Bercerita Santai di Destinasi Watu Ngelak, Bantul - Nasirullah Sitam

Bercerita Santai di Destinasi Watu Ngelak, Bantul

Share This
Perahu di Wisata Watu Ngelak, Bantul
Perahu di Wisata Watu Ngelak, Bantul
“Ini temanku,” Celetuk salah satu remaja ketika melihatku bersepeda.

Remaja ini sudah santai di cakruk ketika aku datang. Beliau menyapaku sembari berbincang dengan ibu pemilik warung. Aku tersenyum sembari menyapa keduanya. Kuparkirkan sepeda, lantas turut bersantai di kursi yang tersedia.

Suasana di Watu Ngelak masih cukup sepi. Seorang bapak menyapu daun-daun kering yang berjatuhan. Ibu pemilik warung menggoreng tempe bacem di temani remaja. Sementara di ujung jembatan, tampak simbah-simbah sedang berjemur tanpa mengenakan kaus.

Sebelum melintasi salah satu jembatan di Jalan Imogiri Timur, aku menghentikan laju sepeda. Sisi kiri sebuah masjid, tampak ada jalan kecil belok kanan. Kulihat peta di gawai, keterangannya menuju belok kanan. Benar sana, di ujung jalan tampak petunjuk arah bertuliskan “Watu Ngelak”. Hanya saja tertutup dedaunan pohon mangga.

Jalan aspal ini tampak sepi, masih terlihat sisa-sisa air yang basah guyuran hujan semalam. Sekumpulan anak kecil bersepeda kutanyai tentang Watu Ngelak. Mereka kompak mengarahkan sesuai jalan yang kulintasi. Untuk sesaat, aku memotret sepeda di tepian jalan.
Jalan menuju destinasi wisata Watu Ngelak
Jalan menuju destinasi wisata Watu Ngelak
Petakan sawah warga setempat ditanamani palawija, sepertinya bulan ini masa habis panen. Berbagai sayuran ditanam subur. Suasana pagi cukup teduh, berbeda dengan ruas jalan utama yang ramai. Aku bersantai menikmati waktu bersepeda.

Di ujung pertigaan sudah ada plang bertuliskan “Watu Ngelak”, plang petunjuk arah ini memudahkan para wisatawan yang hedak mengunjungi destinasi tersebut. Melintasi rumah warga, akhirnya sampai di halaman Watu Ngelak.

Tulisan Watu Ngelak sepertinya harus dicat ulang agar lebih cerah. Tak ketinggalan informasi yang berkaitan dengan penamaan tempat ini. Konon Watu Ngelak adalah salah satu tempat yang pernah dilintasi Sultan Agung sewaktu beliau hendak ke pantai Selatan.

Berlokasi di Dusun Puton, Trimulyo, Jetis, Bantul. Watu Ngelak adalah sebuah situs yang bersejarah. Bongkahan batu besar yang berderet di tepian Kali Opak ini yang dimaksud sebagai Watu Ngelak. Watu Ngelak dalam bahasa Indonesia berarti Batu Haus.
Tebing bebatuan di sungai  ekitaran Watu Ngelak
Tebing bebatuan di sungai  ekitaran Watu Ngelak
Dalam berbagai tulisan menceritakan Sultan Agung merasa dahaga lantas diberi air minum kelapa muda, tempat sultan berhenti dan meminum ini dinamakan Watu Ngelak. Dari tepian sungai memang tampak bebatuan yang berderet sepanjang sungai.

Nilai historis ini patut dijaga. Setidaknya, ketika Desa Puton benar-benar dikelola dengan baik untuk menjadi sebuah desa wisata. Cerita-cerita ini bisa dikembangkan sebagai bumbu dalam promosi desa wisatanya. Pasti menarik.

Sekilas tempat ini tidak tampak sebuah destinasi wisata buatan. Padahal, di Watu Ngelak sudah ada fasilitas seperti toilet hingga warung. Mungkin, lokasinya yang berada tak jauh dari Makam Imogiri dan sekitarnya membuat tempat ini sedikit terlewatkan.

Aku sudah memesan teh panas di warung. Kemudian bersantai memutari destinasi Watu Ngelak. Halaman depan cukup luas, sudah ada kotak sukarela bagi para pengunjung yang berdatangan. Tempat duduk pun tersebar di beberapa sudut tempat.
Jembatan besar di Jalan Bakulan Imogiri
Jembatan besar di Jalan Bakulan Imogiri
Aliran Kali Opak tenang, jembatan Karang Semut tampak jelas. Bahkan menurutku bagus untuk diabadikan. Meski begitu, di sudut-sudut tepian sungai terlihat ada sampah yang tersangkut. Di seberang sungai tampak seorang pencari ikan menggunakan senapan.

Jauh sebelum dijadikan destinasi wisata, Watu Ngelak ini lebih banyak disambangi para pemancing. Seperti yang dituturkan ibu pemilik warung. Biasanya, pukul 08.00 WIB mulai ada para pemancing berdatangan. Warung-warung ini biasa buka ketika sudah ada pemancing.

Seingatku memang ada tiga warung yang berdekatan. Hanya ibu ini yang buka pagi hari. Selebihnya buka pukul 08.00 WIB. Lokasi Watu Ngelak cukup teduh, bahkan sudah ada beberapa tempat duduk maupun tempat sampah.

“Teh panasnya di meja, mas,” Ujar ibu pemilik warung.

Aku menuju meja, di sana sudah ada teh panas. Kusesap sembari bersantai. Sesekali aku mengambil gambar. Ibu pemilik warung menggoreng tempe bacem, aku mengambil sepotong. Tempe dan tahu bacem goreng ini sebagai lauk bubur ataupun lotek.
Warung-warung yang buka tiap pagi
Warung-warung yang buka tiap pagi
Aku berbincang santai dengan ibu pemilik warung, seorang remaja yang sedari tadi bilang kalau aku adalah temannya, serta kakek yang di ujung jembatan. Sesekali kakek tersebut berteriak sembari bertanya apakah beliau sudah dipotret. Pagi ini, aku seperti bersantai di tempat yang tidak asing.

Di Kali Opak sudah ada perahu yang bisa digunakan untuk keliling sungai. Menurut warga setempat, kita bisa menaiki perahu keliling hingga melintas di bawah Jembatan Karang Semut. Atau malah sampai lokasi yang disebut Gremeng di Dusun Shindet.

Jalur yang dilintasi naik perahu merupakan jalur Sultan Agung ketika menuju Pantai Selatan. Potensi ini cukup menarik bagi para wisatawan yang minatnya di heritage. Bagi Desa Wisata Puton sendiri, jalur ini bisa dijadikan potensi wisata.

Untuk menaiki perahu ataupun rakit yang bermesin, setiap orang hanya membayar 5.000 rupiah. Tapi aku tidak tahu apakah para wisatawan nantinya dilengkapi dengan pelampung atau tidak. Aku sendiri pernah menaiki perahu ketika menyeberang destinasi Praon Cawan.

Destinasi Watu Ngelak sebenarnya cukup bagus dijadikan tempat bersantai, terutama wisatawan lokal. Biasanya di destinasi-destinasi seperti ini, masyarakat menjadi pelopor agar destinasinya dikenal lebih luas. Watu Ngelak butuh sentuhan lebih baik lagi.
Perahu yang bisa disewa keliling sungai
Perahu yang bisa disewa keliling sungai
Harapannya memang destinasi Watu Ngelak bisa menjadi opsi bersantai, terlebih para pesepeda yang mengunjungi sekitaran Imogiri. Semoga ke depannya Watu Ngelak berbenah. Spot foto jembatan bisa menjadi spot ikonik, pun dengan promosi di media sosialnya.

Kita semua tahu, tak sedikit destinasi wisata di manapun terbengkalai karena semangat hanya di awal pembangunan. Sebuah tantangan besar bagi Watu Ngelak untuk bisa kembali bangkit, lalu mengenalkan destinasi ini ke masyarakat lebih, luas.

Bukan tidak mungkin di tahun-tahun mendatang, Watu Ngelak bisa menjadi salah satu destinasi yang menjadi kunjungan wisatawan lokal, terutama teman-teman pesepeda, atau para penghobi memancing. Dan pastinya menjadi destinasi unggulan di desa wisata Puton. *Watu Ngelak; 07 Agustus 2022.

10 komentar:

  1. Seru banget kayaknya naik perahu mengelilingi sungai :) Kelihatannya sepi ya. Apa masih banyak orang yang belum ngeh atau tertarik datang ke sini? Wah, udah ngeteh aja tau2 ya mas? Jangan lupa gorengannya nambah haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, katanya tempat ini pernah ramai, tapi skrg mulai sepi lagi

      Hapus
  2. sungainya terlihat tenang ya, tidak berarus.
    syahdu sepertinya bila naik perahu menjelajah sungainya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa buat santai mas, sambil cerita-cerita dengan kawan

      Hapus
  3. Setuju kalau watu ngelak perlu diperbaiki lagi sehingga layak, aman, dan nyaman untuk dikunjungi. Warga desa perlu gotong royong untuk mengembangkan aset desa yang bisa memberikan dampak positif bagi desa.

    Pertualangan yang seru mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Butuh semangat lebih mas untuk kembali membangkitkan wisata ini, tapi harusnya bisa sih selama masyarakat sekitar gotong royong

      Hapus
  4. Waaah history nya related Ama sultan agung 😊. Ngebayangin ngopi dan nyobain baceman sambil Mandang ke sungai, pasti adem ya mas. Tapi setuju sih, sungainya perlu dibersihin juga biar ga kliatan kotor. Fasilitas lain juga perlu dilengkapin. Demi kenyamanan turis juga. Dan semoga penumpang perahunya pake pelampung Yaa, mencegah hal2 yg ga enak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar mbak, tempatnya sepi dan mempunyai cerita tersendiri. Benar juga, kalau kita naik perahu wajib ada pelampung

      Hapus
  5. padahal tempatnya asyik ya ...
    butuh pengelolaan dan "kemasan" yang lebih bagus supaya spot ini bisa dijual

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget om, butuh sentuhan yang lebih agar kembali menarik perhatian

      Hapus

Pages