Sarapan Nasi Sambal Bawang Belut Bu Tri Klaten - Nasirullah Sitam

Sarapan Nasi Sambal Bawang Belut Bu Tri Klaten

Share This
Sarapan Sambal Bawang Belut Bu Tri Klaten (dokmentasi Yugo)
Sarapan Sambal Bawang Belut Bu Tri Klaten (dokumentasi Yugo)
Setiap bersepeda, kami menyisipkan agenda untuk kulineran di sekitar destinasi tujuan. Berhubung rute menuju Rawa Jombor, Yugo menyertakan kuliner sarapan nasi sambal bawang belut Bu Tri yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota Klaten.

Enam kilometer tertulis informasi dari peta gawai. Meski tidak jauh, tapi cukup menguras tenaga. Salah satu faktor tentunya karena kami terlalu lama istirahat, sehingga badan kembali harus menyesuaikan ritme kayuhan, pun cuaca menjelang siang cukup terik.

Mendung yang sempat menggelayut berangsur menghilang. Panas terik matahari mempengaruhi kayuhan sepeda. Kami melintasi Terminal Klaten, lantas belok kiri. Tepat di lampu merah, rute kembali belok kanan hingga sampai jalan kota.

Di sini lajur sepeda bisa digunakan dengan nyaman, meski di sudut-sudut tertentu digunakan sebagai tempat parkir kendaraan roda empat. Tetap saja adanya lajur sepeda di Klaten patut kita apresiasi, semoga kota-kota yang lainnya mempunyai desain jalur sepeda yang mirip atau lebih baik.
Bersepeda menuju warung sambal bawang belut Bu Tri
Bersepeda menuju warung sambal bawang belut Bu Tri
Jalanan kota lebih ramai, di pinggiran jalan banyak kendaraan yang parkir. Awalnya kukira di sanalah warung yang hendak kami tuju. Nyatanya, kendaraan parkir ini karena lokasi di Samsat. Aku tertawa sendiri, tiba-tiba Yugo mengarahkan masuk gang. Melintasi masjid di sisi kiri.

“Lihat peta dulu, sekitaran sini,” Ujarnya yakin.

Tak kulihat ada tanda-tanda keramaian. Hanya rombongan anak kecil yang sedang bermain perang-perangan. Mereka membawa berbagai senjata terbuat dari plastik, berteriak menyapa kami. Terlebih saat melihatku membawa kamera aksi.

Kami berhenti di pinggir jalan, sisi kanan tampak tembok penuh mural. Yugo memarkirkan sepeda, dan menginformasikan kami sudah sampai di lokasi. Kukira warung ini bakal ramai dengan pengunjung yang makan, pukul 09.15 WIB masih sepi.

Terpampang spanduk bertuliskan Nasi Sambal Bawang Belut Bu Tri (Belakang Rumah Sakit Cakra Husada) lengkap dengan narahubung yang tertera. Warung ini beralamatkan di Gayamprit, Kecamatan Klaten. Buka mulai pukul 08.00 WIB – 21.00 WIB.
Warung Nasi Sambal Bawang Belut Bu Tri Klaten
Warung Nasi Sambal Bawang Belut Bu Tri Klaten
Tidak tampak keramaian, senyap. Berbagai menu yang tersedia sudah ada di spanduk. Menu andalan di sini tentunya Sambal Bawang Belut. Untuk lauknya tidak banyak. Menu tambahan pun ditandai dengan keterangan hanya ada pada pukul 16.00 WIB – 21.00 WIB, itupun nasi goreng hingga capcay.

Masih dengan sedikit rasa penasaran, kami masuk. Tiga ibu menyapa kami, beliau sepertinya sudah terbiasa dengan pengunjung yang membawa kamera. Kami memesan sambal bawang belut dengan lauk telur dadar ditambah gorengan. Minumannya es jeruk.

Warung ini seperti dikonsep makan dibungkus. Tidak banyak tempat duduk yang tersedia. Di dalam pun cahayanya temaram. Dari informasi ibu yang menyapa kami, warung sambal bawang belut ini sudah ada lebih dari 20 tahun.

Sekilas, warung ini seperti tersembunyi. Tidak mencolok, dan memang sederhana. Para pembeli makan lebih banyak merupakan pelanggan. Aku sedikit menyimpulkan karena sekian banyak yang berdatangan, ibu-ibu yang di dalam kenal serta cukup akrab.

Sambal bawang belut menjadi menu andalan. Sehingga tidak banyak lauk yang disiapkan. Di dalam wadah hanya ada tumbukan sambal belut, sambal bawang, daun pepaya, serta potongan ikan. Biasanya pembeli sudah tahu yang dibeli itu semacam paketan. Nasi sambal bawang belut ditambah gorengan.
Sambal Belut ditumbuk dan rasanya gurih
Sambal Belut ditumbuk dan rasanya gurih
Dua piring nasi sambal bawang belut dengan lauk telur dadar sudah jadi. Kami sepakat makan lesehan di pinggir jalan. Salah satu alasannya lebih pada angin di luar lebih nyaman. Ibu memberikan dua bangku untuk duduk.

Porsi nasi sangat banyak. Telurnya lumayan asin, sambal bawangnya pedas. Untuk belutnya sendiri sudah ditumbuk tidak halus. Rasanya cenderung gurih, sesuai dengan lidahku. Hanya saja menurutku tumbukan belut tidak halus menyisakan tulang yang agak besar.

Aku menikmati makanan ini, meski sedikit kerepotan memilih agar tulangnya tidak tertelan. Cita rasa makanan sambal bawang belut enak. Kalau menurut Yugo, belutnya jauh lebih terasa, sehingga dibuat tidak pedas. Untuk sambalnya sendiri dibuat lebih pedas.

Seorang ibu membawa wadah berisikan ikan belut untuk dicuci. Aku mengikuti beliau sembari meminta izin mengabadikan. Ikan belut berukuran kecil tertumpuk di wadah. Sebelum masuk dapur, ikan ini dicuci terlebih dahulu di depan.

Menurut ibu yang bertugas membersihkan ikan belut, setiap hari dibutuhkan sekitar 5-7 kilogram ikan untuk sambal belut. Tentu ini menarik bagiku, sekilas tidak ramai warungnya, tapi dalam sehari bisa tembus hingga lebih 5 kilogram ikan yang dibutuhkan.
Ikan belut untuk bahan menu di warung Bu Tri
Ikan belut untuk bahan menu di warung Bu Tri
Kedatanganku mungkin terlalu pagi, sehingga tidak tahu bagaimana ramainya kala siang. Tapi memang seperti yang kusampaikan di awal, warung ini lebih banyak didatangi orang-orang pelanggan dan mereka membungkus makanannya.

Lebih dari satu jam aku duduk santai di sini. Menikmati sambal bawang belut yang disajikan. Lagi-lagi aku kepedasan jika mencocol sambal bawangnya. Kini aku fokus menghabiskan sambal belut yang menjadi menu andalan. Memang enak, makanan sederhana tapi nikmat.

Di Jogja aku pernah menikmati kuliner belut, tapi bukan ditumbuk menjadi semacam sambal seperti ini. Rasanya pun cenderung lebih pedas, selaras dengan yang diungkapkan Yugo. Di sini, Bu Tri benar-benar menjadikan sambal belut tanpa menghilangkan rasa belutnya.

Silih berganti pembeli berdatangan. Mulai dari anak-anak muda yang menggunakan seragam pabrik, hingga ibu rumah tangga. Tanpa terasa, makanan di piring sudah tandas, sementara itu Yugo menambah satu porsi lagi sambal belutnya.
Menikmati sarapan sambal bawang belut kala pagi
Menikmati sarapan sambal bawang belut kala pagi
Tuntas sudah misi menikmati kuliner Sambal Bawang Belut Bu Tri di Klaten. Kami total membayar 43.000 rupiah. Harga ini meliputi nasi sambal belut ditambah telur dadar dan tempe goreng dua porsi, dua gelas es jeruk, dan tambahan satu porsi sambal belut.

Bisa jadi jika satu paket sambal bawang belut, telur, tempe, dan es jeruk harganya 20.000 rupiah. Untuk menu lauk terserah pembeli. Apakah menambahkan gorengan, telur, atau hanya sambal bawang belut saja. Tergantung pembelinya.
 
Kami pulang ke Jogja, perjalanan naik sepeda masih harus menempuh 30 kilometer lagi hingga sampai Jogja. Perut kenyang, kayuhan sepeda makin pelan. Sementara matahari rasanya lebih terik. Kali ini kami sepakat bersepeda dengan rata-rata kecepatan 20 KM/Jam.

Ada banyak kuliner yang bisa dinikmati selama berkunjung ke Klaten. Untuk kalian yang suka kuliner sambal belut, aku rekomendasikan kalian mengunjungi warung Bu Tri. Ingat, tempatnya di gang, sehingga lebih nyaman jika menggunakan kendaraan roda dua.

Aku sepakat dengan yang diutarakan Yugo, sambal belut Bu Tri mengutamakan rasanya, sehingga tidak pedas. Selain itu, tumbukan yang agak kasar membuat kita sedikit kudu bersabar saat menikmati makanannya. Mungkin, tumbukan kasar itu agar kita diminta menikmati makanannya lebih santai. Pokoknya enak.

*Catatan; Penulis berkunjung ke Warung Nasi Sambal Bawang Belut Bu Tri pada hari sabtu, 06 November 2021. Penulis akan memperbarui informasi jika kembali berkunjung ke warung tersebut di waktu mendatang.

12 komentar:

  1. Aku ngiler membayangkan sambal belut. Kalau masakan minang biasanya belut hanya digoreng balado, tidak ditumbuk seperti di rumah makannya Bu Tri. Terbayang di mana gurihnya dinikmati bersama telur goreng dan tempe 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini sederhana banget, tapi emang belutnya enak :-D

      Hapus
  2. oh belutnya ditumbuk ya
    belum pernah nyobain yang seperti ini
    biasane cuma digoreng dikasih sambal, tanpa ditumbuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jogja juga pernah jajal yang goreng, enak. Ini juga gak kalah enak, mas

      Hapus
  3. hiks aku ga suka belut, tapi penasaran sama sambal bawangnya
    yang ada di bayanganku, sambal bawangnya apa mirip kayak sambal matah ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheh, aku dulu gak suka. tapi asal kumakan aja :-D

      Hapus
  4. saya suka belut ... tapi di jakarta jarang banget tempat kuliner menu belut ...
    kalau ke Klaten mesti di sambangi tempat ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jogja atau klaten ada kang, enak belutnya. Abis gowes, lanjut makan

      Hapus
  5. Sejak nyobain sambel welut pak sabar di Jogja, aku JD sukaa sih Ama welut yg dibuat sambel gini mas. Padahal awalnya ga tertarik nyoba kalo bahan dasarnya belut. Geli aja.

    Tapi yg Bu tri ini muraaah yaaa. Yg pak sabar itu belutnya hrs beli kiloan, minimal setengah kilo. Jadi banyak banget 🤣🤣. Untung aku rame kemarin as kesana.

    Ntr kalo mudik lagi, aku mau cobain yg bu tri ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sini sudah bentuk tumbukan, terus warungnya pun seperti tidak tampak heehheheh. makanan di sini jauh lebih sederhana.

      Hapus
  6. Jadi pengen makan belut. Sudah lama ga makan belut dicampur sambel. :D
    aku mikirnya belut masih kasar agar tetap terasa belutnya. :D

    Itu jaraknya lumayan jauh juga mas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tumbukannya agak kasar mas, tapi emang enak walau kerasa juga durinya ahhahah. Pankapan kudu nyoba belut,mas

      Hapus

Pages