Merekam Kesibukan Masyarakat di Dermaga Rembang - Nasirullah Sitam

Merekam Kesibukan Masyarakat di Dermaga Rembang

Share This
Kapal-kapal di sekitaran Dermaga Rembang
Setiap melintasi jembatan Kali Karanggeneng, aku suka menghadap sisi barat jalan. Deretan kapal nelayan berkumpul, berjejeran tertambat di kedua sisi sungai. Saat itu juga, aku terbesit pikiran untuk mengunjunginya kala senggang. Sekaligus memotret di sekitaran Pelabuhan Rembang.

Tempat ini mengingatkanku pada Jembatan Cinta di Jepara. Kesibukan para nelayan biasanya tampak kala pagi. Pagi ini, aku sudah menunggu ojek di depan Fave Hotel Rembang. Ingin segera kurealisasikan memotret di sekitaran Pelabuhan Rembang. 

Kaki ini sudah ada di tepian ruas jalan. Getaran terasa kala ada kendaraan berat melintas di atas jembatan Kali Karanggeneng. Agak bergoyang-goyang. Di depanku, puluhan atau mungkin ratusan kapal kayu berbagai ukuran memenuhi sungai. 

Model kapal sama, melebar dengan bagian depan lancip menjulang tinggi. Di tempatku, kapal-kapal seperti ini biasanya melaut kala sore hari untuk menjaring ikan teri. Branjang, itulah istilah di Karimunjawa. Entah di Rembang. 
Pemandangan kapal ragam warna dari atas jembatan
Pemandangan kapal ragam warna dari atas jembatan
Aliran Kali Karanggeneng dimanfaatkan para nelayan untuk menambatkan kapalnya. Di sini, tidak akan terkena ombak besar. Selain itu, kapal-kapal dengan mudah menepi. Tiap sisi biasanya terdapat titian kayu penghubung ke daratan. 

Nyatanya kesibukan di perahu-perahu ini tidak mencolok. Hanya ada beberapa nelayan yang membersihkan jaring dari sampah-sampah kecil. Tak ada suara mesin kapal yang menderu. Sedikit senyap, sesekali terdengar suara orang memalu. 

Anak-anak kecil bermain bola di seberang, memanfaatkan tanah lapang yang tidak begitu luas. Aku terus berjalan, menapaki jalan menuju Pelabuhan Rembang. Dari jalan raya, banyak pesepeda yang menuju arah sama denganku. 

Sesekali mobil bak terbuka melintas, bau amis ikan menyebar. Kesibukan masyarakat setempat tidak terganggu dengan jalanan lumayan padat. Di ujung sana, tampak kerumunan warga kala pagi. Semacam ada pasar dadakan atau memang setiap hari. Entahlah. 
Kesibukan pemilik kapal kala pagi
Kesibukan pemilik kapal kala pagi
Jalan menikung, aku terus lurus hingga menapaki jalanan pasir padat dengan bebatuan kecil yang sedikit mencolok. Di sini terdengar kesibukan masyarakat. Sepertinya ini pasar tiban, orang-orang lebih banyak membeli jajan, lalu bersantai di tepian pantai. 

Payung-payung dari penjual dadakan dipenuhi pengunjung. Ragam jajanan pasar ditawarkan, semua menyatu di sekitaran pelabuhan. Tepian pantai sudah dibeton, bahkan tampak sebenarnya dikonsep untuk area terbuka. 

Meski tidak sepenuhnya terawat dengan baik, undakan semen di tepian pantai dimanfaatkan orang-orang untuk duduk santai menikmati suasana pagi. Terlihat sekumpulan keluarga, anak-anak, atau pasangan remaja yang asyik menghadap samudra. 

Niat awal ingin sampai ujung pelabuhan, tapi kutangguhkan. Aku lebih tertarik melihat rombongan keluarga yang memanfaatkan waktu akhir pekan bercengkerama di bibir pantai. Embusan angin kencang, sedikit bau amis ikan menyeruak. 
Pasar dadakan di tepian Pelabuhan Rembang
Pasar dadakan di tepian Pelabuhan Rembang
Tidak jauh dari keramaian para pengunjung di pasar tiban, hamparan ikan asin dijemur. Bilah-bilah bambu disulap menjadi tempat penjemuran ikan. Tampaknya, ikan ini sudah agak kering. Bisa jadi sudah dijemur sejak kemarin pagi. 

Kucing liar hanya mengendus sesaat, lantas pergi tanpa tertarik menggondol ikan kering. Sepertinya dia tidak tertarik dengan ikan yang tidak dijaga pemiliknya. Tepat di sisi penjemuran ikan, gulungan jaring digelar panjang, pemiliknya sedang menyulam senar-senar yang berlubang. 

Pelabuhan Rembang ini panjang. Tapi tidak kulihat kapal yang bersandar di jembatan. Dari kejauhan semacam barisan panjang berwarna kombinasi biru dengan putih. Apakah kapal-kapal hanya bersandar di aliran sungai tadi? Entahlah. 

Tidak banyak yang bisa aku temukan informasi di sini. Ingin berbincang dengan orang-orang tapi segan. Takutnya malah dikira orang sedang liputan. Dermaga panjang ini dimanfaatkan orang-orang untuk memancing. Ada beberapa motor yang terparkir di tengah jembatan. 
Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan sedang dijemur
Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan sedang dijemur
Tanggul pemecah ombak tak kalah kokoh. Berkat tanggul inilah, aliran air di Kali Karanggeneng tenang. Sehingga membuat nyaman para pemilik kapal ketika sedang musim ombak. Kapal-kapal bisa berlabuh dengan tenang. 

Di tepian pantai, bau ikan bercampur dengan bau sampah. Di sini masih banyak sampah kiriman dari laut. Sampah-sampah tersebut mengumpul di tepian, tidak ada yang membersihkan. Sampah seperti ini lazim di beberapa tempat. 

Mataku tertarik pada kapal-kapal berlabuh di tengah laut. Banyak kapal besar di sana, tambatan tali jangkar sesekali menegang menahan gerak kapal terkena angin. Di sana malah banyak kapal-kapal berukuran besar. Bisa jadi aku salah tempat memotret. 

Selepas memotret, aku iseng mencari informasi tentang pelabuhan Rembang. Di sini ada keterangan bahwa yang aku kunjungi ini keterangannya Dermaga Rembang, sementara jejeran kapal agak jauh tersebut adalah Pelabuhan Rembang yang ada TPI Tasikagung.
Pelabuhan Rembang tampak dari kejauhan
Pelabuhan Rembang tampak dari kejauhan
Aku penasaran dengan jejeran kapal yang jauh di sana. Ada jalan setapak dari sini, mungkin akses ini bisa dilintasi dengan jalan kaki menuju kapal-kapal ukuran besar yang berlabuh. Lagi-lagi aku menangguhkan ide tersebut. Baiknya duduk di sini sembari memotret dari kejauhan. 

Pandangan ini masih fokus melihat kapal-kapal besar. Sesekali ada perahu kecil mendekati salah satu kapal, menaikkan barang, lantas berlalu. Mungkin perahu kecil tersebut bertugas mengantarkan sembako ataupun air bersih untuk kapal-kapal besar. 

Sepoi angin laut lumayan kencang. Anak-anak masih asyik berlarian, para orangtua meneduh di bawah pohon dekat pantai. Pasar tiban masih ramai, geliat masyarakat yang menarik untuk diabadikan. Aku larut di sini dengan menjaga jarak agar tidak berkerumunan. 

Konon, sekitaran Pelabuhan Rembang menjadi salah satu tujuan masyarakat setempat untuk bersantai kala sore. Katanya, pemandangan matahari terbenam dari sini indah. Sekaligus tanpa ada pungutan biaya masuk. 
Kapal-kapal besar tertambat di tengah laut
Kapal-kapal besar tertambat di tengah laut
Aku tahu, di banyak tempat masyarakat memang memilih tempat-tempat seperti ini untuk menikmati pemandangan kala sore. Mereka bersantai, momong anaknya dengan melihat keindahan senja. Berbeda halnya dengan wisatawan luar Rembang yang ingin menikmati sore di pantai-pantai yang sudah terkenal. 

Usai memotret dan bersantai di tepian pantai, aku memutuskan kembali menuju sekitaran Kali Karanggeneng, ingin melihat kapal nelayan dari dekat. Aku melintasi titian bambu sambil memegangi kayu agar tidak terpeleset. 

Dari sini, aku bisa melihat lebih dekat kapal-kapal yang sedang tertambat. Sesaat mengambil rekaman, tidak lupa mengabadikan diri, lalu balik. Setidaknya, hari ini aku sudah mengunjungi salah satu tempat di Rembang. 

Waktu masih pagi, aku menunggu ojek daring di tepi jalan. Kembali ke hotel, mandi, serta persiapan berkemas meninggalkan hotel. Ini kali kedua aku mengunjungi Rembang. Rencananya, dua bulan lagi ke Rembang lagi demi konten blog. *Rembang; 20 September 2020.

14 komentar:

  1. Yang difoto dari kejauhan itu, yang ada jembatan panjang, kalo sore hari enak kayaknya bisa nunggu matahari terbenam di situ. Cocok sih untuk hunting foto di sini, mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku tahu setelah pulang dan lihat-lihat di google maps, ternyata itu memang pelabuhan utamanya. Besok kudu nyamperin lagi

      Hapus
  2. bisa dibayangkan bau amis ikannya dikala jalan jalan kesitu, heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahha, bener juga mas. Tapi kalau aku sudah kebal

      Hapus
  3. Ternyata malah dijadikan tempat momong bocah juga ya mas pelabuhan rembang ini, duduk duduk santai di beberapa area undakan semennya...padahal kubayangkan kalau siang panas banget pasti

    tapi ternyata kucing ga gitu doyan ikan kering ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, buat bersantai bareng anak-anak. hehheheh
      Ikannya di sini mungkin dah biasa lihat ikan

      Hapus
  4. Nyebur-nyebur dari ujung dermaga kayaknya asyik, Mas Sitam. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok aku ya nggak ngeh, jarang banget orang main di pantai ini buat renang

      Hapus
  5. Kucing ku juga ga tertarik Ama ikan asin :D. Apa mungkin ikan yg sudah diasinkan gitu memang ga disukai kali yaaa Ama kucing. Mereka LBH suka ikan yg seger ato setidaknya ga diasinkan begitu. Makanan berpengawet kucing memang ga doyan sih. Dlm hal ini, garam jd pengawet si ikan :D

    Kampung ku daerah pesisir juga, Sibolga. Tp seumur2 ga pernah main ke sana. Krn mikirnya udh aroma amis ikan duluan hahahahhaa. Tapi sepertinya menarik juga yaa melihat kapal2 bersandar , kegiatan orang2nya, dan sunset pas sore gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya nggak juga, mbak. Kadang juga kalau sepi diambil sama kucing. Cuma mungkin karena ramai dan sudah biasa lihat seperti ini, jadi kucingnya gak tergoda ahhahaha

      Wah, kudu ke Sibolga mbak, kalau gak salah satyawinnie juga orang sana

      Hapus
  6. menarik, kenapa kucing tidak suka ikan asin ya? karena sudah ada campuran lainnya kali ya?

    Kehidupan nelayan seperti ini sebenarnya dulu cukup akrab dengan saya karena ada beberapa keluarga yang jadi nelayan. sayangnya, sudah lama saya tidak berkunjung ke tempat mereka. melihat foto di atas, otomatis memori saya mengingatkan pada bau dan suasana yang dulu saya akrabi itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi karena sudah kering, jadi kurang menarik minat. Kalau pas basah, rata-rata kucingnya juga diem-idem mengambil.

      Bau ikan asin dan keramaian di pantai ini menyenangkan loh, bawaannya kangen blusukan heeeee

      Hapus
  7. biasane masyarakat emang punya tempat-tempat sendiri buat sekadar menikmati sore. nek di jogja kayak di bawah flyover lempuyangan gitu. dan tempat-tempat e itu biasane kurang menarik nek gae wisatawan. padahal jan jane yo menarik juga nek sekadar nongkrong ngono di tempat tempat gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, lebih asyik sekaligus tidak berbayar. Penting anaknya ada tempat terbuka untuk bermain

      Hapus

Pages