Destinasi Spot Foto Teras Kaca di Pantai Nguluran Gunungkidul - Nasirullah Sitam

Destinasi Spot Foto Teras Kaca di Pantai Nguluran Gunungkidul

Share This
Spot Foto Teras Kaca Gunungkidul
Spot Foto Teras Kaca Gunungkidul
Mobil-mobil meliuk disertai raungan panjang. Jalur tanjakan di Siluk lumayan panjang. Empat mobil serasa konvoi berjarak. Aku mengingat beberapa tahun silam kala bersepeda menuju Pantai Ngunggah. Jalanan inilah yang menguras tenaga.

Dua kawanku di belakang sibuk membuat video TikTok. Sementara sopir sudah menentukan arahan. Sebelum bermain pasir pantai, kami diajak terlebih dahulu menikmati wahana spot foto teras kaca di pantai Nguluran. Destinasi buatan ini menjadi spot viral di kalangan milenial. Mereka mengunggah foto di media sosial.

Aku sendiri lebih banyak diam, secara tidak langsung agak hafal potongan lirik lagu yang dijadikan iringan musik klip TikTok kedua kawanku. Tatkala hendak mengunggah, kami mengatakan jika tempat ini bakal sedikit kesulitan mengakses sinyal. Lepas itu, sinyal lenyap.

Libur panjang ini Jogja padat merayap. Sejak hari kamis sudah tampak mobil luar yang berkunjung. Opsi jalan Siluk ini memang paling pas, jika melintasi jalan Wonosari bakal jauh lebih macet dan jauh. Teras Kaca ini berlokasi di Bolang, Girikerto, Panggang.

Gapura masuk pantai dijaga empat orang, empat orang masuk dengan biaya 20.000 rupiah. Mobil melaju, kali ini agak pelan. Di sisi kanan tampak plang petunjuk arah. Tulisan Teras Kaca berdampingan dengan HeHa Ocean View. Kami turut mengantre masuk jalan kecil.
Tempat pembelian loket masuk Teras Kaca
Tempat pembelian loket masuk Teras Kaca
Jalanan menurun, sepertinya sudah dibuat tanah lapang untuk area parkir kendaraan. Berjejer kendaraan roda empat dari berbagai kota. Pun dengan warung-warung yang bersebaran. Ada banyak warung milik warga setempat yang sudah buka.

Bangunan loket masuk Teras Kaca kecil, seperti pos satpam dengan spanduk minuman kemasan yang jauh lebih mencolok. Rasanya memang harus diatur sedemikian rupa agar tampak lebih rapi. Di dekat loket pun tempat sampah diletakkan sedikit menghalangi.

Tiga orang masuk, kami membayar 30.000 rupiah. Satu orang sopir tidak ada biayanya. Jalanan menurun, sudah ada akses semacam undakan. Dari sini, kita bisa melihat sekat yang berbatasan dengan HeHa Ocean View di sebelah. Sama-sama masih tampak gersang dan pembangunan yang masif.

Memasuki area Teras Kaca, terdapat sebuah Taman Kelinci. Aku tidak masuk, hanya melihat sekilas dan melanjutkan perjalanan. Bangunan yang besar di sini adalah resto. Menjelang siang, sudah banyak orang yang berkunjung.

Spot utama yang menjadi andalan di sini adalah Teras Kaca. Sebuah bangunan dari kaca transpran yang menjorok ke laut. Di sini tiap wisatawan antusias untuk berfoto demi menambah unggahan di media sosial, khususnya Instagram.

Di sisi lain, HeHa Ocean View pun mempunyai spot yang mirip. Dari sini, kulihat spot yang ada di HeHa Ocean View mirip dengan Heha Sky View di Patuk. Ada pesawat dan balon raksasa. Pun dengan restoran terbuka. Semua tampak jelas dari Teras Kaca.
Nomor antrean berfoto di Spot Teras Kaca
Nomor antrean berfoto di Spot Teras Kaca
“Nomor antrean 25 & 26 silakan menuju spot foto.”

Suara pelantang dari gapura spot foto Teras Kaca terdengar. Dua orang bergegas menuju lokasi, tali pembatas dibuka. Aku sendiri masih bingung, bagaimana orang ini tahu kalau yang dipanggil itu dirinya. Ternyata, untuk berfoto di sini kita harus mengambil antrean.

Dua kawanku mengantre dan balik ke tempat duduk sudah membawa plastik transparan berisi empat kepingan nomor antrean. Tiga keping berwarna kemerahan, satu hijau. Kutilik nomornya sudah pada angka 75. Ini artinya benar-benar lama mengantre.

Teras Kaca di pantai Nguluran dikemas untuk mereka pecinta spot foto. Hampir semua spot foto berbayar. Ketika kita masuk, hanya ada dua spot foto yang gratis, lokasinya bernama mahkota dan satunya aku lupa. Selebihnya, kita harus membayar lagi.

Aku duduk santai menghadap pantai. Nun jauh di sana, kapal nelayan sedang mendekat. Jika tidak salah, kapal tersebut berlabuh di Pantai Gesing, lokasinya tidak jauh dari tempat ini. Suara kapal tak terdengar, hanya tampak melaju pelan.

Rombongan makin banyak. Tidak semuanya tahu jika ingin berfoto harus mengambil antrean dan membayar sekitar 20.000 rupiah. Aku sendiri duduk santai di bawah pohon cemara, melihat orang-orang yang berlalu-lalang. Sebagian lagi pengunjung sedang menikmati santap siang di resto.
Pengunjung sedang berfoto di Teras Kaca Gunungkidul
Pengunjung sedang berfoto di Teras Kaca Gunungkidul
Pandangan mataku menyapu segala penjuru. Gapura di depan mengingatkanku spot populer di Bali yang ada gapura menjulang tinggi dengan latar belakang gunung. Dari sopir yang mengantarkan kami, beliau bilang pemilik destinasi ini berasal dari Bali. Bisa jadi terinspirasi dari sana.

Para fotografer saling berbagi tugas. Ada banyak orang menenteng kamera dengan berbagai lensa dan pakaian yang dikenakan seragam. Dari obrolan yang kudapatkan, mereka adalah warga setempat yang mempunyai kamera dan bekerjasama dengan pengelola Teras Kaca untuk menjadi fotografer.

Untuk lebih jelasnya, aku bakal ceritakan tentang para fotografer ini di tulisan lainnya. Setidaknya, keberadaan para jurufoto ini menjadikan aman bagi wisatawan yang datang tanpa ada tim jurufoto. Mereka bisa menyewa jasanya.

Aku sendiri ke Teras Kaca sebagai jurufoto kedua kawanku. Sedari kemarin sudah menemani mereka ke Candi Borobudur. Angin sepoi, aku masih duduk santai dan melihat makin banyak orang yang datang. Mereka pun menunggu panggilan.

“Kita keliling dulu saja, masih lama nunggu nomor 75,” Celetuk kawanku.

Kami pun berjalan memutari tempat ini. Setidaknya yang kulihat banyak rombongan karyawisata. Ada beberapa orang yang membawa spanduk bertuliskan objek wisata yang dikunjungi. Lalu foto bersama di sekitaran Teras Kaca.
Spot foto lainnya Ayunan dan Becak Terbang
Spot foto lainnya Ayunan dan Becak Terbang
Sedari tadi, spot yang menurutku riuh suaranya adalah Ayunan. Bagaimana tidak, spot ini cukup memacu adrenalin. Khususnya bagi mereka yang suka permainan agak ekstrim. Ayunan ini menjulang tinggi dengan bawahnya lautan.

Petugas menarik tuas tali besar dan panjang lebih lama dan melepaskannya. Bersamaan dengan itu lengkingan jerit wisatawan yang duduk di ayunan makin keras. Sementara itu, kami yang menonton hanya tersenyum melihat raut wajah wisatawan tersebut.

Puluhan jepretan lensa jurufoto mengabadikan tiap momentum selama berayun. Foto-foto ini nantinya ditebus ketika selesai berfoto di spot. Di sampingnya, spot foto yang lain bernama Becak Terbang. Nantinya, penyanggah becak tersebut bisa naik dan jurufoto memotret dari bongkahan kayu di depannya.

Aku menyusuri jalanan di Teras Kaca, kulihat sudut-sudut yang lainnya. Hanya ada beberapa pohon besar yang bisa untuk meneduh. Selebihnya, tempat ini lumayan gersang. Kuturut jalur menuju tempat foto gratis untuk menghabiskan waktu sembari menunggu antrean.

Spot foto gratis bernama mahkota itu lokasinya naik. Ada puluhan tangga yang harus dilewati, pun di sana sudah banyak orang. Kami bertiga tidak jadi foto di sana. Aku sendiri menenteng kamera, sesekali memotret spot foto di tempat ini.
Spot foto berbentuk kapal di Teras Kaca
Spot foto berbentuk kapal di Teras Kaca
Tak jauh di depanku ada spot foto berbentuk kapal. Kedua kawanku tidak minat foto di sini. Dia memang fokus foto di Teras Kaca. Aku pun hanya melihat dari kejauhan, lantas memotret ketika ada wisatawan yang hendak berfoto.

Seperti spot foto yang lainnya, di sini ada harga sendiri untuk berfoto. Pada dasarnya, latar belakang foto adalah lautan. Hanya saja yang membedakan tentunya konsep spot foto itu sendiri. Di sini, tidak banyak yang antre berfoto.

Tepat di sisi spot foto berbentuk kapal, ada tanah lapang. Di bagian ujung tampak ayunan yang luput dari pandangan para wisatawan. Kuminta kawanku berdiri di sana dan memotretnya. Beberapa foto kuambil, dan mereka cukup puas.

Petakan lahan kosong ini masih bagian dari Teras Kaca. Menghadap ke tebing dan tidak ada spot fotonya. Kembali kuminta salah satu dari kawan untuk berfoto menghadap lautan. Lumayan menyenangkan, setidaknya mereka tidak duduk bosan menunggu antrean yang masih panjang.

Jika rata-rata pemandangan itu tersaji hamparan samudra. Di sini ada tebing yang menjorok untuk latar belakang. Ciri khas pesisir selatan adalah daratan yang menjorok dan berbentuk tebing. Biasanya, di antara dua tebing menjorok tersebut ada petakan pantai berpasir putih.
Sudut lain di Pantai Nguluran Gunungkidul
Sudut lain di Pantai Nguluran Gunungkidul
Hampir dua jam kami di sini. Belum ada tanda-tanda waktunya dipanggil. Puas berkeliling menuruti jalanan di Teras Kaca, kami kembali duduk di bawah pohon sembari mendengarkan nomor antrean yang dipanggil. Sudah memasuki angka 60-an.

“Nomor antrean 75!”

Bergegas kami menuju antrean dan menyerahkan tiga keping nomor antrean. Kami diminta duduk menunggu antrean sebelumnya yang masih berfoto. Kata bapak yang berjaga, nomor antrean sebelum kami sedang izin makan siang.

Satu sesi foto kurang dari lima menit. Semua memang dibatasi agar tidak menumpuk antrean. Rombongan sebelumnya selesai, kedua kawanku langsung bergantian menapaki teras kaca dengan tanpa alas kaki. Benar-benar panas.

Sebagai jurufoto, aku harus cekatan memanfaatkan waktu yang terbatas. Konsep sudah kami diskusikan, ketika sampai di lokasi, langsung berposes sesuai rencana. Bagiku, apapun momentumnya harus diabadikan, tinggal nanti memilih mana yang bagus sesuai selera mereka.
Berfoto di Spot Teras Kaca yang digandrungi wisatawan
Berfoto di Spot Teras Kaca yang digandrungi wisatawan
Rasanya baru sebentar, petugas yang berjaga memintaku untuk mengakhiri. Kuambil foto sebanyaknya, lalu kembali pada payung peneduh dan rehat. Dua kawanku cukup puas, penantian lebih dari dua jam tak sia-sia. Waktunya mencari spot baru.

Spot Teras Kaca di tiap akhir pekan mencapai 250 orang yang mengantre. Bapak yang berjaga mencatat nomor antrean pada buku. bisa jadi buku ini juga menjadi rekaman kala melaporkan kunjungan wisatawan yang berfoto. Kami berbincang sesaat, sebelum beliau kembali memanggil wisatawan yang selanjutnya.

Tuntas sudah mengantre di teras kaca. Kami menuju area parkir mobil. Kali ini ingin santap siang di pantai Gesing. Mobil meninggalkan teras kaca, dan ternyata arah masuk sudah mengular. Kedua kawanku meminjam kamera dan ingin melihat hasil foto di spot populer tersebut.

“Waktunya bermain pasir,” Celetuk salah satu kawan.

Aku menghela nafas panjang. Meninggalkan teras kaca yang ramai pengunjung. Pun dengan HeHa Ocean View sampingnya. Meski hanya disekat pagar, keduanya tampak berlomba-lomba menggaet wisatawan dengan konsep yang agak mirip. *Pantai Nguluran, 03 April 2021.

18 komentar:

  1. wah spot fotonya hampir semuanya berbayar .... sepertinya masih ramai pengunjung ya mas Sitam.
    kalau di daerah Bogor destinasi selfie begini gampang pudarnya ... lama2 jadi sepi pengunjung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kang, di sini sedang ramai lagi spot foto dengan konsep yang seperti ini.

      Hapus
  2. Wjwkwkwkwk aku bersyukur aku ga suka foto2 mas :D. Harus antre nyaris 2 jam, utk foto yg cuma beberapa menit, buatku mending ga deh mas :p.

    Eh tapi agak kurang setuju ttg gapura yg mirip Bali itu. Okelaah owner-nya berasal dari Bali, tp kan objek wisata ini dibangun di Jogja yaa. Aku sih tetep prefer memakai konsep yg berbau Jogja , bukan Bali. Tapi ya sudahlaaah, owner-nya punya alasan lain mungkin :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Segmen kesukaan orang memang beda-benda, mbak. Sebagian dari mereka rela menunggu lama. Kalau aku sih lebih suka santai ahahhaha

      Hapus
  3. Kalau aku dilema bgt ini pasti kalau suruh antri 2 jam, disisi lain suka bgt foto2, disatu sisi malas ngantrinya kalau sampai 2 jam gitu, hiks hiks.

    Tapi memang pemandangannya sebagus itu ya mas, ngantri 2 jam sepertinya terbayar lunas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama kayak temanku yang semangat nunggu dua jam hahahha

      Hapus
  4. Tiyapbspot foto yang ada dikenai biaya lagi ya mas nasirullah...harus bawa kocek yang tebal berarti ya..itu yang ayunan memang medeni sekali...kalau yang ada kapalnya bisa tuh pose pose ala rose dan jack di kapal titanic hahaha

    kok ga masuk taman kelincinya
    aku malah penasaran ama restorannya loh, penasaran ama menunya apa aja

    ditunggu post di pantai selanjutnya sambil kukineran pula

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, kudu selektif memilih spot yang ingin dijadikan foto.
      Kalau restonya seperti biasa sih, cuma kami memang tidak ke sana. Fokusnya abis ini keluar cari makan di dekat pantai haahhah

      Hapus
  5. Ngebayangin kalau datang di akhir pekan dan antre ratusan orang haha. Berarti emang lagi hits banget ini tempat wisatanya. Viewnya apik emang, dan pandai mencari peluang juga ini pengelolanya :D

    Tapi baguslah ya kalau sampe ada yang izin dan ada toleransinya kayak orang yang lagi makan gitu. Gak kebayang kalau kelewat = hangus. Kesian udah lama antre soalnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas akhir pekan ke sini sungguh ramai, jadi kalau bisa jangan pas akhir pekan hahahahaha.,

      Hapus
  6. Untuk foto saja perlu antri dua jam. Untungnya banyak hal menarik lainnya untuk dilihat. Lautnya juga biru banget, seger ngeliatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, beruntung bisa mengalihkan keliling yang lainnya dulu, biar gak gabut

      Hapus
  7. Oalaaaa, kepengen pepotoan di teras kaca kudu pake nomor antrean ya mas? Saking banyak peminatnya ituuuu deh. Ngeri ga sih pas ngeliat ke bawah hiiiiy berasa jatuh ke laut :D Mantap ceritanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Antre dan itu tanpa alas kaki, mbak. Kalau siang panas banget ahhahahah

      Hapus
  8. Kebetulan aku tidak suka foto di spot foto kayak gini mas. Jadi kalau lagi di tempat seperti ini biasanya cuma duduk santai aja. Kalau ga ngobrol sama warga lokal. Atau mngkin singgah di warung yang ada di sana.

    Tiap spot foto bayar, total ada belasan spot foto. Lumayan juga kalau foto di semua spot foto...wkkwkwwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, mas. Ini karena ada kwan, jadi ikutan motret. Kalau sendiri mah lebih suka mlipir ahhahah

      Hapus
  9. Saya lost focus sama yang Tiktok itu hahaha
    Memang ya zaman now Tiktok sudah jadi media paling powerful yang hampir menyamai Instagram

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk promosi, TikTok lebih cepat menyebarnya, daeng. Apalagi segmennya jelas banget

      Hapus

Pages