Rutinitas akhir pekan aku habiskan untuk bersepeda. Sudah lama tidak mengayuh pedal di akhir pekan, ada sedikit rasa rindu mengayuh pedal sembari bersua dengan kawan. Setelah itu, banyak waktu kuhabiskan di kamar kos hingga menjelang magrib.
Sesekali aku melihat Instagram, mengecek unggahan kawan ataupun akun yang kuikuti. Entah kenapa postingan dari aku Paperplane Coffee membuatku tertarik datang. Sebenarnya kedai kopi yang berada di Jalan Pringgodani ini sudah lama ingin kusambangi.
Aku putuskan langsung bergegas selepas magrib. Diantar transportasi daring, aku sudah berada di halaman kedai kopi tersebut. Lokasinya berseberangan dengan Kedai Kopi No 27. Tidak jauh dari PKL Mrican.
Dari luar, bangunan Paperplane Coffee ini minimalis. Tidak banyak warna, dominan putih. Kombinasi dengan warna kayu dan lantai yang serupa kuning bermotif kayu. Sepintas melihat tempat ini membuatku berpikiran asyik untuk bekerja.
Meja dan kursi di luar Paperplane Coffee Jogja |
Tiga meja tertata di luar kedai. Tempat ini digunakan bagi pengunjung yang ingin menikmati kopi sambil berbincang santai, sehingga tidak mengganggu pengunjung yang di dalam ruangan. Tersedia juga asbak bagi yang merokok.
Tanaman rambat menggelantung, tiga lampu menerangi area luar. Stop kontak ada di tiap meja dengan jumlah colokan yang lumayan banyak. Sewaktu aku datang, tempat ini sepi. Sampai akhirnya ada dua cewek (pelanggan) yang datang dan menyesap cappuccino di sana.
Selepas isya, pengunjung bertambah. Rata-rata yang datang adalah pelanggan kedai kopi ini, pun dengan kawan barista. Aku menepi, menikmati waktu malam dengan menuangkan tulisan untuk draf blog. Bahkan, di sini pula aku menulis kedai kopi ini.
Sapaan barista terhadap pengunjung membuatku sedikit sadar, sebenarnya kedai kopi itu tidak hanya menjual “rasa” kopi, tapi juga keramahan barista. Poin ini sering aku ulang-ulang di tiap tulisan. Karena salah satu yang menyenangkan pengunjung adalah sikap ramah dari baristanya.
Pengunjung memesan minuman |
Paperplane Coffee dibuka sejak tahun 2018, tepatnya awal bulan Agustus. Sewaktu aku datang, di sini hanya ada tiga barista yang bekerja. Di waktu yang sama, kedai kopi ini sedang memposting untuk menambah barista baru.
Waktu buka kedai kopi Paperplane ini cukup lama. Buka pagi sejak pukul 07.00 WIB, kedai kopi ini tutup pukul 23.00 WIB. Tentu mereka punya alasan sendiri kenapa buka sejak pagi. Berbeda dengan kedai kopi yang lainnya biasanya pukul 08.00 WIB atau lebih siang lagi.
Pagi hari, kedai kopi ini menyasar pengunjung bule. Mahasiswa pertukaran dari kampus terdekat biasanya yang datang. Bule yang di Indonesia memang tetap mengopi saat pagi. Mereka memesan Americano ataupun Cappuccino. Terkadang juga latte.
Aku beranjak menuju meja barista, melihat daftar menu yang tersedia. Minuman kopinya cukup beragam. Kisaran harga dari 18000 rupiah hingga 30.000 rupiah. Pun dengan nonkopi. Ada beberapa minuman seperti teh yang bisa dipesan.
Daftar harga dan menu di Paperplane Coffee Jogja |
Kedai kopi ini juga menyediakan makanan. Makanan berat maupun kudapan dan keik. Pastry menjadi teman kopi tersedia dengan harga yang terjangkau. Bahkan di sini ada menu pisang goreng. Menarik untuk dicoba lain waktu.
Pembayaran bisa langsung menggunakan uang tunai ataupun uang elektronik seperti GOPAY dan OVO. Pembayaran menggunakan uang elektronik mendapatkan cashback sebesar 30% (saat aku datang). Sebagian orang sekarang banyak yang menggunakan uang elektronik tersebut untuk pembayaran.
“Es Kopi Susu Mellifloss,” Pintaku setelah melihat daftar menu.
Ruangan dalam memang tidak begitu luas. Namun, penataan meja dan kursinya cukup sesuai dengan ruangnya. Dua kursi panjang dengan meja yang tingginya berbeda. Satu meja panjang yang agak rendah asyik untuk bersantai.
Ruangan bebas rokok di Paperplane Coffee Jogja |
Sementara yang agak tinggi bisa digunakan untuk berdiskusi. Sayangnya, meja panjang yang agak tinggi ini berada tepat di tengah. Sehingga ketika ada pengunjung masuk ataupun keluar membuat agak kurang nyaman.
Kedua meja panjang yang agak di tengah ini tidak ada spot kontak. Kemungkinan besar memang diberdayakan bagi yang datang rombongan dan sekadar ingin bersantai. Untuk pengunjung yang datang berdua atau sendirian, bisa duduk di meja yang khusus sepasang kursi.
Dua meja kecil ini berada di dekat tembok, sehingga malah nyaman untuk membuka laptop. Meja dan kursi juga agak tinggi. Cukup ergonomis untuk bekerja. Selain itu, tempat ini tersedia stop kontak. Menurut barista, meja tersebut menjadi favorit beberapa pengunjung.
di sini juga ada yang menarik. Satu meja panjang tinggi melekat pada dinding depan barista. Disediakan lima kursi. Bagian bawah meja terdapat stop kontak di tiap sudut. Meja ini menyasar untuk orang bekerja. Agak sedikit mirip working space.
Meja panjang untuk bekerja |
Mungkin yang membuat meja tersebut kurang adalah posisinya membelakangi meja barista. Tempatnya juga di antara orang memesan minuman atau mereka yang ingin menuju toilet. Sehingga secara tidak langsung orang lain bisa melihat apa yang kita kerjakan.
Di ujung tersedia rak kecil yang berisi beberapa koleksi buku bacaan. Ada juga kaus yang tergantung pada hanger. Kaus-kaus ini ternyata dijual pihak kedai. Kisaran harganya antara 75.000 rupiah.
Lantunan musik pelan, jaringan internet cukup baik jika hanya sekadar membuat blog. Tidak banyak yang aku lakukan di sini. Hanya menyicil draft tulisan sembari mendengarkan lagu dari pelantang yang berganti-ganti penyanyinya.
“Ini minumannya mas,”
Segelas Es Kopi Susu Mellifloss tersaji dengan alas kayu dan satu buah roti yang diletakkan pada tataan. Minuman ini menjadi andalan di Paperplane Coffee Jogja. Minuman kopi susu ini ditambahi dengan gula aren. Tidak tersedia sedotan. Barista hanya menyertakan sendok yang terbuat dari kayu.
Kusesap minuman dingin ini. Menurutku rasanya tidak terlalu manis. Sesuai dengan apa yang aku inginkan. Jarang-jarang aku memesan minuman es kopi di kedai kopi. Entah kenapa kali ini aku ingin mencobanya.
Es Kopi Susu Mellifloss di Paperplane Coffee Jogja |
Dituturkan barista, kedai kopi Paperplane ini malah ramai saat weekday. Lebih khusus lagi saat siang hari. Mereka yang datang adalah mahasiswa-mahasiswa dari kampus terdekat untuk kerja kelompok ataupun diskusi.
Menjelang malam, pengunjung cenderung biasa. Ramai tapi tidak signifikan. Seperti halnya yang aku lihat saat ini. Sampai pukul 20.00 WIB pun kedai kopi ini masih cukup lengang. Padahal di kedai-kedai kopi yang lainnya, malam adalah waktu kunjungan yang pesat.
Untuk sesaat aku merasa kedai kopi ini cukup menarik dikunjungi kala pagi. Terlebih buka pukul 07.00 WIB pastinya nyaman jika bekerja kala pagi. Mengopi ditemani pastry atau pisang goreng, seperti itu bayanganku.
Sudah kuagendakan di lain waktu bakal berkunjung ke Paperplane Coffee saat pagi. Sekadar menepi dan menulis artikel untuk blog. Suatu aktivitas yang biasa aku lakukan ketika di suatu kedai kopi. *Paperplane Coffee Jogja; Minggu, 13 Oktober 2019.
wah ngiler sama kopinya, pengen nyeruputtt :D
BalasHapusMonggo diseruput, enak loh ahahhah
HapusOke sih mas kalo tiap meja ada stop kontaknya, sayangnya nggak ada kursi empuk gitu ya? Aku kalo kerja di cafe biasanya mood-nya rada santai.
BalasHapusIya, kursinya kayu semua. Tapi menurutku masih cukup nyaman kok di sini.
Hapusinterior kafenya keren sangat. Pasti betah deh
BalasHapusBikin moodnya lebih bagus ehheheh
Hapussetuju tentang meja panjang yang mepet ke dinding, pastinya kurang nyaman buat nongkrong ataupun ngerjain sesuatu/kerjaan..
BalasHapusIya mas, tapi sayang kalau spot segitu tidak dimanfaatkan
HapusTempatnya sepertinya cozy buat berlama-lama kerja di sana. Tapi kalau buat kerja saya lebih memilih kursi dengan sandaran full di punggung dan menghadap keluar biar mata bisa refreshing dari layar laptop euy.
BalasHapusbtw, itu kopi susu mellifloss itu apa bedanya dengan kopi susu biasanya? apa karena gula arennya yaa?
Betul mbak, kalau sendiri dan butuh waktu lama memang kursi yang ada sandarannya lebih nyaman
HapusSpace di luar kedai masih adakah mas? Misal masih, sepertinya pengelola kudu memindahkan meja yang di depan pintu itu ke luar kedai. Biar nggak mengganggu akses masuk maupun keluar pengunjung.
BalasHapusDi luar suadh ada meja dan kursi, jadi tidak ada tempat lagi
HapusWahh tempatnya seru juga buat kerja nih. Interior kafenya keren dan bikin adem. Mungkin bisa dicoba ...
BalasHapusSalam kenal dari kami Travel Blogger Ibadah Mimpi
Semoga bisa bersua di sini ehehhhe. Bisa ngopi-ngopi
Hapustp aku selalu seneng ama kedai kopi yg ga terlalu crowded :). lbh nyaman aja, juga enak utk kerja.. dari dulu selalu menghindari tempat kopi yg rame mas :D.
BalasHapusaku suka interior kayu merek. bikin suasana jadi warm sih. bikin makin betah pastinya
Heheheh, sama mbak. Sebenarnya saya di manapun tempatnya bisa fokus menulis kalau di kedai kopi. Tapi lebih nyakan kalau tenang
HapusWah, minggu depan aku mau ke Jogja. Kalau sempat, pengin main ke sini. Sekalian selesain deadline kerjaan. Hehehe. :D
BalasHapusKalau butuh teman buat mengopi, dengan senang hati saya hahahahahha
Hapus