneh. Kaya serasa ikut menahan kapal jal?
    Dilihat dari dokumentasi masa lalu, mercusuar itu lumayan megah dan terawat. Semoga segera kesampaian ke sana lagi mas, buat update cerita sama foto terkininya Mercusuar Cimiring.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga, itu salah satu rencanaku kalau main ke Cilacap hehehehehe

      Hapus
  8. Sungguh niat yang sempurna haha. Masih bisa memotret keindahan alam lain, pulau-pulau, selain memotret mercusuarnya dari kejauhan. Menjadi tahu bentuknya dari foto lain yang melengkapinya. Aduh, jadi pengen ke Cilacap lagi hahaha 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheehhe, perjuangan masih panjang mbak. Ada niat saya ingin mengelilingi pulau ini naik kapal :-)

      Hapus
  9. Terniat bgt mas sampe jauh gto. Pertanyaannya kok gk datang langsung ke mercusuarnya. Menarik sepertinya.

    Salam
    www.kidalnarsis.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yang bilang ke mercusuar harus pakai izin, ada juga yang bilang tidak perlu. Lebih baik menangguhkan daripada takut menyalahi aturan.

      Hapus
  10. banyak hal mistis di pulau nusa kambangan. intinya jangan bicara kasar, jangan buang sampah sembarangan, dan jangan meladeni hal aneh disana. kalopun hal mistis terjadi (kita kayak dibuat game sama penunggu sana, yang bikin kita terpisah).. buang rasa ego kita. kalian bakal nyadar setelah keluar pulau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju.
      Di manapun kita berada, lebih baik menjaga etika.

      Hapus
  11. Lo naik sampai mencusuar udah menjadi suatu tantangang tersendiri jalanan yg terjal bebatuan yg runcing harus super hati2 dan wajib membawa bekal yg memadai karena perjalanan yg sangat jauh disitulah tempat tugas bapaku DISNAV CILACAP apalagi sebelum ada jamannya hp menghubunginya hrs menggunakan radio HF SSB ada panggilan hrs turun jam 7 malam hrs tetap dijalani hrs bernyali tinggi jalan kaki menuju dermaga semen yg jaraknya sangat jauh puluhan kilometer dimana saat itu banyak hewan buas, terimakasih jasa orangtuaku yg bekerja disana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Angkat topi untuk bapakmu mas. Malah pengen bertemu dengan beliau dan berbincang-bincang pengalaman menegangkan waktu masih di mercusuar cimiring.

      Hapus

Pages