Menyambangi Spot Foto Sepeda di Sriharjo Bantul - Nasirullah Sitam

Menyambangi Spot Foto Sepeda di Sriharjo Bantul

Share This
Spot terasiring di Sriharjo
Spot terasiring di Sriharjo
Sepanjang aliran Kali Oya menjadi rute menyenangkan bagi pesepeda. Terlebih di Sriharjo, salah satu yang sering dijadikan latar foto adalah terasiring. Sebagian besar wisatawan berfoto di sana atau bermain air kala musim-musim tertentu.

Kuamati jalur menuju Sriharjo, sepertinya jalan yang sama kulalui kemarin. Kali ini aku sengaja bersepeda sendirian. Tujuannya ingin melihat bagaimana keramaian Selopamioro kala hari minggu. Sedari tadi, berbagai rombongan pesepeda melintas menuju jalur yang sama tanpa putus.

Ruteku sedikit memutar agak jauh. Padahal, untuk ke sini lebih mudah melintasi jalan searah Bukit Platar. Di Jembatan Pengkol sudah ramai pesepeda yang berhenti. Aku melanjutkan perjalanan menuju Srikeminut.

Mulai dari rombongan roadbike, hingga kopdar besar dari salah satu komunitas jalannya searah. Aku berhenti di tepian jalan, seorang bapak sedang mengecek sepedanya. rantai sepeda beliau lepas, aku turut membantu memasangkan seperti semula.

Kedua tangan hitam terkena bekas oli campur minyak dari rantai. Kulanjutkan perjalanan hingga bertemu gerbang Srikeminut. Hamparan hijau menyapa, seperti jalur di tengah belahan perbukitan. Aku tertarik mengabadikan sewaktu pulang.
Pesepeda berdatangan ke destinasi Sriharjo
Pesepeda berdatangan ke destinasi Sriharjo
Plang petunjuk arah menuju Terasiring Sriharjo paling ramai dikunjungi. Mulai banyak warung di tepian jalan, jalanan yang kecil sedikit riuh. Tanda-tanda destinasi tersebut sudah ramai saat pagi. Sepeda, motor, dan mobil berbaur menjadi satu.

Penduduk setempat bertugas mengatur jalan. Ada yang mengarahkan area parkir mobil serta motor, atau menjadikan satu tempat untuk parkir sepeda. Tak kusangka, sepagi ini nyatanya Sriharjo sudah cukup ramai, padat merayap.

Berbagai rombongan pesepeda melintas. Beberapa wajahnya tidak asing, dan kusapa. Salah satunya yang kusapa adalah kawan yang sudah lama berteman di media sosial, tapi baru dua kali ketemu langsung. Dia beserta kawannya sedang memandu rombongan dari Jakarta.

“Fotoin dong mas, mumpung sepi,” Celetuk kawan pesepeda.

Bergegas kuambil kamera dan mengabadikan. Lantas foto tersebut kukirim melalui pesan di salah satu media sosial. Sriharjo memang memikat para pesepeda maupun wisatawan setempat. Lokasinya cukup terjangkau, dan jalurnya pun bagus. Kecuali menyusuri jalanan tepian sungai.
Berfoto di tulisan Sriharjo Imogiri
Berfoto di tulisan Sriharjo Imogiri
Lumayan lama aku di sini, berbincang dengan bapak-bapak yang menjaga kotak sumbangan sukarela. Para pengunjung yang memasuki area terasiring dan berfoto diarahkan untuk mengisi kotak yang sudah disiapkan ketika hendak keluar.

Bagi pengunjung rombongan, khususnya pengguna kendaraan bermesin, berfoto tepat di tulisan Sriharjo merupakan hal yang menyenangkan. Berbeda halnya dengan pesepeda. Kami cukup bersantai di tepian jalan dan memotret dari kejauhan.

Pematang ladang cabai menjadi jalan para wisatawan yang penasaran menuju perbukitan berbentuk undakan terasiring. Tak sedikit dari mereka berfoto di antara hijau tanaman ladang warga. Suara para pelaku wisata terdengar lantang. Mereka mengarahkan kendaraan yang berdatangan.

Pukul 08.00 WIB, tempat ini membludak. Rombongan pesepeda yang sedang melakukan kopdar memenuhi lokasi, pun dengan wisatawan keluarga. Mereka ingin bermain dengan keluarga dengan bercengkerama di alam bebas.

Sungai Oya menjadi pilihan para wisatawan keluarga. Di bulan-bulan tertentu alirannya tenang dan airnya cukup bersih. Bahkan di sini dijadikan spot paling ramai bagi anak-anak yang hendak bermain air. Tetap saja harus dalam pengawasan orangtua.
Wisatawan bermain di sepanjang aliran Sungai Oya
Wisatawan bermain di sepanjang aliran Sungai Oya
Jalan kecil menurun, para pengunjung menapaki jalan tersebut. Lantas mereka bermain air sepuasnya. Tidak ketinggalan jembatan kecil sebagai titian penyeberangan. Menjelang siang ini sudah banyak anak yang bermain air.

Kedalaman sungai ini beragam. Menurutku anak-anak yang hendak bermain lebih baik dilengkapi dengan jaket pelampung. Jika dilihat dari atas, warna air tampak gelap mengartikan dasarnya lebih dalam dibanding yang dekat dengan bebatuan.

Bebatuan tersebar di penjuru dengan warna agak putih, wisatawan ada yang menggelar tikar dan duduk bersama keluarga. Di sudut lain yang lebih sepi, seorang menepi dengan tenda bawaannya. Sungai Oya memang memikat bulan-bulan ini.

Tak ada bedanya dengan pengunjung yang menjadikan terasiring sebagai pilihan berfoto. Di sepanjang aliran Kali Oya, tersebar banyak wisatawan yang bermain air. Sekilas aliran sungai ini mirip tepian pantai dengan riak tenang. Orang-orang menikmati waktu pagi bercengkerama bebas di alam terbuka.

Puas melihat orang-orang berwisata di Sriharjo, aku mengambil sepeda dan meninggalkan lokasi. Niat hati ingin mengabadikan orang yang bersepeda di sekitaran gerbang Srikeminut. Daerah ini memang lansekapnya bagus dipotret.
Sudut bangunan di Srikeminut Sriharjo
Sudut bangunan di Srikeminut Sriharjo
Srikeminut berada di antara dua perbukitan yang menutupi kedua sisi. Hamparan hijau tanah subur ditanami cabai. Petakan ladang masyarakat setempat ini kadang luput dari perhatian. Padahal, jika kita sejenak berhenti, pemandangan ini cukup indah.

Aku menepi di tepian jalan, melihat orang-orang berlalu-lalang. Mereka hendak menuntaskan misi hingga sampai di destinasi yang sudah populer. Mataku menatap bangunan sekolah berbalur cat hijau. Seperti menyaru dengan warna hijau bukit belakangnya.

Kuambil kamera dan mengabadikan pemandangan ini. Entah kenapa, menurutku pemandangan lansekap di sini menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan dibanding terasiring yang tadi kukunjungi. Mungkin ini yang namanya selera itu beragam.

Sekilas bangunan tersebut semacam sekolah, lantas terlihat sedikit kuncup kubah masjid serta di sampingnya bangunan rumah warga. Suasana pagi ini menjadikan tempat tersebut syahdu. Udara pagi tiap hari terjaga kebersihannya.

Di sudut yang lainnya, petakan ladang cabai sedang dirawat pemiliknya. Hilir-mudik ibu di ladang seperti membersihkan sesuatu di tiap pohon cabai. Selain itu, ibu-ibu yang lainnya berkumpul di baah pohon rindang sembari membuka bekal sarapan.
Ladang cabai menjadi mata pencaharian warga setempat
Ladang cabai menjadi mata pencaharian warga setempat
Ladang cabai, singkong, pohon pisang, dan tumbuhan yang lainnya tumbuh subur. Pemilik ladang merawat tanamannya dengan baik. Dari kejauhan tampak seperti panel-panel tenaga surya terpasang di dekat sumur yang berada di ladang. Bisa jadi panel tersebut adalah energi terbarukan yang dimanfaatkan petani untuk mengambil air.

Di antara hiruk-pikuk para wisatawan yang berkunjung di sini, para warga setempat tetap sibuk merawat ladangnya. Tentu saja kita sebagai wisatawan diharuskan turut menjaga kebersihan di lokasi dan tidak merusak sedikitpun yang ditanam.

Pukul 08.37 WIB, rasanya matahari lumayan cerah. Aku bergegas meninggalkan Srikeminut, dan melanjutkan perjalanan pulang. sebelumnya, aku mengambil beberapa foto pesepeda yang melintas. Cukup banyak stok foto yang kudapatkan.

Aku kembali mengayuh pedal sepeda, melintasi jalan yang kemarin kulewati. Beriringan dengan rombongan pesepeda yang lainnya. Satu demi satu rombongan sepeda kusalip, aku ingin bergegas sampai kosan dan kembali istirahat.
Pesepeda melintasi di jalanan Srikeminut
Pesepeda melintasi di jalanan Srikeminut
Srikeminut memang menjadi destinasi populer dalam beberapa waktu terakhir. Adanya spot terasiring, aliran Kali Oya, dan sepanjang jalan melintasi aliran sungai di Selopamioro memang sedang digandrungi pecinta sepeda. Mereka tak sedikit melintas jalur yang sama.

Bukan tidak mustahil, destinasi ini nantinya bisa mendongkrak perekonomian masyarakat setempat jika dikelola dengan baik. Tinggal kita lihat di masa-masa mendatang, harapannya tentu konsistensi pengelola setempat tetap terjaga agar tempat ini terus dilirik wisatawan.

*Catatan: kunjungan penulis ke Srikeminut pada hari Minggu, 10 Oktober 2021.

14 komentar:

  1. Mas Sitam, Kali Oya yang dimaksud itu sungai yang biasa disusur, deket dengan Gua Pindul bukan yach? Enak nih abis gowe panas2an terus berendam dan main air di Sungai Oya hihihihi :D Jangan lupa makan gorengannya! Khas cerita mas kan biasanya ada gorengan dan kopi wkwkwkwkkw mantabs deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda mbak, kali Oya ini di Bantul jadi jauh dari Gua Pindul :-)

      Hapus
  2. wah menarik nih, nggo ciblon bocah2
    arusnya gak deras kan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kdang ada deresnya, mas. Kudu lihat-lihat waktunya

      Hapus
  3. keren banget spotnya mas
    suka liat sungai oye yang masih bersih gitu
    habis gowes capai bisa menyeka muka di sana
    apalagi sambil melihat pemandnagan
    semoga saja bisa dikembangkan lebih baik ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bikin mata langsung seger, mas. Pokoknya asyik lihat spot seperti ini

      Hapus
  4. selera foto memang beragam ya Mas Sitam ... tapi semuanya memang indah dan layak untuk jadi spot foto dan di foto 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kang, yang penting stok foto melimpah ehhehehe

      Hapus
  5. Sungainya keliatan seger banget tuh, airnya jernih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pada saat-saat tertentu nyaman buat main air, tapi pas musim tertentu tidak baik buat main air karena besar alirannya

      Hapus
  6. Selama ini aku nyebutnya sungai OYO, ternyata OYA yaaa 🤣.

    Sukaaaa liat aliran sungainya yg masih bersih mas.. pasti enak piknik di pinggiran sungainya yaaa.

    Beruntungnya masih bisa ngeliat bukit hijau dan sungai beginiii 😄👍. Obat paling ampuh sih buat rileks

    BalasHapus
  7. Kulanuwun Mas, izin ikut menikmati keindahan lanskap Sriharjo. Salam sehat

    BalasHapus
    Balasan
    1. monggo mas. Matur nuwun sudah membaca tulisan ini

      Hapus

Pages