Mengopi dan Berbagi Cerita di Gudang Kopi Jogja - Nasirullah Sitam

Mengopi dan Berbagi Cerita di Gudang Kopi Jogja

Share This
Pengunjung sedang memesan minuman di Gudang Kopi
Pengunjung sedang memesan minuman di Gudang Kopi
Layaknya pengunjung yang datang silih berganti. Aku masih konsisten mengunjungi tiap kedai yang berbeda. Menikmati suasananya, menyesap kopi, dan berbincang dengan barista kala mereka tidak sibuk bekerja. Atau sekadar menjelajah tiap sudut sembari mengabadikan ruangan kedai. 

Dibukanya kedai Gudang Kopi sampai juga di telingaku. Salah satu barista dari Homi Coffee mengabarkan sewaktu aku berkunjung di kedainya. Informasi tentang warung kopi yang berada di lantai dua Gudang Digital pun menyeruak dari kawan-kawan blogger sekaligus pecinta fotografi. 

Hingga tanpa terasa, aku menjadikan Gudang Kopi sebagai salah satu tempat bersantai, mengopi, bahkan berbincang terkait kegiatan memotret maupun urusan blogger. Hal ini dikarenakan agenda luar kantor yang berhubungan dengan hobi memotret mempunyai kolega orang-orang Gudang Digital. 

Jika kalian ingin mengunjungi Kedai Gudang Kopi, alangkah lebih baiknya jika menggunakan transportasi daring. Namun, tetap ada area parkir yang bisa digunakan jika kalian memakai kendaraan roda dua. Alasan yang membuatku menyarankan menggunakan ojek daring, karena lokasi kedai dan toko tepat di ujung Pasar Demangan. 

Tangga bercorak merah selaras dengan tulisan besar terpampang di tepi jalan. Kedai kopi berada di lantai dua. Sementara lantai bawah fokus bagi yang ingin membeli kamera dan peralatan yang terkait. 

Pintu kecil terbuka, suasana Gudang Kopi biasanya ramai menjelang siang. Terlebih jika di ruang sekatan yang biasa digunakan untuk kelas (pelatihan fotografi dll) sedang ada acara. Deretan kursi sofa memanjang, seperti tersemat pada dinding. 
Meja barista di kedai Gudang Kopi Jogja
Meja barista di kedai Gudang Kopi Jogja
“Selamat datang!” 

Sapaan barista dan pramusaji selalu terdengar kala ada pengunjung yang datang. Saking seringnya aku datang ke sini, ditambah beberapa barista pernah ketemu di tempat yang lain, kami cepat akrab. Sepertinya kebiasaanku ingat wajah dan lupa nama masih melekat hingga sekarang. 

Tak jarang barista maupun pramusaji di Gudang Kopi memberi diskon khusus. Pernah tidak sengaja melihat struk yang diberikan terdapat tulisan diskon untuk pengunjung yang loyal. Atau menggunakan kode tertentu untuk mendapatkan diskon. 

“Berhubung mas kenal saya, jadi saya kasih diskon, mas!” Canda salah satu barista saat di meja kasir. 

Candaan-candaan seperti ini menjadi menyenangkan. Artinya, barista dan pramusaji paham jika yang paling penting adalah bagaimana menciptakan kesan menyenangkan kala berkunjung di kedai kopi, serta mempunyai keingin untuk kembali berkunjung di lain waktu. Ternyata bukan sekadar bercanda, memang saat kubayar pesanan sudah terpotong beberapa persen. 
Para penghuni Kedai Gudang Kopi
Para penghuni Kedai Gudang Kopi
Gudang Kopi memang termasuk kedai yang baru. Namun, pengunjung yang datang cukup banyak. Sebagian dari mereka merupakan kolega yang senang memotret, sebagian lagi orang-orang baru seperti aku. 

Pernah ketika aku datang masih belum ramai. Ini waktu yang tepat untuk memotret ruangan kedai. Sengaja memilih waktu masih sepi agar pengunjung yang lain tidak merasa terganggu dengan tingkahku. 

Seperti yang sudah kusinggung di atas, kedai ini mempunyai tiga ruangan. Ruangan pertama yang ada di dalam, tepatnya satu bagian dengan meja barista. Meja dan kursi dikonsep mengikuti bentuk bangunan. Depan kasir, sofa hitam panjang tersemat pada dinding, di depannya dilengkapi empat meja tanggung dan beberapa kursi. 
Ruangan kedai kopi bagian dalam
Ruangan kedai kopi bagian dalam
Dinding kedai warnanya tidak monoton. Semacam corak papan berwarna cokelat, dilengkapi dengan beberapa figura foto yang berjejer rapi. Di atasnya juga ditambahi lampu sebagai penerang. Simpel dan terlihat menarik. Sedangkan sisi kiri bar, beberapa meja kecil juga lengkapi kursi, berbatasan dengan dinding kaca pada ruang kelas. 

Ruang kelas di bagian dalam juga multifungsi. Kala sedang ada event berkaitan dengan fotografi ataupun saat dipesan oleh komunitas tertentu, tempat ini menjadi semacam kelas kuliah yang bisa menampung lebih dari 30 peserta. Terdapat LED serta kursi-kursi untuk peserta. 

Jika sedang tidak digunakan acara, tempat ini menjadi bagian dari kedai kopi. Sudah ada meja dan kursi yang tersusun rapi tiap sudut. Kalian bisa memilih sudut yang menurutmu paling nyaman kala mengerjakan tugas maupun bersantai dengan kawan. 
Ruang kelas diskusi disulap menjadi tempat ngopi kala senggang
Ruang kelas diskusi disulap menjadi tempat ngopi kala senggang
Satu ruangan lagi yang tidak sempat kuabadikan adalah area terbuka. Di antara ruangan yang lain, tempat ini menurutku paling luas dan asyik buat nongkrong bagi yang merokok dan sebagainya. Ada banyak meja yang tersedia, dan tidak ketinggalan tempat sampah di ujung ruangan, plus asbak. 

Menurutku, jika kita datang ke sini untuk bekerja, tentu ruangan yang di dalam menjadi pilihan pertama. Namun, jika sekadar berbincang santai, ruangan yang di luar cocok untuk berkumpul. Tinggal kita ingin yang mana saja. Di semua tempat juga tersedia stop kontak. 

Hampir sebagian besar minuman kopi di Gudang Kopi suadh kucicipi. Mulai dari Es Kopi yang ada tiga varian, berlanjut manual brew. Bahkan ada juga coldbrew-nya. Aku lebih sering memesan yang manual brew. Untuk kisaran harga Rp25.000. 

Sebelum memesan, kita bisa berbincang dengan barista untuk meracik kopi sesuai keinginan. Misalnya, aku suka minuman kopi yang tidak terlalu tebal, sehingga barista bisa menyesuaikan selera kita. Seandainya kalian bukan pecinta kopi, santai saja. Pilihan nonkopi juga beragam. 
Meracik kopi pesanan
Meracik kopi pesanan
Tidak hanya minuman, terkait makanan juga tersedia di kedai ini. Mau sekadar camilan maupun makanan berat. Aku lupa nama menu yang sempat kumakan beberapa waktu yang lalu. Kalau tidak salah namanya sedikit ada kata “rolasan”. Bisa kalian lihat di daftar menu yang ada di depan meja barista. 

Lama aku memotret berlanjut menulis draf artikel, pesanan kopi sudah di meja. Tataan paman berukir tulisan Gudang Kopi lengkap dengan gelas yang berisi air mineral. Kali ini aku memesan kopi dari Kerinci. Aku merasa biji kopi dari Kerinci ini pas, ada sedikit rasa manisnya. 

Satu hal yang unik di Gudang Kopi dibanding kedai kopi yang lainnya adalah adanya kerta memo terkait biji kopi yang kita pesan. Pada secarik kertas terdapat keterangan berkaitan dengan biji kopi, tempat roasting, dan rasa yang terasa saat kita seduh. 

Bagi orang yang sedikit lupa mengingat seperti aku, keterangan ini menjadi sangat berarti. Bagi orang awam, tentu adanya keterangan ini memicu kemampuannya untuk merasakan apa yang terasa kala menyeduh kopi tersebut. Menarik sekali. 
Seduhan kopi kerinci, lengkap dengan informasi pada kertas
Seduhan kopi kerinci, lengkap dengan informasi pada kertas
Keberadaan kedai kopi sepertinya sebuah terobosan baru bagi Gudang Digital. Mereka bisa menarik pengunjung dari pelanggan toko maupun kolega yang lain untuk berkunjung ke kedai. Tempatnya juga nyaman. Bisa lah bagi kalian yang ingin membuka kelas pelatihan dengan kapasitas 30 orang di sini. 

Sebenarnya ada banyak fotoku yang berkumpul di kedai ini kala ngobrol bareng kolega, blogger, teman baru, bahkan dengan barista maupun owner kedai kopinya. Namun, tak perlu aku unggah di postingan artikel. 

Kalau kalian penasaran dengan tempat ini, silakan berkunjung ke kedainya. Siapa tahu sepulang dari kedai kopi langsung mampir toko kamera di bawahnya. Atau setelah melihat-lihat kamera di toko di bawah lanjut naik buat mengopi di kedai. Sebut saja teman saya. Eh! *Gudang Kopi Jogja; 16 Maret 2019

12 komentar:

  1. wuih mantep gudang digital melebarkan sayap ke usaha lain
    pernah beberapa kali belanja online printilan kamera di gudang digital

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, besok-besok akalu ke Jogja kudu mampir di lantai 2, mas.

      Hapus
  2. Memang kesan pertama itu susah terlupa. Kadang kesan pertama menyenangkan itu pula yang menyeret kita kembali lagi di sana :))
    Tiap aku lewat di depan suatu kedai kopi, aku mBatin: "oh ini yang ditulis Mas Sitam kemarin, oh di sini to" wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak apa-apa, minimal masih ada yang diingat kalau liat kedai kopi.
      Kalau lihat anggrek juga ingat perjuangan suami nyari bunga, toh? *eh

      Hapus
  3. WAH BISA BISA NYA TIDAK ADA FOTO SAYA DI SINI

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf, ini siapa ya?
      Tolong kalau mau buang-buang receh, saya dikabari.

      Hapus
    2. nih aku lagi baca artikel ini sambil ngopi beneran di Gudang Kopi

      Hapus
    3. Pelanggan tetap Gudang Kopi. Josss.

      Hapus
  4. Sebagai orang yang tidak doyan kopi, kertas memo itu menurutku cukup unik dan bikin penasaran untuk segera membuktikan rasa yang tertera di kertasnya. Wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaahah
      Justru orang yang tidak doyan kopi biasanya sedikit lebih peka dengan rasa kopi dan pastinya punya komentar sendiri terkait rasa

      Hapus
  5. Satu lagi informasi soal kedai kopi a la blog ini he he he. Asyik kan ya kenal sama barista-nya terus dikasih diskon *mupeng*. Nah, secarik kertas yang menyertai pesanan pengunjung itu unik dan menarik. Belum semua kedai seperti ini, atau memang baru Kedai Gudang Kopi yang melakukannya.

    Yang juga tidak kalah menarik adalah kedai ini luas, sehingga bisa dipakai juga untuk membuka/menggelar kelas-kelas seperti kelas fotografi atau kelas blogging (misalnya). Mantap sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pokonya bentar lagi kasih kedai kopi yang lainnya. Biar bingung mau main ke kedai kopi yang mana hahahahah

      Hapus

Pages